“Itu hanya orang-orang nakal saja yang nekat menerima suap. Jangan disalahkan institusinya. Kami terus melakukan penertiÂban,†ujar Fuad Rahmany kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, KPK meÂnangÂkap Kepala Seksi PengaÂwasan dan Konsultasi KPP Sidoarjo, Jawa Timur, Tommy Hindratmo (TH) dan pengusaha James Gunarjo di rumah makan sederhana Jalan KH Abdul Syafi’i, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (6/6).
Dari tangan para tersangka disita uang senilai Rp 280 juta dalam pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000 yang dibawa mengguÂnakan tas warna hitam.
Fuad Rahmany selanjutnya mengatakan, dengan jumlah peÂgawai Ditjen Pajak mencapai 32.000 orang, tentu sulit meÂmastiÂkan ke depan tidak terjadi lagi kasus seperti itu.
“Yang penting kami ini memÂpunyai sistem pengawasan yang sangat efektif, bekerja sama dengan KPK agar menangkap orang-orang yang nakal itu,†paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Ada yang menilai pengawaÂsan Ditjen Pajak lemah, seÂhingga sering terjadi kasus suap, tangÂgapan Anda?
Tidak bisa dibilang begitu. PengaÂwasan sudah dilakukan. Memang ada saja yang nakal. Makanya kami terus kemÂbangÂkan untuk menangkap orang-orang yang nakal itu.
Apa saja pengawasan yang suÂdah dilakukan?
Kami sudah bekerja sama dengan KPK sejak tahun lalu. Ini mulai efektif. Pegawai yang naÂkal pasti ditangkap. Kami memÂbutuhkan bantuan seperti itu. Dengan harapan pegawai itu takut melakukan tindak kejahaÂtan. Bertobatlah sebelum dibui.
Sebenarnya organisasi yang besar ini sudah ada pengawasan yang besar dan ketat. Setiap ada kenakalan, kecurangan, atau penyimpangan, akan cepat kami deteksi dan ambil tindakan.
Kenapa bukan jajaran Anda saja yang menangkap?
Kalau kami yang melakukan penangkapan, itu sulit. Sebab, tidak mempunyai peralatan sadap dan lainnya. Sedangkan KPK mempunyai peralatan lengkap dan punya kewenangan.
Apa sulitnya menangkap langÂsung?
Untuk menangkap basah itu nggak mungkin kami lakukan.
Makanya kami minta bantuan KPK. Ke depannya kalau ada yang nekat seperti ini maka kami tangkap lagi. Kami bersama KPK akan terus mengintai pegawai nakal. Lama-lama kan nggak ada yang berani menerima suap atau memberi suap.
Apa Ditjen Pajak sebelumÂnya sudah mengetahui tindaÂkan yang dilakukan TH?
Sebenarnya kami mendapatkan informasi. Awalnya ada laporan dari pihak ketiga, yakni whistleÂblower. Laporan itu bisa saja langÂsung ke kami. Kemudian kami komunikasikan dengan KPK. Bisa juga laporan itu langÂsung ke KPK. Kemudian kami cari data-datanya. Kami ini kan punya informasi data siapa orangnya.
Siapa pihak ketiga itu?
Kami nggak boleh kasih tahu. Nanti mereka nggak berani lagi dong untuk melaporkan. Siapa pun whistleblower-nya, nggak boleh dikasih tahu dari mana dia berasal.
Apa yang sudah Anda lakuÂkan terhadap pegawai nakal itu?
Selama ini kami juga menÂdapatkan beberapa kasus adanya permainan curang. Kemudian ada yang sudah dikenakan hukuman disiplin. Ada pula yang dipecat.
Kenapa sering terjadi sih keÂjadian seperti ini?
Saya rasa, organiasi besar yang tekenal di luar negeri pun ada juga kasus-kasus semacam ini.
Di mana saja ada. Mestinya masyarakat tidak menyalahkan institusi begitu ada pegawai pajak yang nakal.
Jangan dibilang, kok masih ada kejahatan yang dilakukan Ditjen Pajak. Kan kejahatan itu ada di mana-mana. Yang penting kita segera tangkap basah yang nakal.
Kapan target Ditjen Pajak berÂsih dari kasus suap?
Dengan jumlah pegawai sangat banyak dan tersebar di mana-mana, sulit untuk mengatakan target benar-benar bersih. NaÂmun, kami terus melakukan upaya-upaya ke arah sana.
Jumlah pegawai kan 32.000 orang, bagaimana mau menghaÂrapÂkan semuanya malaikat. Nggak bisa kan. Namun, dengan tertangkapnya TH ini tentunya akan menimbulkan efek jera.
Barangkali sosialisasikan keÂpada pegawai Pajak ini kuÂrang?
Kami ini terus menunjukkan kepada dua pihak. Yakni secara internal agar jangan mencoba-coba lagi untuk nekat menerima suap. Begitu juga secara ekternal, kami sudah pesan jika ada yang memberi suap segera ditangkap juga. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: