WAWANCARA

Didin Hafidhuddin: Ada Perusahaan Yang Beri Zakat Rp 2 Miliar

Rabu, 22 Agustus 2012, 09:52 WIB
Didin Hafidhuddin: Ada Perusahaan Yang Beri Zakat Rp 2 Miliar
Didin Hafidhuddin

rmol news logo Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menargetkan tahun ini dapat mengumpulkan dana zakat sebesar Rp 2,2 triliun. Angka tersebut naik sekitar 30 persen dari dana zakat yang terkumpul tahun lalu sebesar Rp 1,7 triliun atau naik 15 persen dari tahun 2010 yang hanya Rp 1,5 triliun.

“Saya yakin bisa tercapai. Perkembangan zakat di Indonesia cukup menggembirakan, karena kesadaran masyarakat untuk berzakat semakin meningkat. Itu yang tercatat di Baznas. Masih banyak para muzaki (orang yang berzakat) langsung memberikan ke mustahiq (penerima zakat),” kata Ketua Umum Baznas Didin Hafidhuddin kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Meningkatnya tren zakat bisa dilihat di beberapa daerah. Se­perti di Kota Bogor, Padang, Suka­bumi, Samarinda, Balik­papan, dan Aceh. Selain itu, sudah banyak pengusaha, kar­y­a­wan, pro­fe­sional, dan corporate yang dana zakatnya disalurkan ke Baznas.

“Saat ini sudah ada 36 peru­sahaan, atau lebih banyak di­banding tahun lalu yang hanya 24 perusahaan. Ini menunjukkan zakat perusahaan sudah mulai dikenal,” ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya:


Perusahaan mana saja yang menjadi muzaki?

Kebanyakan perusahaan swas­ta. Belum lama ini Asuransi Syariah memberi zakatnya hing­ga Rp 400 juta. Bahkan ada perusahaan yang memberi zakat­nya sampai Rp 2 miliar. Banyak juga perusahaan yang berzakat tetapi tidak mau dicatat. Melihat trennya yang positif, target Rp 2,2 triliun itu tidak berlebihan.


Adakah perusahaan BUMN yang menyalurkan zakatnya melalui Baznas?

Perusahaan induk BUMN be­lum ada. Tetapi karyawan dan anak perusahaan BUMN sudah mulai ke Baznas. Misalnya, BNI Syariah, BRI Syariah, Muamalat, dan Mandiri Syariah.


Bukankah potensi peru­sa­haan BUMN sangat besar?

Benar. Itu yang sedang kami bidik. Misalnya saja Pertamina yang potensinya sangat besar. Tapi yang memberi zakat ke Baz­nas baru karyawannya. Se­dang­kan, perusahaannya belum. Pada­hal perusahaan seperti Pert­a­mina atau induk perusahaan BUMN lainnya berpotensi sangat besar.


Baznas tidak bekerja sama dengan Kementerian BUMN?

Sudah dilakukan. Bahkan kami dilibatkan dalam pembahasan Corporate Social Responsibility alias CSR dan program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) dengan Kementerian BUMN. Proses ini akan terus meng­ge­linding. Kami terus membidik se­mua kementerian.

Beberapa kementerian me­ngumpulkan sendiri melalui unit pengumpulan zakat kemudian diserahkan ke Baznas. Tetapi ada juga yang langsung ke Baznas seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.


Mayoritas zakat dari pe­rusahaan?

Bukan. Justru paling banyak itu dari perorangan dengan pers­en­tase antara 70 - 80 persen.


Adakah di antaranya dari kalangan anggota DPR?

Sebenarnya sudah ada unit pe­ngumpulan zakat di DPR, tapi nggak berjalan. Mungkin zakat­nya langsung disalurkan ke lem­baga-lembaga yang lain. Tapi tidak akan berhenti untuk me­lakukan sosia­lisasi. Apalagi kami ini sebagai mitra kerja Komisi VIII DPR.


Apa progres kinerja Baznas?

Sekarang ini, Baznas sudah menjadi pusat dan koordinator zakat nasional. Kami berharap akan lebih banyak mempunyai data yang berkaitan dengan perzakatan di Indonesia. Baik data perhimpunan, pemanfaatan, penyaluran, dan orang yang ber­zakat maupun para mustahiqnya.


Kontribusi Baznas dalam per­ekonomian nasional?

Penerima zakat dari Baznas tahun lalu sekitar 1,7 juta orang. Jika dibandingkan dengan angka kemiskinan dari Badan Pusat Statistik sebesar 33 juta jiwa, maka Baznas sudah membantu mengurangi angka kemiskinan sekitar 9 persen.

Jadi, zakat itu bisa dijadikan alat untuk mengentaskan ke­mis­kinan yang cukup signifikan. Kami mengimbau agar Baznas pusat dan daerah mendapatkan dukungan dari semua pihak. Baik pemerintah, perusahaan-pe­ru­sahaan BUMN, ormas-ormas Islam, dan MUI.


Program Baznas itu apa saja?

Banyak. Salah satunya adalah rumah sehat. Itu berkaitan de­ngan memelihara, menjaga ke­sehatan masyarakat, dan pem­berian pe­layanan pengobatan. Kami sudah punya tiga rumah sehat, yaitu di Jakarta, Yogya­karta, dan Sidoarjo. September mendatang akan dila­kukan pe­resmian rumah sehat lagi di be­berapa daerah.


Apa urgensi rumah sehat?

Banyak. Misalnya di Jakarta. Setidaknya ada mustahiq yang berobat sebanyak 33 ribu kepala keluarga. Jika satu keluarga berjumlah empat orang, maka ada sekitar 140 ribu orang berobat gratis di rumah sehat.


Cuma Itu?

Kami memiliki program Indo­nesia cerdas dengan memberikan beasiswa ke perguruan tinggi negeri dan sekolah-sekolah Is­lam. Kami mengharapkan akan ter­putuskan mata ratai ke­mis­kinan. Jika orang tuanya miskin karena tidak berpen­di­dikan, maka anaknya tidak boleh seperti itu. [HARIAN RAKYAT MERDEKA]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA