Jenderal Timur Pradopo: Kami Terus Amankan 180 Titik Rawan Konflik

Sabtu, 10 November 2012, 10:29 WIB
Jenderal Timur Pradopo: Kami Terus Amankan 180 Titik Rawan Konflik
Jenderal Timur Pradopo

rmol news logo Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, pengamanan terhadap daerah konflik menjadi prioritas. Termasuk 180 titik rawan konflik, seperti kasus Lampung Selatan.

 â€œPolri terus melakukan tu­gas­nya melakukan penga­ma­nan di seluruh Indonesia, ter­ma­suk di titik-titik rawan kon­flik,” kata Timur Pradopo kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta.

Seperti diketahui, Menteri So­sial Salim Segaf Al Djufri me­nye­but­kan, ada 180 titik rawan kon­flik yang tersebar di Indonesia. Di titik-titik ini, mudah tersulut per­ti­kaian dan bentrokan antar ma­syarakat seperti di Lam­pung Selatan.

Timur Pradopo selanjutnya me­ngatakan, kerusuhan yang ter­jadi di Lampung Selatan telah dire­habilitasi. Semuanya berang­sur-angsur membaik.

“Setelah Polri lakukan reha­bi­li­tasi, semua mulai membaik. Ma­­syarakat sudah bisa ber­akti­fitas lagi,” ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Sampai kapan rehabilitasi  dilakukan?

Terus kami lakukan agar ke­hidupan masyarakat normal kembali.

Langkah-langkah rehabili­tasi yang dilakukan Polri terus kami kembangkan.


Apa seluruh pengungsi su­dah  kembali ke rumah masing-ma­sing?

Ya. Seluruh pengungsi kini su­dah kembali. Makanya Polri be­rupaya menciptakan kondisi yang kodusif.

Artinya, menjadi normal kembali.

   

Sampai kapan pihak kea­ma­nan di sana?

Sampai kondisinya aman betul. Tujuan kami agar masyarakat bisa melakukan kegiatan seperti bia­sanya.


Berapa lama rehabilitasi yang dilakukan Polri bersama sejumlah menteri?

Rehabilitasi kami lakukan be­berapa minggu ini.


Berapa banyak pasukan Pol­ri ditugaskan di sana?

Tentunya akan kita sesuaikan de­ngan kondisi yang ada sam­pai keamanan utuh.


Apa ada rencana penarikan pasukan?

Nanti dilihat perkembangan­nya, sekarang masih dalam posisi ber­jaga-jaga. Namun, nanti akan di­ta­rik secara bertahap.

Mengenai 20 saksi yang di­pe­riksa terkait kerusuhan Lam­pung Selatan bagaimana?

20 saksi sedang dimintai ke­te­rangan.


Apa ada kesulitan untuk cip­ta­kan kedamaian di daerah kon­flik?

Tidak, kan semangatnya untuk damai. Itu yang membuat kita ber­semangat menyelesaikannya.


Seperti dikatakan Mensos ada 180 titik rawan konflik di In­­do­nesia, bagaimana antisi­pasi Polri?

Daerah yang memang berpo­ten­si mengganggu keama­nan, pas­ti akan kita lakukan pe­nga­ma­nan dan rehabilitasi. Tapi itu be­lum masuk dalam wilayah hu­kum.

Yang kita kedepan­kan seka­rang adalah peranan pe­merintah daerah, tokoh masya­ra­kat, tokoh agama dan instansi ter­kait me­nangani masalah konflik.


Instansi mana saja?

Kalau masalah kehutanan tentu Kementerian Kehutanan. Ka­lau masalah pertanahan, BPN yang ikut menyelesaikannya. Pola-po­la seperti itu yang harus dike­de­pankan.


Sudah ada komunikasi de­ngan instansi terkait, termasuk kepala daerah setempat?

Ya, sudah. Pastinya komuni­kasi terus kita lakukan untuk  ber­sama-sama menjaga keama­nan di daerah masing-masing.


O ya, apa bantuan TNI selalu dibutuhkan Polri?

Saya kira semua tergantung si­tua­sinya dan semua berjalan se­suai dengan apa ko­mitmen kita antara Polri dan TNI.


Situasi seperti apa saja yang membutuhkan bantuan TNI?

Kalau Polri membutuhkan per­­sonel yang banyak di­sebab­kan oleh daerahnya luas dan kon­­flik yang makin mem­besar, ma­ka Polri minta bantuan TNI.  [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA