WAWANCARA

Jenderal TNI (Purn) Wiranto: Kalau Dicapreskan, Saya Tidak Kapok...

Kamis, 25 Oktober 2012, 09:45 WIB
Jenderal TNI (Purn) Wiranto: Kalau Dicapreskan, Saya Tidak Kapok...
Wiranto

rmol news logo Dua kali kalah dalam Pilpres, Jenderal TNI  (Purnawirawan) Wiranto tidak ciut nyalinya.

Bekas Panglima TNI/Menhan­kam itu kembali dicalonkan un­tuk berlaga dalam Pilpres 2014.

Kali ini yang menjagokan Ke­tua Umum Partai Hati Nurani Rak­yat (Hanura) adalah par­tainya sendiri.

‘’Partai Hanura sudah memu­tus­kan secara aklamasi bahwa ke­tua umumnya menjadi capres. Ini be­rarti saya untuk ketiga kalinya be­r­laga dalam Pilpres,’’ ujar Wi­ran­to kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Berikut kutipan selengkapnya;

Ada yang mempertanyakan, apa nggak kapok?

Saya tidak kapok. Sepanjang ada yang mencalonkan, kenapa nggak dicoba. Perlu saya jelas­kan, saya maju bukan se­mata un­tuk mendapatkan kekuasaan, tapi ingin mengabdikan diri untuk kemajuan bangsa ini.


Ada yang berpendapat, apa dua kali kalah dalam Pilpres tidak cukup?

Inilah bedanya serdadu dengan politisi. Serdadu dalam pertem­puran mati sekali. Tapi kalau po­litisi tidak ada matinya.

 

Anda sudah siap?

Dari dulu saya sudah siap. Bah­kan sejak Konvensi di Partai Gol­kar saya hadapi 19 tokoh, di 2004 saya hadapi SBY dan Bu Mega, begitu juga 2009.

 

 Apa yang membuat Anda per­caya diri meski dua kali kalah?

Saya memberi contoh ya, Luiz Ina­cio Lula da Silva yang em­pat kali ikut berlaga dalam Pil­pres Brazil. Yang keempat kalinya menang.

Lula da Silva 27 Oktober 2002 memperoleh mandat rakyat Brazil untuk memimpin negara itu. Lula da Silva resmi menjabat sebagai Presiden Brazil  1 Januari 2003.

Yang lebih mengejutkan, bekas Presiden Brazil ini mengaku siap untuk dicalonkan dalam Pilpres Brazil 2014.

 

Bukankah Brazil dengan kita berbeda?

Tentu berbeda. Saya juga mau dicalonkan karena Partai Hanura saat Rapimnas awal tahun ini secara aklamasi menentapkan saya sebagai ketua umum untuk menjadi calon presiden dari Par­tai Hanura.

Secara pribadi terlepas dari par­tai dan sebagai politisi yang tidak pernah mati perjuangannya, maka tidak ada satu keinginan un­tuk menolaknya. Sebab itu ke­inginan Partai Hanura yang tersebar dari Sabang sampai Me­rauke.

Apalagi Hanura tidak ada kon­flik yang bulat-bulat mendukung ke­tua umumnya maka timbul per­juangan partai. Karena simbiose antara saya dicalonkan sebagai ca­pres 2014 dengan partai ini yang ingin terus tumbuh dan ber­kem­bang itu satu kesatuan yang utuh.

 

Apa sudah ada komunikasi dengan partai lainnya?

Sudah. Tapi tidak usah dieks­pose karena tidak ada partai seca­ra single atau mandiri untuk men­calonkan presiden sendiri. Tentu pasti melakukan gabungan partai politik.

 

Pesaing Anda banyak dari jen­deral purnawirawan TNI, apa komentar Anda?

 Tidak masalah. Itu bagus toh. Makin banyak calon makin ba­gus, sehingga makin banyak pili­han rakyat.

Negeri ini membutuhkan kom­petisi yang bebas, transparan, dan banyak diikuti calon pemimpin yang memiliki integritas dan kua­litas yang bisa membangun bang­sa dan negara.


Anda tidak gentar mengha­da­pi calon dari TNI ?

Buat apa gentar. Pada saatnya nanti semua akan terpulang pada bagaimana orang itu memiliki persyaratan yang diharuskan se­ba­gai pemimpin bangsa. Yakni se­orang pemimpin harus bisa menjawab persaingan global dan memenangkannya.

 

Apa semua masyarakat me­nge­ta­hui hal itu?

Memang ini nggak mudah juga. Karena tidak semua ma­syarakat kita mampu untuk me­lihat potensi-potensi yang harus dimiliki parpol dan para calon pemimpin. Saat ini masih banyak rakyat yang follow the leader, yakni bagai­mana pemimpin lokal mereka berbicara lewat pesantren atau informal leader lainnya.

Bukan calon-calon yang ma­ju sudah kelihatan track re­cord-nya?

Semua tergantung seleksinya. Walau kita punya calon yang he­bat-hebat tapi pada saat selek­sinya kotor, tidak transparan dan tidak megarah pada kualitas sama saja out put-nya akan jelek juga.

 

Memang popularitas saja tidak cukup ya?

Betul. Popularitas saja me­mang tidak cukup. Menjadi pe­mimpin itu tidak bisa hanya mengandalkan popularitas sema­ta-mata.

Tidak mungkin juga meng­andalkan satu dukungan parpol saja. Tapi betul-betul me­menuhi persyaratan- persya­ratan.  [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA