Pengusaha pribumi harus siap bersaing dengan pengusaha asing saat diberlakukannya perdagangan bebas.
“Anggota HIPPI sekitar 4 juta. Mayoritas Usaha Kecil MeÂneÂngah (UKM). Kami akan memÂperÂjuangan dan memajukan UKM,†kata Ketua Umum HimÂpunan Pengusaha Pribumi InÂdoÂnesia (HIPPI) Suryani Sidik Motik kepada Rakyat Merdeka, di JaÂkarta, kemarin.
Menurutnya, pengembangan inÂdustri kreatif seperti musik atau informasi teknologi, pertanian, dan perikanan menjadi prioritas HIPPI 2013.
“Industri musik sudah bagus, hanya kalah dari Korea. Padahal kultur Korea tidak kuat tapi dikeÂmas dengan baik,†paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana di bidang tekÂnoÂlogi informasi?
Di bidang teknologi informasi (TI), banyak anak-anak Indonesia yang kreatif. Tapi tidak disentuh dengan baik. Makanya HIPPI akan masuk ke industri ini.
Apa saja kelemahan pengÂusaÂha pribumi?
Pengusaha pribumi ini lahir belakangan, yakni sejak tahun 1975. Sedangkan non pribumi suÂdah sejak tahun 1960. KeÂkomÂpakan pengusaha non pribumi kuat sekali.
Pengusaha non pribumi, jika ada yang bermasalah dan memÂbuÂtuhkan dana, mereka cepat meÂngumÂpulkan dana membantu memÂbenahi manajemen. PerÂbankÂan pun kuat membantu peÂngusaha non pribumi. Selain itu, pengusaha non pribumi ini lebih ulet.
Sebagian besar anggota HIPPI itu beregerak di sektor pertanian. Saya melihat sektor ini belum terÂsentuh. Rencananya saya mengiÂrim tenaga-tenaga ahli untuk diÂtraining, baik di Indonesia mauÂpun Jepang.
Selain itu, kami juga sedang memÂbentuk model ventura, yakni skema permodalan bagi UKM yang difokuskan pada industri kreatif, pertanian, dan perikanan. SeÂbab, HIPPI belum ada penÂdukung permodalan. Kalau ada pendampingan modal ventura, pasÂti lebih mudah aksesnya ke bank.
Anda yakin model semacam itu bisa diterapkan?
Yakin dong. Insya Allah, tahun depan bisa berjalan. Saya meÂnarÂgetkan minimal Rp 20 miliar. Tapi mudah-mudahan saja bisa Rp 100 miliar. Pernah ada kejaÂdian, seorang anak berbakat di inÂdustri kreatif dan dapat pinjaman dari bank lokal. Namun, syaÂratÂnya harus menetap di Singapura.
Makanya, HIPPI berkomitmen dari senior-senior HIPPI yang suÂdah menjadi pengusaha besar.
Apa model bisnisnya?
Kan modal ventura itu tidak meÂnetapkan bunga tapi bagi hasil. Jika ada anggota yang puÂnya potensi, tinggal melihat apa kekurangannya saja.
Apa bedanya modal ventura dengan bank?
Kelebihan modal ventura, seÂlain menaruh uang, juga akan meÂngirim orang untuk membantu mengembangkan perusahaan. Ini yang membedakan modal venÂtura dengan bank.
Bagaimana komposisinya?
Saya sendiri belum tahu. Akan dilihat berapa dana yang akan diÂtempatkan dan dihitung. MisalÂnya Rp 1 miliar, tergantung dari cashflow berapa tahun dana ini akan kembali, baru ada keseÂpakatan, karena modelnya bagi hasil bukan bunga.
Yang harus diketahui bahwa orang Indonesia ini banyak meÂmiliki produk bagus, tapi lupa kuaÂlitasnya, sehingga saya akan beri pelatihan gratis dengan meÂmanggil konsultan patent dan mengÂgandeng kementerian.
Kementerian mana yang akan diajak kerja sama?
Jika daerah yang banyak mengÂhasilkan UKM, kami bisa bekerja sama dengan Kementerian UKM dan Kementerian Pariwisata.
Kalau pengusaha kelas menengah ke atas?
Pengeusaha kelas menengah ke atas ini kurang mendapat perÂhatian dari pemerintah. Karena itulah, HIPPI menyuarakannya. Misalnya tentang Undang-UnÂdang Perdagangan dan PerinÂdusÂtrian, kami ikut memberikan proÂteksi.
Mengenai industri apa?
Industri ritel harus dibatasi. TiÂdak masuk sampai ke tingkat RW. Sebab, mematikan warung-waÂrung kecil di sekitarnya. BeÂlum lagi, pedagang kaki lima ini terus tergusur.
Apa yang sudah dilakukan HIPPI?
Kami sudah berbicara dengan Menteri Perdagangan dan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri.
Hasilnya nanti dalam Undang-Undang yang baru akan ada KepÂmen yang membatasi itu yang diakomodir dalam Undang-UnÂdang Perdagangan. Dalam UnÂdang-Undang itu akan membatasi jumlah ritel yang masuk dalam satu daerah, baik berskala besar maupun mini market.
Apakah benar pembayaran di ritel modern merugikan UKM?
Ya. Karena jangka waktunya tiga sampai empat bulan. Ada juga supplier yang produknya laku, tapi justru ‘ditendang’.
Masa sih?
Betul seperti itu. Modern ritel justru menggantikan produk yang sama dengan private label. Ini kan jelas tidak benar. Namun, saat ini sudah lumayan legih cepat, tidak tiga bulan lagi. Makanya, tahun depan kami lebih fokus pada perizinan yang simpel. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: