Rekaman kutipan pidato yang dinilai banyak kalangan sebagai tindakan merendahkan wartawan itu didapatkan dan disiarkan
Metro TV. Berikut kira-kira isinya:
"
Wartawan itu harus diajak bergerak. ,, Wartawan itu, apa yang didengar itu yang ditulis. Kalau trus gak dengar apa-apa dia gak nulis apa-apa (suara hadirin tertawa). Dipengaruhi orang-orang lain itu yang ditulis. Kacau sudah. Kita yang kacau. Tetapi kalau diterangkan, kumpulkan sepuluh orang, terangkan, terangkan, sekali belum mengerti, dua kali, dua kali belum ngerti, lima kali, lima kali belum ngerti, sepuluh kali. Sampai dia ngerti betul. Baru muat. Begitu dimuat, periksa muatannya, sudah benar belum. Kalau mau, kasih hadiah. Kalau gak mau kasih gak apa-apa, tetapi kebangetan (hadirin tertawa gemuruh). Masa, segede BP Migas gak pernah mau kasih hadiah. …"
Beberapa saat lalu, Jero Wacik sendiri memenuhi undangan
Metro TV untuk mengklarifikasi peredaran rekaman itu.
"Itu memang suara saya. Kemarin kami kumpulkan semua eks BP Migas untuk bangun moralnya karena mereka habis dibubarkan. Saya harus angkat moralnya," ujar Jero, saat wawancara
live, Rabu malam (21/11).
Menurutnya, awalnya pertemuan itu tidak diagendakan untuk dihadiri wartawan karena dijadwalkan tertutup. Namun karena ada desakan untuk transparan, maka pertemuan jadi terbuka.
Nah, inti pidatonya saat itu, menurut Jero lagi, adalah teguran keras kepada eks Humas BP Migas karena tidak becus bekerja membangun komunikasi yang baik dengan wartawan. Sehingga, publik menilai BP Migas selalu berkinerja buruk.
"Salah satu kalimat saya tegur humas. Saya nggak ada niat melecehkan wartawan, wartawan salah satu sahabat sejak saya jadi pejabat publik. Wartawan salah satu pilar yang bisa menyampaikan kinerja pemerintah ke rakyat," demikian Jero.
Lalu mengapa ada kalimat "kasih hadiah"? Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat itu menjelaskan maksudnya bukan suap atau sogokan supaya wartawan tidak kritis dan tajam menulis laporan. Hadiah yang dia maksud adalah sikap baik kepada wartawan agar hubungan antara pemerintah dan media massa terjaga.
"Saya waktu di Budpar (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata) tiap tahun mengadakan anugerah pesona wisata, menilai karya wartawan yang bagus-bagus. Yang terbaik dapat piala, sertifikat dan ada amplopnya. Jadi bukan berarti setelah berita dimuat dan beritanya bagus terus dikasih hadiah, bukan begitu," urainya.
[ald]
BERITA TERKAIT: