WAWANCARA

Fuad Rahmany: Mafia Pajak Terus Kami Lawan, Makanya Pegawai Nakal Ditangkap

Sabtu, 20 Oktober 2012, 07:08 WIB
Fuad Rahmany: Mafia Pajak Terus Kami Lawan, Makanya Pegawai Nakal Ditangkap
Fuad Rahmany

RMOL. Ditjen Pajak sudah bekerja sama dengan KPK. Banyak pegawai pajak ditangkap. Tapi masih saja ada yang nakal.

“Bersih total itu butuh waktu.  Per­­cayalah,  mafia pajak terus ka­mi la­wan. Makanya pegawai na­kal te­rus ditangkap. Kami selalu me­la­kukan bersih-bersih agar tidak ada la­gi kasus seperti Gayus Tam­bu­nan,’’ ujar Dirjen Pajak, Fuad Rah­­many,  kepada Rakyat Mer­deka, di Jakarta.

Walau begitu, lanjutnya, ja­ngan di­­tafsirkan oknum pegawai pajak yang nakal terus bertam­bah.Yang ter­­­jadi justru menurun se­telah Dit­jen Pajak bekerja sama dengan KPK.

“Kalau ditanya seberapa besar penurunannya, saya juga nggak tahu ya. Yang jelas, pegawai pa­jak mikir-mikir bertindak na­kal. Sebab, kami pasti menang­kap­nya,’’ paparnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Selain bekerja sama dengan KPK, apa saja terobosan lain un­tuk menangkap pegawai pa­jak yang nakal?

Kami selalu meminta kepada se­­luruh masyarakat, termasuk ma­hasiswa dan wartawan untuk me­laporkan ke Ditjen Pajak jika ada orang pajak yang mencu­riga­kan.


Apa dengan cara itu, pajak bisa bersih?

Saya tidak berani berjanji bah­wa Ditjen Pajak benar-benar bisa bersih meskipun giat melakukan penangkapan terhadap pegawai yang nakal. Yang pasti, kalau yang nakal pasti ketahuan, dan kami tangkap.


Kenapa selalu saja ada yang ber­buat nakal?

Begini ya, semakin banyak kita tangkap pegawai  nakal, jangan dipersepsikan semakin banyak yang nakalnya. Dianggap Ditjen Pajak semakin bobrok. Justru ka­lau kita tangkap, kan bagus dong. Semakin berkurang yang nakal itu. Sedangkan di instansi lain tidak ada penangkapan, se­hingga kesannya tidak bobrok.

Saya rasa, korupsi itu ada di mana-mana. Tidak hanya di pajak saja tapi di beberapa tempat juga ada korupsi. Artinya, korupsi itu selalu ada di mana-mana.

    

Kira-kira berapa lagi pega­wai pajak yang nakal?

Sebenarnya tidak terlalu ba­nyak. Jumlahnya sedikit jika di­banding jumlah pegawai pajak yang puluhan ribu orang. Saat ini pegawai pajak yang berbuat nakal terus menurun karena sering dila­kukan penangkapan.

Meski jumlahnmya sedikit tapi merusak citra. Kalau semua pega­wai Ditjen Pajak brengsek, tidak mungkin ada pemasukan ke kas negara yang mencapai Rp 800 triliun. Sebagian besar pegawai pa­jak itu dedikasinya tinggi dan profesional.

Memang pegawai nakal itu akan tetap muncul. Nakal dan ne­kat itu selalu ada. Mau diceramah seperti apa pun, orang nakal ini te­tap ada. Hanya beberapa gelin­tir saja.


Banyak masyarakat malas bayar pajak karena maraknya ka­sus korupsi, komentar Anda?

Sebenarnya nggak semakin banyak, kan kita tangkap-tang­kapi terus. Jumlahnya pasti me­nu­­run. Sebenarnya tidak ada uang pa­jak yang dikuras oleh koruptor. Kare­na setiap uang pajak yang te­lah di­bayar oleh para wajib pa­jak lang­sung masuk ke kas ne­gara.

Kalau sudah masuk ke kas ne­ga­ra, tidak akan bisa diambil lagi. Sekali lagi saya katakan bahwa Ditjen Pajak itu tidak menerima uang tapi mencatat pelaporan pem­bayaran pajak.

Pembayaran pajak itu ke bank dan langsung masuk ke kas ne­gara. Sa­tu sen pun nggak ada yang ma­suk ke kantor pajak. Dit­jen Pajak ju­ga nggak punya coun­ter untuk me­nerima uang. Uang Rp 800 triliun itu langsung masuk ke kas negara.

   

Menyunat pembayaran wa­jib pajak, itu juga korupsi kan?

Kongkalikong mafia pajak de­ngan pegawai pajak biasanya menyangkut kepatuhan dalam pembayaran pajak. Misalnya, jika ada pengusaha yang wajib mem­bayar sebesar Rp 1 miliar, biasa­nya mereka minta bantuan orang pa­jak untuk menghitungkan ja­ngan sampai pajaknya itu sampai Rp 1 miliar. Mungkin bisa Rp 800 juta. Ini namanya kolusi. Sebe­nar­nya, mafia pajak itu tidak ada di dalam Ditjen Pajak.

   

Masa sih?

Ya. Kesannya di Ditjen Pajak itu ada mafia pajak. Padahal ma­fia pajak itu adanya di luar Ditjen Pa­jak. Mereka itu sekelompok orang atau pengusaha yang ingin men­curi uang negara. Misalnya melalui faktur fiktif. Terkadang juga didukung oknum penegak hu­kum dan pegawai pajak, salah satunya Gayus Tambunan. Kami pun menyebutnya mafia pajak. Gayus itu salah satu orang yang dipakai mereka. Sebab, Gayus ini orang dalam. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA