Demikian disampaikan Presiden Rusia, Vladimir Putin, usai bertemu dengan Perdana Menteri Italia, M Monti, di Soci Soci pada 23 Juli lalu. Menurut Putin, masa depan Suriah harus diputuskan bukan berdasarkan kekalahan ataukah kemenangan sesuatu pihak, tetapi harus berdasarkan persetujuan bersama dan kompromi
"Kami tidak ingin situasi berkembang menurut skenario paling berdarah dan berkembang terus. Entah berapa lamanya, seperti di Afghanistan," tegas Putin, sambil menekankan bahwa semua pihak ingin hidup damai dan semua negara ingin dapat diterima satu sama lain.
"Kami merasa cemas jika pimpinan negara yang sekarang akan disingkirkan dari kekuasaan dengan jalan non-konstitusionil, maka kaum oposisi dan pimpinan sekarang dapat bertukar tempatnya, yang satu akan menjadi penguasa, sedangakan yang kedua menjadi oposisi. Dan perang saudara akan terus berkekecamuk entah berapa lamanya," ungkap Putin.
Putin pun mengusulkan beberapa tahanapan untuk menunstaskan persoalan di Suriah ini. Tahapan tersebut adalah penghentian peperangan dan kekerasan oleh kedua belah pihak, tahaan perundingan, dan tahapan penentuan dasar konstitusionil negara masa depan yang kemudian disusul dengan perubahan struktural. Putin pun tak mau perubahan struktural menjadi tahapan pertama sebab akan menimbulkan krisis terus menerus.
"Mencapai kata sepakat antara semua yang ikut serta dalam prosesi kompromi ini merupakan bentuk mengedepankan kepentingan umum, dan yang terpenting mengedepankan kepentingan rakyat Suriah," demikian Putin.
[ysa]
BERITA TERKAIT: