RMOL. Wacana Ani Yudhoyono bakal jadi capres Partai Demokrat menjadi polemik di internal partai berlambang bintang mercy. Agar tak berkepanjangan, Minggu (22/5), Ketua Komisi Pengawas Partai Demokrat, Letjen (Purn) TB Silalahi menggelar konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta.
Apa yang membuat TB Silalahi ‘turun gunung’ menuntaskan poÂlemik ini? Berikut wawancara RakÂyat Merdeka, dengan TB SiÂlalahi di Jakarta, kemarin.
Apa tujuan Anda ‘turun guÂnung’ menyikapi polemik caÂpres Demokrat?
Tujuan konferensi pers keÂmarin itu supaya kader-kader DeÂmokrat berhenti berpolemik tenÂtang capres Ibu Ani. Kenapa? Karena di antara kader Demokrat saja tidak memberikan suara yang sama. Ada yang mendorong, ada juga yang tidak. Dimulai ada angÂgota Dewan Pembina dukung Ibu Ani, kemudian didukung anggota Fraksi di DPR, tiba-tiba anggota Dewan Pembina senior malah bicara seÂbalikÂnya yang bicara kasar meÂngatakan, bahwa SBY tidak akan meÂnelan kembali ludahnya senÂdiri. Ini kan polemik di antara kaÂder sendiri. Padahal hal ini saÂngat merugikan partai, juga meruÂgiÂkan Ibu Ani dan keÂluarga, karena hal ini memancing komentar neÂgatif dari pihak luar partai. Saya baca di berbagai meÂdia online, waduh kata-katanya kasar sekali yang tidak setuju itu.
Merugikan partai karena orang lain melihat kok Partai Demokrat ini bertentangan dengan yang didengung-dengungkan sebagai partai modern, well organized, diÂmana para kader berbicara seÂmaunya. Bayangkan saja masalah isu strategis dikomentari sendiri-sendiri, mengatasnamakan priÂbadi. Kebijaksanaan partai harus diÂsampaikan oleh yang berÂweÂnang bicara, tidak semua kader boleh membicarakan hal itu apaÂlagi atas pendapat pribadi.
Arahan SBY selaku Ketua DeÂÂwan Pembina seperti apa?
Pengarahan dari Ketua Dewan Pembina sudah jelas. Waktu perÂteÂmuan akhir tahun yang lalu dan permulaan tahun ini, beliau perÂnah menegur kader yang pernah bicara itu. Beliau mengatakan jaÂngan lagi berbicara masalah keÂluarga maju capres, karena kami keluarga tidak akan maju. Sudah jelas dikatakan begitu. Juga memÂbiÂcarakan capres yang akan kita usung akan dibicarakan dan diumumkan paling cepat tahun 2013.
Anda sebut SBY sudah kanÂtongi 10 capres, bagaimana ceriÂtanya?
Dalam kesempatan itu beliau mengatakan, saya sudah kantongi 10 nama. Tapi bukan berarti 10 nama itu percis 10 nama. Artinya perÂnyataan itu hanya untuk meÂnunjukkan bahwa beliau itu suÂdah ada pandangan. Sebagai peÂmimpin visioner beliau sudah memÂpunyai gambaran beberapa calon. Dan tidak diumumkan daÂlam waktu dekat karena memÂbutuhkan proses untuk sampai kepada calon defenitif. Saya senÂdiri kaget malah 10 nama itu yang diangkat dan mempertanyakan siapa 10 nama itu. Jadi inti pesan itu menjadi bias.
Prosesnya bagaimana?
Ya misalnya, kami sekarang punya beberapa capres. Dalam wakÂtu setahun atau lebih ke depan, kami mengamati perkemÂbangÂan politik, ekonomi, perÂkemÂbangan dunia dan sebaÂgaiÂnya. Kita akan menganalisa siapa di antara capres itu yang sesuai atau mampu mengahadapi tanÂtangan maupun memanfaatkan peÂluang yang tersedia untuk meÂmimpin bangsa ini ke depan ke arah yang lebih baik.
Keputusan partai meÂnyaÂtaÂkan 2013 baru bicara capres, keÂnapa kader-kader tetap raÂmai memÂbicarakan pencaÂpresÂan Ibu Ani sekarang-sekarang ini?
Itulah persoalannya. Setahun lalu, kader-kader juga bicara beÂgitu. Karena menuai pro-konÂtra di luar, akhirnya Pak SBY meÂneÂgaskan, tidak akan ada keluarga yang maju untuk 2014 untuk meÂreÂdam kehebohan itu. Kasihan juga beliau pada saat bekerja keÂras untuk menyelesaikan maÂsaÂlah-masalah bangsa yang berat direcoki soal-soal begini, apalagi perÂnyataan itu bukan policy mauÂpun strategi partai sendiri. Beliau sudah meneÂgasÂkan itu, sudah meÂlarang, tiba-tiba kader bicara lagi.
Kader-kader tersebut tidak saÂdar bahwa pernyataan itu justru menÂciderai keluarga maupun partai itu sendiri. Disamping itu kami juga masih sibuk menyeÂleÂsaikan masalah-masalah partai yang cukup berat.
Secara resmi memang DeÂmokÂÂÂrat belum bicara capres, tapi apakah pemikiran menÂcaÂri capres 2014 pernah muncul jauh-jauh hari?
Sebenarnya pemikiran partai meÂnyiapkan calon presiden seÂsudah Pak SBY berakhir masa bakti 2014 sudah muncul lama.
Umpamanya salah satu contoh pada tahun 2008 tepatnya pada tangÂgal 5 November, 4 tahun yang lalu, ada pertemuan para buÂpati seluruh Indonesia di Hotel Sahid Jaya. Seperti diketahui ada perkumpulan atau asosiasi para Bupati seluruh Indonesia yang wakÂtu itu dipimpin oleh Master TuÂmanggor. Dalam forum itu Ibu Ani diminta berbicara mengenai pendidikan, khususnya konsep mobil pintar. Ibu Ani berbicara di depan tiga ratus lebih bupati, berÂbicara tanpa teks, tanpa poinÂters, berbicara sangat sistematis, waÂwasannya sangat luas baik naÂsional maupun internasional, komÂprehensif, yang membuat para bupati sangat terkesan. Para bupati melihat, sebagai Ibu NeÂgara, Ibu Ani belajar banyak saat menemani suaminya, Presiden SBY.
Lalu...
Pada waktu istirahat, para buÂpati itu bisikin kepada saya, pak TB kenapa bingung-bingung lagi cari pengganti SBY nanti, sudah ada di situ.
Dalam kesempatan acara raÂmah tamah, saya mendekati Ibu Ani, dan menyampaikan pesan para bupati, “Bu, kita nggak mikir lagi lah 2009 nanti, kita mikir unÂtuk 2014 sajaâ€. Ibu kaget, makÂsudÂnya tidak mikir 2014 tidak mendukung SBY, kata Ibu Ani. BuÂkan, itu sudah so pasti Pak SBY menang, jadi kita mikir untuk 2014. Kok mikirnya sudah 2014? Tanya Ibu Ani, ya kan para buÂpati ini visioner. Ibu Ani tanya, siapa calonnya? Calonnya, para bupati bilang yang barusan bicara itu. Ibu Ani ketawa dan cuma bilang, ah ada-ada saja. Itu saja jawabnya.
Artinya dari situ para bupati suÂdah melihat seorang tokoh yang nanti bisa lanjutkan kepeÂmimÂpinÂan setelah Pak SBY mengÂakhiÂri masa baktinya di tahun 2014.
Apakah peristiwa ini selesai di situ?
Pada tahun 2009 sesudah SBY terpilih lagi jadi Presiden, para bupati memberi pesan agar saya kembali menyampaikan hal terÂsebut. Pada suatu kesempatan di Istana kebetulan sewaktu Idul Fitri sebelum Presiden SBY open house, dihadapan beliau dan Ibu Ani yang disaksikan Pak Sudi Silalahi (Mensesneg), saya meÂnyampaikan hal itu dan dijawab oleh beliau dengan senyum dan mengucapkan penghargaan atas panÂdangan para bupati tersebut. SeÂlanjutnya beliau memberi peÂsan siapapun capresnya akan diÂbicarakan pada tahun 2013. Jadi saÂngat tegas.
Akhirnya, pemikiran para bupati untuk mencapreskan Ibu Ani diteriakkan kader-kaÂder Demokrat juga...
Ya, itulah, sesudah itu kemuÂdiÂan kader ngomong, rusak straÂtegi kita. Maksud saya bukan khuÂsus strategi untuk menÂcaÂlonÂkan Ibu Ani akan tetapi straÂtegi mengusung capres-capres untuk Partai. Padahal, di Cikeas senÂÂÂdiri Pak SBY sudah mengÂingatÂkan jangan seperti partai lain, sudah dimunculkan buru-buÂru caÂpresnya akhirnya jadi saÂsaran tembak. Arahan dan peneÂgasÂan itu sudah jelas dan dikeÂtahui para kader. Kita tetap sepakat tidak akan bicarakan capres sampai 2013, kalaupun nanti bicarakan capres, siapa saja calonnya ya nanti 2013 itu. Jangan dinilai pihak luar Partai Demokrat ini tidak cerdas dan santun, tidak sesuai dengan etika politik yang justru dicantumkan dalam AD/ ART maupun Kode Etik Partai.
Apakah kader yang tetap beÂrani bicara capres bakal dikaÂsih sanksi?
Memang Komisi Pengawas keras dalam persoalan ini karena itu tugasnya, kalau perlu kita beri sankÂsi, karena ini masalah keÂbijakan partai dan pelanggaran terÂhadap Kode Etik Partai. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: