WAWANCARA

Brigjen Boy Rafli Amar: Kami Libatkan Pramuka & Ormas Amankan Natal Dan Tahun Baru

Selasa, 25 Desember 2012, 08:23 WIB
Brigjen Boy Rafli Amar: Kami Libatkan Pramuka & Ormas Amankan Natal Dan Tahun Baru
Brigjen Boy Rafli Amar

rmol news logo Polri mempersiapkan 82.633 personel yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mengamankan perayaan Natal 2012 dan tahun baru 2013.

 â€œNatal dan tahun baru meru­pakan event besar. Tentunya kami melakukan tugas operasional yang disebut dengan operasi lilin 2012 selama 10 hari, sejak 23 Desember 2012 sampai 1 Januari 2013,” kata Kepala Biro Pe­nerangan Masyarakat Polri, Brig­jen Boy Rafli Amar, kepada Rak­yat Merdeka, kemarin.

Menurutnya,  Polri  juga mem­bentuk 1.887 pos pengamanan dan 754 pos pelayanan.

Berikut kutipan selengkapnya:

Berapa banyak personil dari Mabes Polri?

942 personil dari Mabes Polri dan 81.691 personil dari kepoli­sian daerah.


Titik mana saja konsentrasi pengamanannya?

Kami menetapkan beberapa titik pengamanan. Misalnya  se­banyak 2.606 pusat perbelanjaan, 2.316 tempat wisata, 38.499 Ge­reja, 858 terminal, 466 pelabu­han, 175 bandar udara, dan 382 sta­siun kereta api.


Banyak yang diamankan, apa tidak minta bantuan TNI?

Tentu. Kami juga dibantu dari TNI dan pemda seperti dinas perhubungan, dinas pekerjaan umum, dinas kesehatan dengan menyiapkan ambulan untuk membantu ketika ada keperluan yang emergency.


Apa ada indikasi terjadinya bom?

Tentunya kami tidak underesti­mate dalam menghadapi dinami­ka masyarakat yang terus ramai. Kami selalu berharap adanya ker­ja sama semua pihak untuk ber­sama-sama mengamankan.

Prediksi ancaman yang dila­kukan tentunya akan kami tindak­lan­juti dalam upaya-upaya me­nge­depankan peran dari intelijen untuk melakukan deteksi dini. Kami juga melibatkan masya­rakat seperti Pramuka dan Ormas (organisasi masyarakat) untuk amankan Natal dan tahun baru.


Apa bisa dijamin perayaan Natal dan tahun baru aman?

Dalam pelaksanaan ini tentu­nya kami berharap, kegiatan pe­rayaan Natal 2012 dan malam ta­hun baru 2013 ini berlangsung de­ngan tertib, aman, lancar, dan se­luruh kegiatan ibadah dapat ber­langsung dengan baik. Pe­rayaan Natal itu kan untuk be­ribadah. Jangan sampai tergang­gu.


Harus ada pengamanan ekstra dong di tempat-tempat ibadah?

Ya dong. Operasi ini menge­de­pankan upaya-upaya preventif dan didukung kegiatan deteksi dini dengan satuan intelijen. Prio­ritas pengamanan di tempat pe­laksanaan ibadah khusus seperti  ibadah atau misa Malam Natal, pada Hari Natal, dan ma­lam tahun baru.


O ya, bagaimana soal  tiga anggota Brimob yang tewas ditembak di Poso itu?

Kami menduga adanya indika­si kuat bahwa mereka ingin mem­bangkitkan lagi suasana konflik sosial yang pernah terjadi di Poso di masa lalu.

Para pelaku juga diduga ke­lom­pok teroris. Kejadian ini sua­tu fakta bahwa jaringan teror te­rus melakukan aktivitasnya.


Mereka ini ada kaitannya dengan teroris?

Perbuatan atau tindakan yang mereka lakukan ini sebagai bentuk-bentuk teror. Mereka tero­ris juga. Kan sudah ada penger­tian teroris.

Yang mereka lakukan itu dapat membahayakan semua pihak. Ma­kanya, kepolisian berupaya mengatasi tindakan kekerasan yang mereka lakukan dengan ber­bagai cara.  


Maksud Anda?

Seperti yang saya katakan tadi bahwa mereka ini diduga kuat ingin membangkitkan lagi suasa­na konflik sosial yang pernah ter­jadi di Poso masa lalu.

Namun, saat ini kami bersyu­kur bahwa ma­syarakat tidak mendukung cara-cara seperti itu.


Kenapa aparat kepolisian yang menjadi sasaran?

Mereka melihat, aparat kepoli­sian sebagai orang yang meng­ham­bat misi mereka selama ini. Karena kepolisian itu kan mela­wan keja­hatan, sehingga mereka merasa ter­ganggu. Akhirnya me­lawan polisi.


Apa personil kepolisian di daerah tersebut kurang?

Kebutuhan jumlah aparat se­lalu menjadi bagian yang dieva­luasi dari waktu ke waktu. Tetapi di daerah Poso ini tidak hanya saja aparat kepolisian tetapi juga ada BNPT yang ikut memper­baiki kondisi di sana.

Untuk semen­tara ini kami me­lihat personil yang ada sudah cu­kup. Hanya saja kami perlu lang­kah-langkah eva­luasi lebih tepat lagi untukmengidentifikasi kera­wanan dan cara-cara penang­gu­langannya.


Bukankah kepolisian sudah mengetahui keberadaan me­reka?

Betul. Kami sudah mengeta­hui­nya. Keberadaan kami di sana itu untuk mengatasi masalah ter­sebut. Kami berhadapan dengan pelaku kejahatan. Tugas polisi itu berisiko tinggi dengan menaruh­kan nyawa.


Kenapa tidak ditangkap?

Kami sedang berupaya menga­tasi kelompok-kelompok itu. Perlu adanya strategi yang tepat dalam upaya mengeliminir teror yang ada di sana.


Ada yang menilai kepolisian tidak mampu melakukan upaya preventif, komentar Anda?

Harus disadari bahwa yang mau kami tangkap itu pelaku kri­minal yang terorganisir, kejaha­tan luar biasa. Orang-orangnya ter­latih semua.

Mereka ini punya keteram­pi­lan dan kemampuan yang mi­litan. Mereka juga bisa menem­bak ka­rena sudah terlatih. Mo­hon dipa­hami dulu soal itu. Or­ganisasi se­perti itu melakukan te­ror, mem­bu­nuh, dan meresah­kan masyarakat.


Apa yang akan dilakukan kepolisian agar kondisi sema­cam ini tidak terulang?

Tugas kepolisian tentunya akan terus berjalan sesuai dengan pro­sedur hukum dan menghor­mati nilai-nilai HAM. Kami berke­ya­kinan, pelakunya akan dapat di­pro­ses secara hukum dengan seadil-adilnya. Prinsipnya, ada upa­ya sinergis antara aparat ne­gara yang ada di sa­na. Ada TNI, Polri, pemuka aga­­­ma, tokoh ma­syarakat dan para pemuda harus saling mem­bahu agar potensi gang­guan yang dilakukan kelom­pok teror ini bisa dieliminir.   [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA