RMOL. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj tidak menduga terpilih menjadi Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI).
“Saya sebagai orang luar, tentuÂnya akan melakukan perÂkeÂnalan dulu. Apa yang perlu dan menÂdesak harus dilakukan. Sebab, saya belum mengenal betul,†kata Said Aqil Siradj keÂpada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, pemilihan MWA UI dilakukan melalui peÂmungutan suara yang digelar di Gedung Kementerian PendidiÂkan dan Kebudayaan, Rabu (9/5). Said Aqil bersaing ketat dengan Ketua PMI Pusat Jusuf Kalla dan berhasil memeÂnangÂkan pemiÂliÂhan dengan selisih satu suara.
Said Aqil Siradj selanjutnya mengatakan, sering terjadi konÂflik di UI. Sebab, ada miss koÂmunikasi. Makanya, ingin mereÂdam konflik-konflik yang meÂrugiÂkan bagi UI dan bangsa ini.
“Saya siap membangun UI ke depan agar tetap berkualitas dan tidak mahal biaya kuliahnya,’’ ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa UI dirubah menjadi PerÂseroan Terbatas?
Sebenarnya itu dua keinginan yang berbeda terkait dengan masa depan. Saya akan mencoba untuk mengakomodir dua keÂinginan, yakni apakah akan diÂpertahankan sebagai Universitas Negeri atau dirubah pengeloÂlaanÂnya menjadi Perseroan Terbatas.
Tentu perlu dibicarakan lebih lanjut dan detail. UI ini sebagai kamÂpus perjuangan yang tidak bisa dilupakan. UI merupakan uniÂversitas terbesar di Indonesia yang harus menjadi tempat beÂlaÂjarnya anak-anak cerdas negeri ini.
Ke depan, UI tetap harus diÂkelola secara profesional dengan biaya perkuliahan yang murah. Terlebih di tengah isu komersil dunia pendidikan. Dengan pengeÂlolaan secara profesional ini diÂharapkan akan menghasilÂkan tenaga profesional di berÂbagai disiplin ilmu. Makanya kalau pun nanti ada keinginan menjadi PerÂseroan Terbatas, biaya kuliahnya harus murah.
O ya, apa tidak repot menguÂrus PBNU dan MWA UI?
Saya tidak punya kepentingan politik apa-apa. Saya ini kan orang luar. Saya hanya punya keÂpentingan bahwa umat muÂslim di UI menjadi betul-betul muÂslim yang santun. Selalu meÂmatuhi atuÂran dan berakhlak mulia. BuÂkan Islam radikal dan ekstrim.
Bagaimana caranya agar UI tetap menghasilkan mahasiswa yang berkualitas?
Saya rasa, mari kita sejenak untuk pikirkan situasi bangsa ini, supaya ke depan bisa menjadi lebih baik di tengah percaturan negara di era globalisasi. UI meÂmiliki tradisi menghasilkan luluÂsan handal yang menjadi tokoh untuk kemajuan bangsa ini, dan itu harus tetap dipertahankan.
Apakah Anda siap mendaÂmaiÂkan konflik-konflik yang sering terjadi di UI?
Saya sebagai orang luar yang tidak punya kepentingan politik. Ingin menjadi penengah dan meredam konflik yang sering terjadi di UI. Syukur-syukur bisa menstabilkan dan menkonÂdiÂsikan.
Selain itu UI harus tetap menÂjadi universitas berkelas dunia dan biaya pendidikan murah. Perlu diketahui, di UI kan saya tiÂÂdak sendirian. Harus ada keÂberÂsamaan.
Bukankah pendidikan itu memÂbutuhkan biaya tinggi?
Memang saya juga mengakui bahwa pendidikan nggak ada yang murah. Tergantung siapa yang baÂyar. Kalau pendidikannya mahal. Tapi kalau yang memÂbayarÂnya pemerintah, kan no problem.
Saya menginginkan UI tetap menjadi universitas berkualitas dan mempartahankan biaya murah agar bisa dijangkau semua masyarakat.
Apa pemerintah harus meÂnanggung biaya pendidikan di UI?
Kalau biayanya tinggi, tentu wajib disubsidi pemerintah. PokokÂnya, biaya kuliahnya riÂngan. Masalahnya siapa yang meÂnanggung mahalnya itu. MakaÂnya akan dioptimalkan anggaran yang ada. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: