Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Agustus 2012, jumlah penduduk Indonesia usia produktif 110,8 juta orang.
Sekitar 53,88 juta orang luÂluÂsan SD, dan 20,22 juta orang luÂÂluÂsan SMP. Sedangkan lulusan uniÂÂÂverÂsitas yang sudah bekerja hanya 6,98 juta orang dan luluÂsan penÂdiÂdikan diploma hanya 2,97 juta orang.
Menanggapi hal itu, Menteri TeÂnaga Kerja dan Transmigrasi (MeÂnakertrans) Muhaimin IskanÂdar mengatakan, masalah peÂngangÂgÂuran harus ditangani serius. Jika tidak, Indonesia bakal diÂpenuhi penggangguran yang penyerapan kerjanya rendah. KaÂrena lapangan kerja yang tersedia tak mampu meÂnampung tenaga kerja yang minim keahlian dan keterampilan kerja.
“Meski kondisi ketenagakerÂjaan semakin membaik dari tahun ke tahun, kami akan terus memÂbuka lapangan kerja baru,†kata Muhaimin Iskandar kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya;
Ada empat hal, yakni peningÂkaÂÂtan kualitas SDM dengan memÂbaÂngun kompetensi kerja meÂÂÂlalui Balai Latihan Kerja (BLK), pembangunan sistem penÂdidikan, memfasilitasi tumÂbuh dan berÂfungsinya mekanisÂme bursa kerÂja, memprakarsai prog-ram peÂngemÂbangan kewirausaÂhaan dan penÂciptaan lapangan peÂkerÂjaan baru melalui program transÂmiÂgrasi, pengemÂbaÂngan laÂhan-lahan pertaÂnian serta industri pengolahan di kawasan transÂmigrasi.
Apa transmigrasi ampuh mengurangi pengangguran?
Ya. Program transmigrasi meÂrupakan salah satu solusi peÂngangÂguran yang efektif dan telah terÂbukti dari tahun 1950 sampai saat ini telah dirasakan manfaatnya oleh sekitar 2,2 juta keluarga atau sekitar 8,8 juta orang miskin dan pengangguran telah memÂpeÂroÂleh peluang berusaha dan kesemÂpatan kerja.
Selain itu, program transÂmiÂgrasi yang telah berlangsung seÂlama 62 tahun juga menyebabkan adanya efek ganda dalam penyeÂdiaan kesempatan bekerja, karena ribuan tenaga kerja terserap daÂlam proses pembangunan transÂmigrasi.
Bukankah transmigrasi hanya mengurangi penduduk perkotaan?
Siapa bilang. Memang dari seÂÂgi jumlah memang akan kita kuÂÂrangi jumlah penduduk kota. TaÂpi kan dari segi kualitatif akan kita tingkatkan, sehingga benar-benar berimplikasi ekoÂnomi.
Saat nanti ketika ekonomi maÂju, transmigrasi swakarsa manÂdiri malah diharapkan datang sendiri ke daerah transÂmigrasi.
Apakah para transmigran selalu dilepas begitu saja?
Tidak. Kita selalu berikan peÂlatihan untuk memberikan gamÂbaran umum kondisi dan lokasi yang akan dituju, hak dan kewajiÂban sebagai transmigran, motivaÂsi dan sikap mental untuk maju dan keterampilan sesuai kebutuÂhan lokasi yang dituju. Proses pelatihan yang akan dijalani para calon transmigran itu memakan waktu hingga tujuh hari atau mencapai 56 jam.
Tujuannya apa?
Supaya mereka siap menjalani keÂhiÂdupan baru, karena di daerah baru ini tentu memiliki poÂtensi yang berbeda di masing-masing tempat.
Apa ada kementerian yang membantu program transmiÂgrasi?
Pengembangan kawasan transÂÂmigrasi tentunya memÂbuÂtuhÂkan kerja sama daerah dan duÂkungan instansi lintas sektor terÂkai,t seÂperti Kementerian PerÂtanian, KeÂmenterian Pekerjaan Umum, KeÂmenÂÂterian Koperasi dan UKM, Kementerian Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional dan KemenÂterian BUMN.
Tanpa peran serta instansi terÂkait, maka akan lebih sulit menciptakan program transÂmiÂgrasi berkualitas.
Selama ini kok progres transÂmigrasi tidak kedengaran?
Itu tidak benar. Selama ini, proÂgram pembangunan transmiÂgrasi dinilai telah bermanfaat nyata menumbuhkan kawasan-kawaÂsan tertinggal di daerah yang anÂtara lain terbukti dengan tumbuhÂnya kawasan tersebut menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan pemerintahan. Sampai dengan tahun 2012 tercatat 103 permuÂkiÂman transmigrasi telah berÂkembang menjadi ibukota kabuÂpaten-kota dan 382 permukiman transmigrasi menjadi ibukota kecamatan.
Bukti keberhasilannya seperti apa?
Saat ini program transÂmigrasi telah berhasil memÂbaÂngun 1.183 permukiman transmiÂgrasi menjadi desa definitif, bahÂkan terdapat satu ibukota provinsi yang berasal dari lokasi transmiÂgrasi, yakni UPT Mamuju yang seÂkarang dijadikan Ibukota ProÂvinsi Sulawesi Barat.
Di samping itu, kurang lebih 37 persen kawasan transmigrasi telah berkembang menjadi senÂtra produksi pangan serta memÂberiÂkan kontribusi terhadap proÂduksi beras nasional sebanyak kuÂÂÂrang lebih 5,8 juta ton pada taÂhun 2011. Makanya saya sebut transÂmigrasi merupakan salah satu soÂlusi alternatif untuk meÂningÂkatÂkan kesejahteraan maÂsyaÂÂraÂkat di daerah, khususnya daerah tertingÂgal, perbatasan dan pasca konflik.
Apakah manfaatnya itu saja?
Program transmigrasi tidak hanya untuk meningkatkan keseÂjahteraan transmigran dan masyaÂrakat sekitar. Tapi juga berdamÂpak dalam pemeratan pembaÂnguÂnan di daerah-daerah dan meÂningkatkan persatuan dan kesaÂtuan bangsa serta menjaga keutuÂhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tanggal 12 Desember adalah hari bersejarah bagi penyelengÂgaraan program transmigrasi di Indonesia dimana pada tanggal 12 Desember 1950 adalah hari perÂtama Pemerintah Republik Indonesia menyelenggarakan perÂpindahan penduduk yaitu deÂngan memberangkatkan 23 KK (77 jiwa) penduduk Provinsi JaÂwa Tengah menuju Gedung TaÂtaan sebelah Utara Kota Tanjung Karang, Karesidenan Lampung.
Mengenang hari bersejarah itu, apa yang Anda lakukan?
Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka tanggal 12 DeÂsemÂÂber dijadikan sebagai Hari Bhakti TransmigraÂsi (HBT) yang Âdiperingati setiap tahun, seÂbagai wujud rasa syukur dan keÂcinÂtaan kepada pionir-pionir transmigrasi dan cita-cita kemerÂdekaan bangsa, makanya kita ingin melakukan revitalisasi transÂmigrasi dalam menciptakan lapangan kerja dan kemandirian masyarakat.
Apa manfaatnya?
Revitalisasi penyelenggaraan transmigrasi merupakan percepaÂtan (akselerasi) yang dibarengi peningkatan kualitas seÂtiap tahapan pembangunan transÂmigrasi. ArahÂnya sangat jelas, yaitu menjamin bahwa seÂtelah lima tahun sejak penemÂpatan, permukiman transmiÂgrasi sudah menjadi desa yang mandiri atau desa swakarya.
Artinya, selama lima tahun pembinaan dan pengembangan, masyarakat transmigrasi sudah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya mulai dari pangan, sanÂdang, layanan pendidikan, keseÂhatan, serta aspek sosial budaya dan ekonomi lainnya. Dengan deÂmiÂkian, masyarakat dan kawasan transmigrasi yang secara otomatis menjadi desa binaan Pemerintah Daerah siap berkembang menjadi ciÂkal bakal pusat pertumbuhan baru atau mendukung pusat pertumÂbuhan yang sudah ada. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: