WAWANCARA

Mahfud MD: Saya Ingin Kembali Ke Kampus, Buat Apa Popularitas Segala...

Jumat, 07 Desember 2012, 08:55 WIB
Mahfud MD: Saya Ingin Kembali Ke Kampus, Buat Apa Popularitas Segala...
Mahfud MD
rmol news logo .Mahfud MD tidak khawatir popularitasnya merosot setelah tidak menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK).

“Buat apa popularitas segala, saya ingin kembali ke kampus setelah tidak menjadi Ketua MK lagi,’’ ujar Ketua MK Mahfud MD kepada Rakyat Mer­deka, kemarin.

Bekas Menhan itu mengaku senang memimpin MK. Tapi ti­dak mau terlena di posisi enak itu. Begitu masa tugasnya  bera­khir 1 April mendatang, tidak ingin di­lanjutkan. Makanya sudah mengi­­r­im surat ke DPR 1 Okto­ber lalu mengenai itu.

“Ibaratnya, saya ini sedang me­nikmati makanan yang enak, tapi berhenti sebelum kenyang se­perti diajarkan agama,”  katanya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Ah, masa alasannya sederha­na begitu?

Ya. Saya harus berhenti dalam keadaan senang agar tidak men­jadi sewenang-wenang. Kalau me­rasa senang dan diteruskan, nanti bisa sesat kan.

Anda sudah mengatakan ini tidak terkait politik, tapi publik merasa yakin terkait Pilpres 2014, ini bagaimana?

Saya berhenti dari jabatan ketua MK nanti sama sekali tidak ada urusan politik. Saya hanya ingin kehebatan MK ini institu­sio­nal, bukan personal.

Dulu saya mengkritik muncul­nya kesan bahwa MK identik de­ngan Pak Jimly Asshiddiqie. Nah, sekarang ti­dak boleh muncul ke­san bahwa MK ini identik de­ngan Mahfud MD. MK itu bagus seca­ra insti­tutional, bukan per­sonal.

Bukankah Anda begitu diha­rapkan menjadi capres?

Soal itu belum pasti sebagai pilihan aktivitas. Nanti saja. Saya tahu perbedaan antara opini dan fakta politik.

Apa sudah ada parpol yang meminang Anda menjadi capres?

Tokoh-tokoh berbagai parpol su­dah berbicara dengan saya ten­tang peluang dalam Pilpres 2014. Begitu juga kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Saya juga tahu bahwa media menulis luas tentang itu.

Kalau yang meminang seca­ra resmi?

Kalau pinangan resmi belum di­lakukan, karena parpol sendiri harus menunggu pemilu legisla­tif. Sedangkan posisi saya seba­gai hakim, dilarang berpolitik prak­tis. Jadi belum ada kese­pakatan final.

PKB menyebut Anda salah satu calon, sejauhmana pembi­ca­raan ke situ?

Ya, baru bicara-bicara lepas be­gitu saja. PKB belum definitif men­calonkan si A atau si B. Tapi  masih menghimpun dan mena­wari kepada banyak figur.

Nanti figur-figur itu digodok di forum partai. Tentu kalau hanya diajak bicara-bicara begi­tu, tidak bisa geer. Sebab tawa­ran masih diberikan kepada banyak orang.

O ya, Anda bilang hanya ingin kembali ke kampus, be­gitu pentingkah itu?

Ya. Saya akan kembali ke dunia kampus untuk mencetak pendekar-pendekar hukum yang berkarakter.

Anda menilai MK kredibel dan professional, apa alasan­nya?

Masyarakat menilainya begitu. Secara subyektif kami juga me­rasakannya seperti itu. Penilaian bahwa MK profesional dan inde­penden datang dari dalam mau­pun luar negeri. MK itu populari­tasnya secara nasional dan inter­nasional.    

Masa sih sampai internasio­nal?

Ya. Saya ini sering diundang ke berbagai negara untuk men­jelas­kan tentang independensi dan vonis-vonis MK yang feno­menal.

Ke negara mana saja?

Misalnya saya pernah diun­dang ke Jerman, Turki, Rusia, Ma­roko, Afrika Selatan, Austra­lia, Brasil dan negara lainnya. Sa­ya diundang untuk menjelaskan MK yang dianggap fenomenal dan progresif. Ada juga penilaian di dalam Oxford Handbook.

Memangnya Oxford Hand­book menilai MK seperti apa?

Dalam Oxford Handbook yang terbit tahun 2012 ini, di halaman 12 Alex Stone Sweet menyebut MK kita  ada dalam deretan atas se­bagai MK yang efektif dan in­dependen. Alex Stone ini kan su­dah dikenal luas di Amerika se­bagai the Godfather of Compa­rative Constitusional Court.

O ya, siapa hakim yang tepat menggantikan Anda sebagai Ketua MK?

Saya rasa harus diketahui juga bahwa hakim-hakim MK yang ada sekarang ini berintegritas, kom­­pak, dan sangat cinta NKRI.

Saya ini bangga pada mereka karena integritas dan disiplinnya. Sa­ya akan kenang mereka seba­gai pendekar-pendekar hukum yang penuh pengabdian dan per­sahabatan.

Delapan hakim yang ada se­karang ini secara moral dan ke­ah­lian sama-sama berkualitas menjadi ketua MK. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA