PILRPES 2014

Kombinasi Terbaik 2014: Presiden Tua, Wakil Presiden Muda

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Rabu, 16 Mei 2012, 19:58 WIB
Kombinasi Terbaik 2014: Presiden Tua, Wakil Presiden Muda
syahganda nainggolan/ist
rmol news logo Keterwakilan orang muda dalam pucuk pemerintahan pasca Susilo Bambang Yudhoyono harus dipersiapkan sejak sekarang. Hal ini penting dilakukan agar regenerasi politik di Indonesia tidak tersumbat.

Namun demikian tetap dibutuhkan syarat yang ketat bagi siapa saja, termasuk orang muda, yang ingin bertarung dalam pemilihan presiden mendatang.

Demikian disampaikan Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan yang setuju dengan pandangan mantan Ketua MPR Amien Rais yang mengatakan bahwa kehadiran orang muda di pucuk pemerintahan memiliki alasan moral, sejarah, maupun politik yang kuat dan tidak dapat diabaikan.

Kombinasi yang paling ideal menurut Syahganda yang juga anggota Dewan Pengarah Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Pusat adalah dengan memberikan kesempatan kepada orang muda untuk menempati kursi wakil presiden.

  Sedangkan untuk calon presidennya, lanjut Syahganda, tidak begitu penting untuk dipermasalahkan meski berasal dari pemimpin parpol yang ada, sejauh kredibilitas ketokohannya memadai.

  Syahganda mengingatkan banyak negara kini dipimpin oleh figur yang belum berusia 50 tahun. Dilihat dari sudut pandang ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran orang muda di pucuk pemerintahan adalah sebuah keharusan yang akan menjadi keniscayaan sejarah.

Namun demikian, masih menurut Syahganda, tidak sembarang orang muda dapat bertarung di arena pilpres mendatang. Bagaimanapun, orang muda yang ingin menjadi presiden atau wakil presiden harus memiliki kepemimpinan, karakter yang kuat dan berjiwa nasionalis. Di samping tentu saja memiliki basis dukungan yang memadai. Tokoh itu pun harus mendapatkan pengakuan nasional, memiliki visia yang kuat untuk memajukan bangsa, dan diharapkan memiliki kemampuan interaksi dengan pimpinan negara dan bangsa lain di arena global.

  ”Termasuk, tentu saja disertai syarat reformis, kadar intelektualitasnya baik, serta tidak anti demokrasi agar corak kepribadiannya dalam memimpin mengikuti tuntutan zaman,” demikian Syahganda. [guh].

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA