Polri mempersiapkan 82.633 personel yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mengamankan perayaan Natal 2012 dan tahun baru 2013.
“Natal dan tahun baru meruÂpakan event besar. Tentunya kami melakukan tugas operasional yang disebut dengan operasi lilin 2012 selama 10 hari, sejak 23 Desember 2012 sampai 1 Januari 2013,†kata Kepala Biro PeÂnerangan Masyarakat Polri, BrigÂjen Boy Rafli Amar, kepada RakÂyat Merdeka, kemarin.
Menurutnya, Polri juga memÂbentuk 1.887 pos pengamanan dan 754 pos pelayanan.
Berikut kutipan selengkapnya:
942 personil dari Mabes Polri dan 81.691 personil dari kepoliÂsian daerah.
Titik mana saja konsentrasi pengamanannya?
Kami menetapkan beberapa titik pengamanan. Misalnya seÂbanyak 2.606 pusat perbelanjaan, 2.316 tempat wisata, 38.499 GeÂreja, 858 terminal, 466 pelabuÂhan, 175 bandar udara, dan 382 staÂsiun kereta api.
Banyak yang diamankan, apa tidak minta bantuan TNI?
Tentu. Kami juga dibantu dari TNI dan pemda seperti dinas perhubungan, dinas pekerjaan umum, dinas kesehatan dengan menyiapkan ambulan untuk membantu ketika ada keperluan yang emergency.
Apa ada indikasi terjadinya bom?
Tentunya kami tidak underestiÂmate dalam menghadapi dinamiÂka masyarakat yang terus ramai. Kami selalu berharap adanya kerÂja sama semua pihak untuk berÂsama-sama mengamankan.
Prediksi ancaman yang dilaÂkukan tentunya akan kami tindakÂlanÂjuti dalam upaya-upaya meÂngeÂdepankan peran dari intelijen untuk melakukan deteksi dini. Kami juga melibatkan masyaÂrakat seperti Pramuka dan Ormas (organisasi masyarakat) untuk amankan Natal dan tahun baru.
Apa bisa dijamin perayaan Natal dan tahun baru aman?
Dalam pelaksanaan ini tentuÂnya kami berharap, kegiatan peÂrayaan Natal 2012 dan malam taÂhun baru 2013 ini berlangsung deÂngan tertib, aman, lancar, dan seÂluruh kegiatan ibadah dapat berÂlangsung dengan baik. PeÂrayaan Natal itu kan untuk beÂribadah. Jangan sampai tergangÂgu.
Harus ada pengamanan ekstra dong di tempat-tempat ibadah?
Ya dong. Operasi ini mengeÂdeÂpankan upaya-upaya preventif dan didukung kegiatan deteksi dini dengan satuan intelijen. PrioÂritas pengamanan di tempat peÂlaksanaan ibadah khusus seperti ibadah atau misa Malam Natal, pada Hari Natal, dan maÂlam tahun baru.
O ya, bagaimana soal tiga anggota Brimob yang tewas ditembak di Poso itu?
Kami menduga adanya indikaÂsi kuat bahwa mereka ingin memÂbangkitkan lagi suasana konflik sosial yang pernah terjadi di Poso di masa lalu.
Para pelaku juga diduga keÂlomÂpok teroris. Kejadian ini suaÂtu fakta bahwa jaringan teror teÂrus melakukan aktivitasnya.
Perbuatan atau tindakan yang mereka lakukan ini sebagai bentuk-bentuk teror. Mereka teroÂris juga. Kan sudah ada pengerÂtian teroris.
Yang mereka lakukan itu dapat membahayakan semua pihak. MaÂkanya, kepolisian berupaya mengatasi tindakan kekerasan yang mereka lakukan dengan berÂbagai cara.
Maksud Anda?
Seperti yang saya katakan tadi bahwa mereka ini diduga kuat ingin membangkitkan lagi suasaÂna konflik sosial yang pernah terÂjadi di Poso masa lalu.
Namun, saat ini kami bersyuÂkur bahwa maÂsyarakat tidak mendukung cara-cara seperti itu.
Kenapa aparat kepolisian yang menjadi sasaran?
Mereka melihat, aparat kepoliÂsian sebagai orang yang mengÂhamÂbat misi mereka selama ini. Karena kepolisian itu kan melaÂwan kejaÂhatan, sehingga mereka merasa terÂganggu. Akhirnya meÂlawan polisi.
Apa personil kepolisian di daerah tersebut kurang?
Kebutuhan jumlah aparat seÂlalu menjadi bagian yang dievaÂluasi dari waktu ke waktu. Tetapi di daerah Poso ini tidak hanya saja aparat kepolisian tetapi juga ada BNPT yang ikut memperÂbaiki kondisi di sana.
Untuk semenÂtara ini kami meÂlihat personil yang ada sudah cuÂkup. Hanya saja kami perlu langÂkah-langkah evaÂluasi lebih tepat lagi untukmengidentifikasi keraÂwanan dan cara-cara penangÂguÂlangannya.
Bukankah kepolisian sudah mengetahui keberadaan meÂreka?
Betul. Kami sudah mengetaÂhuiÂnya. Keberadaan kami di sana itu untuk mengatasi masalah terÂsebut. Kami berhadapan dengan pelaku kejahatan. Tugas polisi itu berisiko tinggi dengan menaruhÂkan nyawa.
Kenapa tidak ditangkap?
Kami sedang berupaya mengaÂtasi kelompok-kelompok itu. Perlu adanya strategi yang tepat dalam upaya mengeliminir teror yang ada di sana.
Ada yang menilai kepolisian tidak mampu melakukan upaya preventif, komentar Anda?
Harus disadari bahwa yang mau kami tangkap itu pelaku kriÂminal yang terorganisir, kejahaÂtan luar biasa. Orang-orangnya terÂlatih semua.
Mereka ini punya keteramÂpiÂlan dan kemampuan yang miÂlitan. Mereka juga bisa menemÂbak kaÂrena sudah terlatih. MoÂhon dipaÂhami dulu soal itu. OrÂganisasi seÂperti itu melakukan teÂror, memÂbuÂnuh, dan meresahÂkan masyarakat.
Apa yang akan dilakukan kepolisian agar kondisi semaÂcam ini tidak terulang?
Tugas kepolisian tentunya akan terus berjalan sesuai dengan proÂsedur hukum dan menghorÂmati nilai-nilai HAM. Kami berkeÂyaÂkinan, pelakunya akan dapat diÂproÂses secara hukum dengan seadil-adilnya. Prinsipnya, ada upaÂya sinergis antara aparat neÂgara yang ada di saÂna. Ada TNI, Polri, pemuka agaÂÂÂma, tokoh maÂsyarakat dan para pemuda harus saling memÂbahu agar potensi gangÂguan yang dilakukan kelomÂpok teror ini bisa dieliminir. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: