WAWANCARA

Meutia Hatta: Ibu Saya Pernah Disindir Bukan Istri Pahlawan Nasional

Kamis, 08 November 2012, 08:37 WIB
Meutia Hatta: Ibu Saya Pernah Disindir Bukan Istri Pahlawan Nasional
Meutia Hatta
rmol news logo Keluarga besar Bung Hatta bersyukur atas penganugerahan  pahlawan nasional kepada Wakil Presiden pertama tersebut.

“Bung Hatta memang sudah se­pantasnya menerima gelar pah­lawan nasional. Kami sekeluarga sangat berterima kasih kepada pe­merintah dan embaga tinggi negara,” kata Putri Bung Hatta, Meutia Hatta, kepada Rakyat Mer­deka, di Jakarta, kemarin.

Seperti diketahui, Presiden SBY  memberikan gelar pahla­wan nasional kepada Bung Karno dan Bung Hatta, di Istana Negara, kemarin.

Penghargaan diterima keluarga Bung Karno yang di­wa­kili Guntur Soekarnoputra. Se­dang­kan  Keluarga Bung Hatta diwakili Meutia Hatta.

Meutia Hatta selanjutnya me­ngatakan, pemberian gelar terse­but akan membuat generasi muda mengingat kedua tokoh besar bangsa Indonesia itu.

“Saya kira bukan hanya ke­luarga yang berbahagia, tapi  ju­ga rakyat Indonesia,” kata be­kas Menteri Negara Pember­da­yaan Perempuan itu.

Berikut kutipan selengkapnya:

Seberapa besar dukungan rak­yat itu?

Bung Hatta itu kan pejuang un­tuk rakyat dan bangsa, se­hingga  banyak rakyat  meng­har­gai jasa-jasanya. Hari ini (ke­ma­rin), saya banyak mendapatkan SMS yang mengucapkan sela­mat.

Bukankah Bung Hatta sudah dapat gelar pahlawan pro­kla­ma­tor?

Bung Karno dan Bung Hatta memang telah mendapatkan gelar sebagai proklamator kemerde­kaan Indonesia. Namun makna gelar itu masih sempit, sehingga ke­­dua tokoh ini hanya diingat anak muda sekarang sebagai orang yang memproklamasikan Kemer­de­kaan Indonesia.

Padahal, perjalanan menuju pro­klamasi itu sangat panjang dan penuh perjuangan.

Bung Hatta  sudah berjuang sejak usia  muda, 23 tahun. Pada 1921 pergi ke Belanda dan aktif da­lam organisasi Perhimpunan Hin­dia Belanda di Belanda. Bah­kan, mengubah organisasi terse­but menjadi Perhimpunan In­donesia.

Apa keluarga mendesak agar Bung Hatta diberikan gelar pah­lawan nasional?

Kami tidak pernah intervensi soal itu. Namun pemberian gelar pah­lawan nasional ini sangat be­rarti bagi kami. Selama ini kalau ada acara-acara kepahlawanan kami tidak diundang.

Sama sekali tidak pernah diundang?

Memang kami pernah sekali diundang dan Ibu saya bergabung dengan ibu-ibu atau janda-janda pahlawan nasional. Saat itu Ibu saya pernah disindir bukan ter­masuk istri pahlawan nasional. Itu dikatakan di depan saya. Jadi ada semacam pemetaan.

Karena itu, dengan gelar ini ka­mi sangat bersyukur.  Saya yakin Presiden SBY sudah tepat mem­berikan gelar itu. Sebab, memang sudah seharusnya diberikan.

Anda yang menilai seharus­nya Bung Hatta  diberikan ge­lar itu sejak lama, komentar Anda?

Bung Karno itu ada sedikit ma­salah dengan TAP MPRS. Tapi saya lupa tepatnya nomor berapa. Bung Hatta kebawa-bawa, pa­dahal tidak ada masalah. Kedua pahlawan ini selalu disebut seba­gai pahlawan proklamator dan dwi tunggal. Padahal tidak per­nah diangkat, apa sih sebenarnya dwi tunggal itu.

Akhirnya, Bung Hatta yang se­harusnya sudah bisa diberikan ge­lar pahlawan nasional sejak lama, terus terbawa-bawa dan dikaitkan dengan Bung Karno. Tapi kami Alhamdulillah, saya tidak pernah mempermasalahkannya. Bung Hatta itu kan perjuangannya pan­jang sekali.

Anda kecewa?

Kami tidak kecewa. Tetapi Bung Hatta ini sebenarnya kasi­han karena terbawa-bawa oleh pahlawan proklamator itu dan orang berpikir hanya pahlawan proklamator saja. Padahal, per­juangannya sejak umur 23 tahun.

Harapan Anda dengan dibe­ri­kannya gelar tersebut?

Saya berharap, semuanya bisa mengetahui bagaimana perjua­ngan Bung Hatta. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA