WAWANCARA

Dedi ‘Miing’ Gumelar: Kinerja Buruk Anggota DPR Jangan Dialamatkan Ke Artis Saja

Rabu, 23 Mei 2012, 09:39 WIB
Dedi ‘Miing’ Gumelar: Kinerja Buruk Anggota DPR Jangan Dialamatkan Ke Artis Saja
Dedi ‘Miing’ Gumelar

RMOL. Kinerja anggota DPR dari kalangan artis diragukan kualitasnya. Tapi, anggota Komisi X DPR, Dedi Gumelar justru mengklaim, keberadaan artis di parlemen cukup mewarnai pembentukan undang-undang.

Dedi Gumelar yang akrab di­sapa Miing adalah pelawak ‘Bagito’. Vakum melawak, Miing masuk ke PDI Perjuangan. “Saya ambil contoh, Rieke Dyah Pita­loka dan Nurul Arifin memiliki kapasitas cukup baik, sehingga tidak ada lagi pandangan orang yang merendahkan kapasitas artis di DPR,” kata Miing.

Berikut kutipan selengkapnya:

Anggota DPR dari kalangan artis diragukan kualitasnya, ba­gaimana komentar Anda?

Tudingan anggota DPR dari kalangan artis tidak berbuat apa-apa itu kan hanya segelintir orang. Kalau yang tahu bagai­mana kinerja kalangan artis di DPR, tidak akan menuding se­perti itu. Kalau ada yang meman­dang artis di DPR tidak ada kerjaannya juga salah.


Artinya, tudingan itu tidak benar?

Jelas sekali tidak benar dan tidak berdasar. Masyarakat sudah mulai dewasa, ketika seorang artis terjun ke dunia politik harus­nya tidak dilihat latar belakang artis atau tidaknya. Harusnya berdasarkan kompetensi, apakah mereka layak atau tidak menjadi anggota DPR.


Politisi dari kalangan artis kenapa jadi sorotan ya?

Artis itu dunianya kecildan dia terkenal, sehingga menjadi soro­tan. Sementara politisi tulen yang tidak berprestasi lebih banyak tapi anehnya tidak menjadi soro­tan karena tidak menjadi per­hatian publik. Lagipula kalau kami ini berprestasi terpublikasi media begitu juga sebaliknya ti­dak berprestasi tetap jadi sorotan.


Anda merasa berprestasi?

Karena menjadi perhatian dan menjadi omongan, tentu saya harus bekerja keras. Di Komisi X, nyatanya kan saya tidak seburuk pemikiran orang-orang yang menuding bahwa artis tidak bisa melakukan kerja politik. Kalau saya tidak berprestasi, tentu saya akan ditegur fraksi dan bahkan bisa saja dibuang.


Ada yang menilai, kinerja anggota DPR dari kalangan artis justru tak kelihatan, beda de­ngan kepala daerah yang juga berasal dari kalangan artis...

Kalau kita arif melihat sesuatu tentu tidak akan melihat dari latar belakang keartisan, lagipula saat ini ada pemahaman yang salah di masyarakat bahwa tugas DPR ini sama dengan bupati atau kepala daerah lainnya, yang dituntut kerja konkret. Pada dasarnya, DPR adalah pembuat kebijakan bukan pelaksana kebijakan dan DPR juga bukan pengguna angga­ran, maka jangan samakan bupati dan gunbernur yang mem­bangun jalan dan sekolah.


Bagaimana dengan ide-ide politisi dari kalangan artis?

Anggarkan 20 persen untuk pen­didikan dalam APBN yang dibahas di Komisi X juga usulan dari kita. Bahkan ide-ide yang kita gagas dan kita munculkan, semuanya sudah disampaikan ke pemerintah. Masalah lainnya, saat ini telah terjadi ketidaka­dai­lan kalau ukurannya ide itu harus terpublikasi di media. Saat ini kalau ada video porno cepat di­blow up, tapi ka­lau perjuangan sekolah bagi ma­syarakat miskin dan membe­baskan biaya masuk perguruan tinggi sepi publikasi.


Anda risih dengan muncul­nya tudingan miring ke kala­ngan artis di DPR ini?

Dari awal, saya sudah siap dan terbiasa kalau jadi pemberitaan karena saya orang pang­gung. Masalah­nya, kerja baiknya sering tidak diberitakan tapi kerja buruknya di -blow up terus. Saya hanya berfikir, biarlah orang ti­dak tahu tapi Tuhan tahu apa yang saya kerjakan untuk rakyat.


Saat ini ada berapa jumlah anggota DPR dari artis?

Jumlah persisnya saya kurang tahu, mungkin sekitar 18 orang, tapi memang dari 18 orang ini tidak semuanya berbunyi menge­luarkan statemen-statemen. Na­mun saya tidak menilai prestasi teman-teman lainnya. Sebab saya sendiri mungkin belum tentu lebih baik dari teman-teman. Teman-teman aktivis atau masya­rakat juga tidak bisa menilai orang dari pemberitaan saja, karena bisa saja teman-luput meli­hat kinerja politisi artis.

Biar adil, kalau kinerja itu tidak cukup berprestasi jangan hanya dialamatkan pada yang berlatar belakang artis. Karena dari 560 orang, artis cuma 18 orang. Kalau kita mau imbang, dari 400 lebih anggota DPR juga tidak semua­nya bagus. Saya juga melihat tidak semua politisi tulen (yang bukan artis) bersuara. Bahkan kita bisa list orang-orang yang se­ring berstatemen dan mengemu­kakan pendapat, paling itu-itu saja orangnya.

    

Apa komentar anda menge­nai parpol yang lirik artis jadi caleg?

Partai yang mulai melirik artis bukan yang pertama. Wajar artis masuk dunia politik apalagi me­miliki modal sosial di masyara­kat. Dengan menggaet artis mung­kin untuk memperkenal­kannya kepada masyarakat lebih gampang, tinggal kapasitas dan kompetensinya yang dipilih.


Popularitas belum tentu ting­katkan jumlah suara, apa be­nar?

Untuk artis ada hak untuk di­pilih dan memilih, maka berikan haknya untuk dipilih dan me­milih itu. Akan tetapi sebagai pengala­man saja banyak juga artis yang punya nama tapi tidak lolos, berarti pemilih kita sudah cerdas, tidak hanya memilih karena ke­artisannya saja. Saya cuma ber­pesan jangan terlalu percaya dengan popularitas dan jangan ada anggapan karena populer kita pasti akan menang atau terpilih. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA