Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengaku telah mengurai jaringan terorisme yang belakangan bermunculan di Indonesia.
“Jaringan terorisme ini rumit tapi kami berhasil mengurainya. Ternyata mereka saling berkaitan meski sepintas terlihat berdiri sendiri-sendiri,†kata Ansyaad Mbai kepada Rakyat Merdeka saat ditemui di kantornya, Senin (17/9).
Menurut, aksi terorisme yang munÂcul semua bersumber dari raÂdikalisme, sehingga pemerintah merasa perlu membuat program dan blue print dalam melakukan penÂcegahan dan perkemÂbanganÂnya.
“Saat ini kami sedang memÂbuat blue print untuk memÂbeÂranÂtas dan mencegah peÂnyeÂbarÂannya yakni program anti radiÂkalÂisme,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Belakangan ini terjhadi aksi teror di Solo, Depok, dan TamÂboÂra. Tapi kami sudah menelusuri masalah teror ini dari Bali. Dari peÂngemÂbangan itu kita meÂnangÂkap lagi yang namanya kelompok 11.
Siapa saja kelompok 11 itu?
Kelompok 11 itu, satu dari Jakarta, ada empat dari Medan, satu dari Palembang, dua dari Bandung, dua dari Solo dan satu dari Jawa Timur. Setelah terungÂkap ternyata kelompok ini sudah mengumpulkan dana sampai Rp 8 miliar dari bisnis MLM online.
Dari penelusuran kami, dana-dana itu ternyata sudah dipakai untuk membiayai bom Solo dan pelatihan di Poso sebanyak 19 angÂkatan.
Selain itu dana itu digunakan untuk membeli senjata, termasuk membeli bahan membuatan bom, serta melatih calon-calon peÂnganÂtin. Begitulah rangkaian teÂroris ini, rumit jaringannya.
Apa ada keterkaitan dengan teroris di Ambon?
Ini saling berkaitan. Kalau kita lihat sepintas seakan-akan aksi mereka berdiri sendiri. Setelah aksi di Depok ternyata kita meÂnangÂkap 3 teroris di Ambon. MeÂreka mempersiapkan senjata dan amunisi untuk beroperasi di MaÂkassar.
Maksudnya mereka dalam organisasi yang sama?
Ya. Mereka memang satu orgaÂnisasi. Kalau dilihat sepintas seÂolah berdiri sendiri seperti keÂlomÂpok Ambon sendiri, Solo sendiri, DeÂpok sendiri, Medan sendiri, dan Poso sendiri. Tapi sebenarnya mereka berkaitan.
Kalau ada yang bilang ini keÂlompok baru, tapi kalau meÂnurut saya baru ketangkap saja.
Mereka itu sama sekali bukan baru, karena kalau ditarik tokoh-toÂkohnya pasti berkaitan, yakni kelompok jaringan Negara Islam Indonesia (NII).
Apa saja yang sudah dipetaÂkan BNPT?
Kita sudah melakukan pemeÂtaÂan, kalau dibentangkan dari jaringan Kartosoewirjo sampai DII, NII, Abu Bakar Ba’asyir, opeÂrasi JAT dan lainnya, data jaringan teroris itu panjangnya sampai lima meter, ha-ha-ha.
Apa induknya di NII?
Itu kan memang jaringan lama dan memang direncanakan dipeÂcah-pecah. Tapi ideologinya toh tetap sama, yakni mendirikan NeÂgara Islam versi mereka, yakni meÂnentukan khilafah versi meÂreÂka dan syariat islam versi meÂreka. Versi mereka ini lah yang berÂbenÂturan dengan versi Islam modÂerat seÂkarang. Jaringan itu kalau diÂkemÂbalikan ke induknya sama semua arahnya.
Apa sulit menemukan jaringÂan ini?
Tidak juga. Buktinya jaringan ini sudah terurai dan terbaca semuanya. Dari bukti-bukti yang ditemukan semakin hari semakin muncul. Ternyata semua aksi teror memiliki keterkaitan satu dan lainnya.
Dengan siapa BNPT memÂbongkar jaringan itu?
Kami bekerja sama dengan berbagai mitra kerja, salah saÂtunya mitra kita NII Crisis Center.
Loh kenapa dengan NII Crisis Center?
Ya. Dulu kan mereka adalah anggota NII. Mereka sendiri yang datang bergabung dengan BNPT berdasarkan kesadarannya senÂdiri dan kita bekerja sama dengan mereka.
Kami memantau penyebaran ideologi radikalime, karena meÂreÂka sangat tahu cara dan pola peÂnyebaran yang dilakukan teman-temannya.
Penyebaran terorisme dilaÂkukan di mana saja ?
Antara lain NII melakukan peÂnyebaran melalui rohis dan kampus. Mestinya kan rohis meÂnyebarkan hal-hal yang positif tapi malah disusupi ideologi raÂdikal yang disebarkan sedeÂmikian rupa.
Saya sendiri sudah dua kali diÂunÂdang forum purek tiga se-JaÂboÂdetabek, dan seluruh IndoÂnesia. Dari pertemuan itu semua purek tiga menyampaikan keluhÂan yang sama bahwa gerakan radikalisme di kampus sudah membuat mereka kewalahan. Mereka minta bantuan pemeÂrintah untuk turun tangan.
Sudah pasti. Kami sudah minta beberapa LSM melakukan peÂnelitian dan hasilnya memang rohis dan kampus rentan terhadap radikalisme.
Di kampus penelitian yang dilakukan LIPI. Hasilnya cukup mengejutkan bahwa kampus berÂpotensi berkembang radiÂkalisasi. Di kampus itu ada 80,6 persen maÂhasiswa menolak Pancasila seÂbagai ideologi bangsa. Kemudian yang di SMA-SMA itu rohis dan OSIS itu sudah dipengaruhi NII.
Kenapa siswa menjadi saÂsaran?
Alasannya siswa SMA dan MaÂhasiswa memiliki pemikiran yang sangat kritis, idealisme tinggi, ingin perubahan. Dalam siÂtuasi politik sekarang ini mereÂka mencari model mana yang teÂpat untuk melakukan perjuangan. Sayangnya yang ditemukan moÂdel yang penting memusuhi peÂmerintah. Mereka anggap itu menarik sehingga jaringan teroris masuk mempengaruhi mereka.
Kenapa dulu tidak bisa maÂsuk?
Dulu mereka tidak bisa masuk karena undang-undang kita keras. Kebijakan pemerintah di kegiatan kampus sangat kuat sekali. Selain itu, saya kira salah satunya dulu ada pelajaran Pancasila yang menÂjadi pelajaran dasar berneÂgara yang sekarang sudah tergeÂser.
Apa upaya pencegahan yang dilakukan BNPT?
Kita saat ini punya program kontra radikalisasi. BNPT sudah melaporkannya kepada pimpinan di atas dan sudah dilakukan rapat koordinasi yang dipimpin WaÂpres. Saat ini sedang disusun suaÂtu blue print yang akan menjadi program nasional untuk menÂceÂgah meluasnya radikalisasi. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: