Romo Benny Susetyo: Kasih Natal Harus Diwujudkan Dalam Kehidupan Nyata...

Selasa, 25 Desember 2012, 08:00 WIB
Romo Benny Susetyo: Kasih Natal Harus Diwujudkan Dalam Kehidupan Nyata...
Romo Benny Susetyo
Bagaimana masalah keama­nan Natal tahun ini?
Pihak keamanan tentunya tidak mau kecolongan. Meski  selama ini penjagaan perayaan Natal cu­kup efektif dan baik, aparat kea­manan terus meningkatkannya..

Apa hanya aparat keamanan saja yang melakukan penja­gaan?
Tidak. Kita dalam hidup ber­bangsa dan beragama saling ber­gotong royong.  Banser, Pramuka dan Karang Taruna ikut menjaga keamanan Natal.
Sebaliknya ketika di daerah-daerah umat Muslim melaksana­kan hari raya besar Idul Fitri atau Idul Adha, umat Katolik, Kristen Protestan dan umat  agama lain­nya sama-sama menjaga keama­nan pada saat sholat ied.

Apa umat Kristiani masih dihantui isu bom?
Ah, tidak juga. Kita punya sen­ja­ta yang ampuh yakni persau­da­ra­an. Bayangkan beberapa wak­tu lalu di Mojokerto ada personel Ban­­ser yang meninggal dunia  saat men jaga keamanan Natal di sana. Itu tercatat di Gereja Kato­lik dunia loh.
  Ini bukti bahwa  perbedaan ke­yakinan  itu  membuat kita ber­saudara, bukan saling memusuhi. Sebagai anak-anak bangsa sudah kewajiban kita untuk merajut semangat persaudaraan meski berbeda agama.
Itu sebenarnya tumbuh di Indo­nesia seperti persaudaraan umat beragama di Ambon, Flores, Ma­nado, Papua, Medan, Kalimantan dan lainnya. Perbedaan malah menjadikan kita sebagai bangsa yang kuat.

Apakah suasana Natal kali ini ada perbedaan dengan tahun sebelumnya?
Tahun ini Natal nampaknya lebih sederhana. Penuh kepriha­tinan. Memang esensi Natal itu harus dilakukan secara sederha­na. Karena yang diharapkan ada­lah datangnya Natal dapat me­lahirkan sikap prilaku baru yang baik. Kebiasaan lama yang buruk kita tinggalkan.

Apa harapan umat Kristiani ?
Kami berharap negara ini bangkit sebagai negara yang be­bas dari korupsi dan masalah-masalah lainnya.

O ya, apa kerusuhan Poso  mengganggu?
Sebenarnya pristiwa itu timbul akibat dari munculnya paham ra­dikalisme. Tapi kalau dari ma­syarakatnya hubungan antar aga­ma berjalan baik. Umat tidak  ter­provokasi. Sejauh ini masih kuat hubungan dua komunitas itu.

Bagaimana hubungan KWI dengan Anshor?
Baik. Sejak awal KWI dan An­shor menginginkan perayaan hari besar keagamaan  bisa berjalan dengan damai dan tertib, se­hingga bangsa ini menatap ke de­pan untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara.

Apa toleransi di Indonesia menurun?
Ya. Ini akibat absennya pe­merintah dalam menindak pelaku kekerasan. Pemimpin harus ber­pihak ke­pada rakyat,  meng­ak­tualisasi nilai-nilai toleransi agar tercipta perdamaian dalam ne­geri.  [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA