RMOL. Kepolisian mendirikan Posko Diseaster Victim Investigation (DVI) di Terminal Kedatangan Bandara Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Tim ini mengumpulkan data Antemortem yang terdiri dari DNA keluarga korban Sukhoi Superjet 100.
“Ini perlu dilakukan kepada keluarga korban agar mengetahui bagian tubuh keluarganya yang menjadi korban pesawat Sukhoi. Sebab, korbannya terpotong-poÂtong,’’ ujar
Penanggung Jawab DVI KeÂluarga Korban Sukhoi, Kompol Suprastiono, kepada Rakyat MerÂdeka, di Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui pesawat SuÂkhoi menabrak tebing Gunung SaÂlak, Bogor, Rabu (9/5). PesaÂwat itu take off sekitar pukul 14.00 WIB dari Bandar Udara Halim PerÂdanakusuma dan hiÂlang kontak sejak pukul 14.30 WIB.
Pesawat itu dilaporkan lost contact dan hilang dari pantau radar setelah meminta izin turun dari ketinggian 10 ribu kaki ke 6.000 kaki.
Pesawat Rusia itu datang ke Jakarta untuk road show kepada maskapai penerbangan di IndoÂnesia.
Suprastiono selanjutnya meÂngatakan, para keluarga korban Sukhoi Superjet 100 dimintakan contoh DNA, sidik jari, rekam medik dokter gigi, rekam medik apabila yang bersangkutan perÂnah dioperasi, dan foto rontgen.
“Keluarga korban juga mengisi biodata dan menuliskan data fisik kerabat mereka yang ikut dalam penerbangan maut itu. Ini demi keperluan identifikasi korban,’’ katanya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Petugas mengumpulkan inforÂmasi tentang ciri-ciri fisik anggota keluarga yang ikut dalam penerbangan maut tersebut.
Apa saja yang ditanya?
Keluarganya itu mengenakan pakaian apa secara detail. MisalÂnya, asesoris yang dikenakan apa saja. Tinggi badan berapa. Warna kulit dan sebagainya.
Selain itu DVI juga mengambil contoh DNA dari keluarga korÂban, serta sidik jari, rekam medik dokter gigi, rekam medik korban apaÂbila yang bersangkutan perÂnah dioperasi, dan foto rontgen.
Contoh DNA yang diambil apa saja?
Kami mengambil sel-sel epitel atau jaringan-jaringan lunak yang ada di dalam mulut yang diambil melalui rongga mulut.
Berapa orang keluarga korÂban yang sudah memberikan conÂtoh DNA?
Saya lupa. Yang pasti lebih dari 30 orang.
Dari data DNA tersebut apaÂkah sudah ada data DNA dari warÂga asing yang ikut terbang deÂngan pasawat Sukhoi terÂseÂbut?
Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya berasal dari data milik warga negara Rusia.
Berapa jumlah korban yang meninggal?
Wah, saya nggak tahu. Sebab, dari data saja belum diketahui korÂban. Basarnas lebih tahu meÂngenai hal itu.
Selain mengidentifikasi DNA, apa lagi yang dilakukan?
Saya dari tim pencari data hanya pembanding. PembandingÂnya itu kan banyak. Misalnya gigi, sidik jari, atau data diri. Nanti kita bandingkan dengan data-data yang kita temukan di lapangan
Siapa saja keluarga yang berÂhak memberikan DNA?
Dari ibunya atau bapaknya atau anaknya dari korban itu, seÂdangÂkan yang boleh memÂberiÂkan keÂterangan harus yang benar-benar tahu atau bertemu terakhir deÂngan korban sebelum berangkat.
Kalau melalui DNA kan meÂmaÂkan waktu 14 hari. Tapi kan ada cara lain selain melalui DNA, yaitu melalui proses identifikasi langsung melalui keterangan ciri-ciri yang diberikan.
Pengambilan DNA ini kan untuk antisipasi kalau-kalau ada korban yang ditemukan dalam keadaan tubuhnya tidak utuh. MiÂsalnya kakinya saja atau bagian tubuh lainnya. Kita kan belum tahu apakah keadaan korban daÂlam keadaan utuh atau tidak.
O ya, siapa saja yang bergaÂbung dalam tim DVI?
Ini merupakan gabungan PusÂdokkes Mabes Polri dan DisdokÂkes Polda Metro Jaya.
Bagaimana mengenai jumlah korban?
Untuk kejelasannya besok (hari ini) atau tunggu nanti hingga pemberitahuan final dari BasarÂnas. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: