WAWANCARA

Letjen (Purn) TB Silalahi: Polemik Capres Merugikan Partai, Ibu Ani Juga Keluarga

Kamis, 31 Mei 2012, 09:45 WIB
Letjen (Purn) TB Silalahi: Polemik Capres Merugikan Partai, Ibu Ani Juga Keluarga
Letjen (Pun) TB Silalahi

RMOL. Wacana Ani Yudhoyono bakal jadi capres Partai Demokrat menjadi polemik di internal partai berlambang bintang mercy. Agar tak berkepanjangan, Minggu (22/5), Ketua Komisi Pengawas Partai Demokrat, Letjen (Purn) TB Silalahi menggelar konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta.

Apa yang membuat TB Silalahi ‘turun gunung’ menuntaskan po­lemik ini? Berikut wawancara Rak­yat Merdeka, dengan TB Si­lalahi di Jakarta, kemarin.


Apa tujuan Anda ‘turun gu­nung’ menyikapi polemik ca­pres Demokrat?

Tujuan konferensi pers ke­marin itu supaya kader-kader De­mokrat berhenti berpolemik ten­tang capres Ibu Ani. Kenapa? Karena di antara kader Demokrat saja tidak memberikan suara yang sama. Ada yang mendorong, ada juga yang tidak. Dimulai ada ang­gota Dewan Pembina dukung Ibu Ani, kemudian didukung anggota Fraksi di DPR, tiba-tiba anggota Dewan Pembina senior malah bicara se­balik­nya yang bicara kasar me­ngatakan, bahwa SBY tidak akan me­nelan kembali ludahnya sen­diri. Ini kan polemik di antara ka­der sendiri. Padahal hal ini sa­ngat merugikan partai, juga meru­gi­kan Ibu Ani dan ke­luarga, karena hal ini memancing komentar ne­gatif dari pihak luar partai. Saya baca di berbagai me­dia online, waduh kata-katanya kasar sekali yang tidak setuju itu.

Merugikan partai seperti apa?

Merugikan partai karena orang lain melihat kok Partai Demokrat ini bertentangan dengan yang didengung-dengungkan sebagai partai modern, well organized,  di­mana para kader berbicara se­maunya. Bayangkan saja masalah isu strategis dikomentari sendiri-sendiri, mengatasnamakan pri­badi. Kebijaksanaan partai harus di­sampaikan oleh yang ber­we­nang bicara, tidak semua kader boleh membicarakan hal itu apa­lagi atas pendapat pribadi.


Arahan SBY selaku Ketua De­­wan Pembina seperti apa?

Pengarahan dari Ketua Dewan Pembina sudah jelas. Waktu per­te­muan akhir tahun yang lalu dan permulaan tahun ini, beliau per­nah menegur kader yang pernah bicara itu. Beliau mengatakan ja­ngan lagi berbicara masalah ke­luarga maju capres, karena kami keluarga tidak akan maju. Sudah jelas dikatakan begitu. Juga mem­bi­carakan capres yang akan kita usung akan dibicarakan dan diumumkan paling cepat tahun 2013.


Anda sebut SBY sudah kan­tongi 10 capres, bagaimana ceri­tanya?

Dalam kesempatan itu beliau mengatakan, saya sudah kantongi 10 nama. Tapi bukan berarti 10 nama itu percis 10 nama. Artinya per­nyataan itu hanya untuk me­nunjukkan bahwa beliau itu su­dah ada pandangan. Sebagai pe­mimpin visioner beliau sudah mem­punyai gambaran beberapa calon. Dan tidak diumumkan da­lam waktu dekat karena mem­butuhkan proses untuk sampai kepada calon defenitif. Saya sen­diri kaget malah 10 nama itu yang diangkat dan mempertanyakan siapa 10 nama itu. Jadi inti pesan itu menjadi bias.


Prosesnya bagaimana?

Ya misalnya, kami sekarang punya beberapa capres. Dalam wak­tu setahun atau lebih ke depan, kami mengamati perkem­bang­an politik, ekonomi, per­kem­bangan dunia dan seba­gai­nya. Kita akan menganalisa siapa di antara capres itu yang sesuai atau mampu mengahadapi tan­tangan maupun memanfaatkan pe­luang yang tersedia untuk me­mimpin bangsa ini ke depan ke arah yang lebih baik.


Keputusan partai me­nya­ta­kan 2013 baru bicara capres, ke­napa kader-kader tetap ra­mai mem­bicarakan penca­pres­an Ibu Ani sekarang-sekarang ini?

Itulah persoalannya. Setahun lalu, kader-kader juga bicara be­gitu. Karena menuai pro-kon­tra di luar, akhirnya Pak SBY me­ne­gaskan, tidak akan ada keluarga yang maju untuk 2014 untuk me­re­dam kehebohan itu. Kasihan juga beliau pada saat bekerja ke­ras untuk menyelesaikan ma­sa­lah-masalah bangsa yang berat direcoki soal-soal begini, apalagi per­nyataan itu bukan policy mau­pun strategi partai sendiri. Beliau sudah mene­gas­kan itu, sudah me­larang, tiba-tiba kader bicara lagi.

Kader-kader tersebut tidak sa­dar bahwa pernyataan itu justru men­ciderai keluarga maupun partai itu sendiri. Disamping itu kami juga masih sibuk menye­le­saikan masalah-masalah partai yang cukup berat.


Secara resmi memang De­mok­­­rat belum bicara capres, tapi apakah pemikiran men­ca­ri capres 2014 pernah muncul jauh-jauh hari?

Sebenarnya pemikiran partai me­nyiapkan calon presiden se­sudah Pak SBY berakhir masa bakti 2014 sudah muncul lama.

Umpamanya salah satu contoh pada tahun 2008 tepatnya pada tang­gal 5 November, 4 tahun yang lalu, ada pertemuan para bu­pati seluruh Indonesia di Hotel Sahid Jaya. Seperti diketahui ada perkumpulan atau asosiasi para Bupati seluruh Indonesia yang wak­tu itu dipimpin oleh Master Tu­manggor. Dalam forum itu Ibu Ani diminta berbicara mengenai pendidikan, khususnya konsep mobil pintar. Ibu Ani berbicara di depan tiga ratus lebih bupati, ber­bicara tanpa teks, tanpa poin­ters, berbicara sangat sistematis, wa­wasannya sangat luas baik na­sional maupun internasional, kom­prehensif, yang membuat para bupati sangat terkesan. Para bupati melihat, sebagai Ibu Ne­gara, Ibu Ani belajar banyak saat menemani suaminya, Presiden SBY.


Lalu...

Pada waktu istirahat, para bu­pati itu bisikin kepada saya, pak TB kenapa bingung-bingung lagi cari pengganti SBY nanti, sudah ada di situ.

Dalam kesempatan acara ra­mah tamah, saya mendekati Ibu Ani, dan menyampaikan pesan para bupati, “Bu, kita nggak mikir lagi lah 2009 nanti, kita mikir un­tuk 2014 saja”. Ibu kaget, mak­sud­nya tidak mikir 2014 tidak mendukung SBY, kata Ibu Ani. Bu­kan, itu sudah so pasti Pak SBY menang, jadi kita mikir untuk 2014. Kok mikirnya sudah 2014? Tanya Ibu Ani, ya kan para bu­pati ini visioner. Ibu Ani tanya, siapa calonnya? Calonnya, para bupati bilang yang barusan bicara itu. Ibu Ani ketawa dan cuma bilang, ah ada-ada saja.  Itu saja jawabnya.


Poinnya apa dari dukungan para bupati ke Ibu Ani ter­se­but?

Artinya dari situ para bupati su­dah melihat seorang tokoh yang  nanti bisa lanjutkan kepe­mim­pin­an setelah Pak SBY meng­akhi­ri masa baktinya di tahun 2014.


Apakah peristiwa ini selesai di situ?

Pada tahun 2009 sesudah SBY terpilih lagi jadi Presiden, para bupati memberi pesan agar saya kembali menyampaikan hal ter­sebut. Pada suatu kesempatan di Istana kebetulan sewaktu Idul Fitri sebelum Presiden SBY open house, dihadapan beliau dan Ibu Ani yang disaksikan Pak Sudi Silalahi (Mensesneg), saya me­nyampaikan hal itu dan dijawab oleh beliau dengan senyum dan mengucapkan penghargaan atas pan­dangan para bupati tersebut. Se­lanjutnya beliau memberi pe­san siapapun capresnya akan di­bicarakan pada tahun 2013. Jadi sa­ngat tegas.


Akhirnya, pemikiran para bupati untuk mencapreskan Ibu Ani diteriakkan kader-ka­der Demokrat juga...

Ya, itulah, sesudah itu kemu­di­an kader ngomong, rusak stra­tegi kita. Maksud saya bukan khu­sus strategi untuk men­ca­lon­kan Ibu Ani akan tetapi stra­tegi mengusung capres-capres untuk Partai. Padahal, di Cikeas sen­­­diri Pak SBY sudah meng­ingat­kan jangan seperti partai lain, sudah dimunculkan buru-bu­ru ca­presnya akhirnya jadi sa­saran tembak. Arahan dan pene­gas­an itu sudah jelas dan dike­tahui para kader.  Kita tetap sepakat tidak akan bicarakan capres sampai 2013, kalaupun nanti bicarakan capres, siapa saja calonnya ya nanti 2013 itu. Jangan dinilai pihak luar Partai Demokrat ini tidak cerdas dan santun, tidak sesuai dengan etika politik yang justru dicantumkan dalam AD/ ART maupun Kode Etik Partai.


Apakah kader yang tetap be­rani bicara capres bakal dika­sih sanksi?

Memang Komisi Pengawas keras dalam persoalan ini karena itu tugasnya, kalau perlu kita beri sank­si, karena ini masalah ke­bijakan partai dan pelanggaran ter­hadap Kode Etik Partai. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA