WAWANCARA

Jero Wacik: Rakyat Nggak Perlu Resah, BBM Bersubsidi Tetap Ada

Senin, 03 Desember 2012, 09:11 WIB
Jero Wacik: Rakyat Nggak Perlu Resah, BBM Bersubsidi Tetap Ada
Jero Wacik

rmol news logo Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi gara-gara pemerintah melakukan penghematan. Tujuannya agar kuota cukup hingga akhir tahun.

“Namun yang terjadi antrean panj­ang, sampai ada yang ribut. Kami tidak mau rakyat rugi dan sengsara. Makanya kami akan mengajukan ke DPR untuk me­nambah kuota,” kata Menteri Ener­gi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik, kepada Rak­yat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Awal November 2012, sudah di­ke­­tahui ada gejala terjadi ke­ku­ra­ngan. Stok premium yang ada saat ini hanya cukup hingga 23 Desember 2012. Solar akan habis 11 Desember 2012. Padahal dua minggu sebelum akhir tahun ba­nyak masyarakat berlibur, se­hingga membutuhkan banyak BBM.

“Dilakukanlah penghematan. Misalnya satu pom bensi dikura­ngi 10 persen. Sebenarnya niat ka­mi itu baik untuk penghema­tan,” ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Penghitungan kuotanya salah?

Subsidi BBM itu cukup besar, se­hingga kehilangan kesempatan un­tuk membangun infrastruktur dan lainnya. Makanya pemerin­tah sempat mengusulkan agar harga BBM dinaikkan. Tapi tidak dikabulkan DPR ketika itu.

Mengingat DPR tidak mengi­zin­kan menaikkan harga BBM bersubsidi maka kuota BBM sub­sidi harus ditekan. Artinya, rakyat tidak boleh membeli BBM subsi­di banyak-banyak.


Berapa kuoto BBM subsidi akan diminta ke DPR?

Tahun 2011 BBM subsidi yang di­keluarkan secara riil itu 42 juta ki­lo liter. Maka 2011, kami meng­ajukan ke DPR agar kuotanya naik menjadi 45,2 juta kilo liter. Tapi yang disetujui DPR hanya 40 juta kilo liter untuk kuota BBM subsidi tahun ini.

Waktu itu saya sudah bilang, tidak akan cukup. Karena perki­raan awal kami, pertambahan mobil baru pada 2012 mencapai 940 unit dan sepeda motor ber­tambah 9 juta unit. Sementara, mo­bil lama masih jalan. Tidak mung­kin kalau 40 juta kilo liter itu mencukupi.

    

Pemerintah tidak melakukan lang­kah-langkah agar kuota BBM subisid tahun ini men­cukupi?

Kami sudah buat program penghematan. Misalnya mobil pemerintah, pertambangan, dan per­kebunan tidak boleh pakai pre­mium, serta penghematan peng­gunaan listrik. Tapi program itu hasilnya tidak banyak.

   

Bukankah pertengahan ta­hun lalu sudah disetuji ada­nya tam­bahan kuota?

Betul. Waktu pertengahan ta­hun itu, ada APBN-P yang kami usulkan lagi  ke DPR. Disetujui BBM subsidi itu 44 juta kilo liter.

   

Kenapa masih kurang, apa­kah BBM bersubsidi itu diga­rong?

Kan awalnya yang kami usul­kan itu 45 juta kilo liter. Kemu­di­an kami lakukan evaluasi pada awal November tahun ini dan men­dapatkan data dari Gaikindo yang mengatakan, mobil baru yang laku tahun ini sudah men­capai 1.050.000 unit. Padahal perkiraan awalnya 940 ribu.

Nggak mungkin bisa bertahan dengan angka 44 juta kilo liter itu. Meski demikian, bangsa ini harus aman. Kelangkaan yang terjadi se­karang ini karena adanya peng­hematan, daripada nanti bulan Desember terjadi risiko besar.

Sebab, Desember itu kan banyak libur seperti Hari Natal dan Tahun Baru. Kami sudah an­tisipasi dengan penghematan itu. Tetapi kasihan rakyat juga, se­hing­ga pada saat Rakor beberapa wak­tu lalu, kami akan meng­usulkan ke DPR agar menambah kuota sebanyak 1,2 juta kilo liter dengan anggaran sebesar Rp 6 triliun.

   

Kalau itu dikabulkan, apa tidak terjadi kelangkaan BBM subsidi hingga akhir tahun?

Kami jamin tidak akan terjadi lagi kalau usulan sebanyak 1,2 juta kilo liter itu disetujui DPR. Kan kalau kami melewati 44 juta kilo liter itu, kami melanggar Un­dang-Undang APBN. Di sisi lain, kalau ditambah. Nantinya rakyat akan kekurangan BBM subsidi.


Kapan usulan itu disam­paikan ke DPR?

Kami sedang mencari waktu dengan DPR. Mungkin awal De­sember. Saya minta rakyat nggak perlu resah. Sebab, BBM bersub­sidi tetap ada, kami sudah mem­persiapkannya.


Apa solusinya?

Sempat ada pemikiran memba­tasi penjualan mobil. Tapi kan jum­lah mobil dan motor yang ter­jual itu menunjukkan kemajuan bangsa. Kalau ada rakyat yang ta­dinya ti­dak punya motor, ke­mu­dian beli mo­­tor, itu menun­jukkan ekonomi naik. Kan nggak boleh juga dila­rang. Atau yang tadinya punya mo­tor, sekarang membeli mo­bil. Ini berarti ekonomi­nya baik. Berarti ada pemerataan pemba­ngu­nan. Kalau pun ada kebijakan, yang punya mobil jangan banyak-banyak. Kalau sudah punya dua mobil, lalu beli lagi, maka mobil ketiga itu pajaknya digedein.

Himbauan saya, yang sudah agak kaya, mengertilah. Beli BBM non subsidi. Bantu peme­rin­­­tah dan rakyat. Saya sudah pe­rintahkan ke Pertamina agar memproduksi sebanyak-banyak­nya BBM non subisidi di seluruh I­ndonesia.

   

Bagaimana dengan kuota BBM subsidi tahun depan?

Mulai Januari 2013 itu sudah ada aturan baru yakni kuota BBM subsidi yang disetujui dalam APBN sebanyak 46 juta kilo liter. Untuk 2013 sudah disiapkan.


O ya, apa hari tanpa BBM itu bisa dilaksanakan tahun depan?

Hari tanpa BBM subsidi itu se­benarnya baru sebatas ide saja. Ka­mi akan sosialisasikan dulu. Saat ini belum diberlakukan. Ta­hun depan kami lihat perkem­ba­ngan­nya.  [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA