Pemberian gelar pahlawan nasional untuk Bung Karno kurang sempurna. Sebab, tidak dilakukan rehabilitasi nama baik proklamator RI tersebut.
Bung Karno ditumbangkan daÂlam kudeta yang berawal dari peÂristiwa Oktober 1965 hingga puncaknya pada Sidang Istimewa MPRS 1967.
Begitu disampaikan Putri Bung Karno, Rachmawati SoekarnoÂpuÂtri, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
“Pemberian gelar pahlawan naÂsional itu tidak sempurna sebeÂlum dicabut TAP MPRS XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan KekuaÂsaan Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno,†papar KeÂtua Dewan PenÂdiri Yayasan Pendidikan Soekarno itu.
Berikut kutipan selengkapnya:
Nama Soekarno pernah terceÂmar karena dituduh terlibat pemÂberontakan 30 September 1965. Hal itu tertulis dalam perÂtimÂbaÂngan TAP XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan KeÂkuasaan Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno.
Tidak hanya itu, TAP XXXIII/MPRS/1967 juga turut meÂnyeÂret-nyeret pendiri Partai NaÂsioÂnal InÂdonesia itu ke persoalan huÂkum. Dalam BAB II ketetapan tertulis, Menetapkan penyeleÂsaiÂan perÂsoaÂlan hukum selanjutÂnya yang menyangkut Dr. Ir. SuÂkarÂno, dilaÂkukan menurut keÂtenÂtuan-ketenÂtuan hukum dalam rangka meneÂgakkan hukum dan keadilan, dan menyerahkan peÂlaksanaannya kepada Pejabat Presiden.
Tapi Anda merasa bangga deÂngan pemberian gelar pahÂlawan nasional itu?
Ya, tentu bangga dan terÂsanÂjung atas pemberian gelar pahÂlaÂwan nasional itu. Namun TAP XXXIII/MPRS/1967 itu belum dicabut.
Saat saya menanyakan ke MenÂsesneg jika gelar pahlawan dibeÂrikan tapi TAP XXXIII/MPRS/1967 belum dicabut, beliau meÂnyebutkan, pencabutan tap itu domainnya MPR.
Saat Anda menjadi WantimÂpres, apa tidak mengusulkan?
Saat saya menjabat sebagai DeÂwan Pertimbangan Presiden (WaÂtimpres) di pemerintahan PreÂsiden SBY, saya selalu minta keÂpada pemerintah mencabut TAP XXXIII/MPRS/1967. Tapi tidak ada jawaban positif.
Memang ada yang bilang TAP XXXIII/MPRS/1967 itu pernah dianulir dan dihapus, tapi samÂpai sekarang belum ada dan nggak masuk akal.
Kalau dulu saya diberitahuÂkan pada tahun 2003 ada pengÂÂanuÂliÂran dan penghapusan TAP XXXIII/MPRS/1967 tentu saÂya tidak akan terus menaÂnyakan.
Pertanyaannya, kalau ada kaÂpan sidangnya dilaksanakan. Itu yang saya minta dari tahun ke taÂhun kepada presiden. Beberkan itu ke masyarakat. Saya minta ketegasan.
Lamanya poses politik ini ada keanehan tidak?
Ini masalah kesinisan politik saÂja pada Bung Karno. Bahkan sempat terjadi Desoekarnoisasi saat Orde Baru. Di sini saya meliÂhat bangsa ini tidak memiliki kaÂrakter.
Kalau belum juga dihapusÂkan bagaimana?
Tentunya pemberian gelar pahlawan ini kebohongan besar yang dibuat kepada masyaÂrakat.
Saya tetap minta TAP XXXIII/MPRS/1967 dicabut. Kalau tidak diÂcabut, kan aneh dan lucu. IbaÂratÂnya seseorang dianggap berÂsaÂlah tapi mendapatkan gelar pahÂlawan. Ini kan nggak benar.
Seharusnya bagaimana?
Cabut dulu TAP XXXIII/MPRS/1967, setelah itu diÂangkat menjadi pahlawan naÂsional. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: