Venue bulutangkis di Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Jawa Barat, amblas pada 14-15 Desember 2011 lalu. Nah, Kepala Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, punya catatan penting mengenai pergerakan di Desa Hambalang yang sedang dipergunjingkan banyak orang itu.
Menurut Mbah Rono, pada Februari 2002 ia pernah memimpin tim khusus untuk memeriksa kondisi tanah Hambalang menyusul longsor yang merusakkan 79 rumah ketika itu.
Dari kejadian tersebut diketahui bahwa gerakan tanah yang terjadi berjenis rayapan. Tanah bergerak lambat, disusul oleh retakan dan amblesan, mencakup areal sekitar 3.5 hektar dan panjang retakan bervariasi antara 75 hingga 150 meter, lebar retakan 5 hingga 10 cm. Adapun amblesan atau penurunan tanah 0,5 hingga 3 meter. Gerakan tanah tejadi pada kelerengan relatif landai 15 -25 derajat.
Desa Hambalang merupakan perbukitan dengan ketinggian sekitar 630 m dpl, berada pada lereng barat Gunung Hambalang dengan kemiringan lereng 15 hingga 25 derajat. Batuan dasar Desa Hambalang disusun oleh batu lempung formasi Jatiluhur, berwarna abu-abu sampai hitam, bersifat mudah hancur dan mengembang, ekspansif jika terkena air, kedap air, dan tersingkap di kaki lereng bagian bawah.
Lempung ini jika kena air akan mengembang, bila kena panas akan pecah, karena kedap air. Maka di daerah tersebut sulit diperoleh air tanah.
Pada tahun 2002, tata lahan Desa Hambalang berupa kebun campuran, sebagian kecil persawahan yang berada pada kaki lereng bagian atas dan bagian bawah.
Karena merupakan zona kerentanan gerakan tanah menengah hingga tinggi, makan daerah tersebut sering tejadi gerakan tanah. Sementara gerakan tanah lama dapat aktif kembali jika terjadi hujan lebat yang berlangsung lama dan atau terjadi gangguan pada lereng.
Tanah dan batuan permukaan ataupembentuk lereng berupa breksi tufa yang telah setengah hingga melapuk tinggi, bersifat lolos air, berada di atas batuan lempung yang kedap air. Namun lempung ini jika terkena air, akan mengembang dan berpotensi menjadi bidang gelincir yang sangat ideal untuk terjadi gerakan tanah.
Pada Februari 2002, terjadi hujan lebat. Lahan persawahan yang memerlukan air, sekaligus membasahi batuan dasar lempung, sehingga mengembang.
Gerakan tanah di Februari 2002 dipicu hujan lebat. Tanah permukaan yang berupa breksi tufa yang bersifat lolos air, berada di atas batuan lempung yg mudah mengembang bila kena air.
Air permukaan masuk melalui lapisan tanah penutup menjenuhkan lempung. Kemudian lempung tersebut mengembang menjadi licin. Dimana lapisan di atasnya mudah bergerak dengan bidang gelincir permukaan batu lempung.
Karena kecepatan gerakan tanah tidak homogen dan isotropis, maka terjadi retakan. Dan karena lapisan lempung yang tidak rata, maka terjadi amblesan. Bangunan yang didirikan di atasnya yang besifat kaku, lantai keramik dan tembok akan retak akibat gerakan tanah tersebut.
Dengan kejadian tersebut, Mbah Rono merekomendasikan agar penduduk mengosongkan bangunan pemukiman yang telah rusak berat, karena berbahaya bagi penghuninya. Lalu merelokasi penduduk ke daerah yang aman terhadap ancaman bahaya gerakan tanah. Selain itu mengatur saluran air agar tidak meresap ke dalam tanah membasahi batuan lempung.
Mbah Rono menyimpulkan bahwa Desa Hambalang masih masuk zona kerentanan gerakan tanah menengah hingga tinggi. Dengan karakter tanah seperti ini, menurutnya, rumah panggung yang pernah diciptakan masyarakat Sunda adalah bentuk bangunan tempat tinggal yang ideal.
Apakah daerah tersebut masih boleh dibangun untuk pemukiman atau bangunan lainnya?
"Boleh, asalkan mempertimbangkan daya dukung tanah, menghormati sifat lempung yang ekspansif, sehingga konstruksinya harus menyesuaikan kondisi tersebut," jawab Mbah Rono.
"Daerah tersebut boleh dibangun asal harus jujur dan berani menyesuikan kondisi alam yang unik," sambung Mbah Rono menutup penjelasannya. [guh]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: