RMOL. Pasca meninggalnya Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dan Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo, wacana reshuffle kabinet kembali mengemuka.
“Tapi Presiden SBY tidak mau gegabah untuk mencari pengganÂtinya. Beliau harus cermat, tidak mau salah memilih orang,†kata Staf Khusus Presiden Bidang Informasi, Heru Lelono, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurut Heru Lelono, SBY tetap memprioritaskan kebijakan Kementerian Kesehatan yang telah diputuskan dapat berjalan terus tanpa hambatan.
“Sekarang ini memang sudah ada Wakil Menteri Kesehatan, tapi Presiden segera menunjuk Menkes definitif,†katanya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Ada yang menyarankan jangan dari partai politik. Itu masukan. Tapi penentunya kan Presiden.
Siapapun bisa diangkat PreÂsiden tentunya sudah memenuhi persyaratan secara konstitusi. Menteri memang posisi politik, namun tidak harus personilnya dari kalangan partai politik.
Apakah itu sinyal bahwa tiÂdak ada yang layak menjadi MenÂkes dari kalangan parpol?
Bukan seperti itu maksudnya. Saya kira ada anggota partai poliÂtik yang mampu menjadi MenÂkes. Tapi soal dipilih atau tiÂdak, itu terserah Pak SBY.
Apakah Wakil Menteri KeseÂhatan yang naik?
Memang ada yang memÂbicaraÂkan di publik agar Wakil Menteri Kesehatan saja diangkat menjadi Menkes.
Apakah Presiden sudah memÂbicarakan hal itu?
Presiden tentu telah dan seÂdang membicarakan hal ini, khuÂsusnya dengan Wapres BoeÂdiono. WaÂlauÂpun secara ketataÂneÂgaÂraan hal itu menjadi hak prerogatif PreÂsiden.
Sekali lagi, yang paling penting bagi Presiden adalah program KeÂmenterian Kesehatan harus terus berjalan. Itulah manfaat nyata keberadaan Wakil Menkes saat ini.
Kapan posisi Menkes definiÂtif ditentukan?
Tentang kapan posisi Menkes definitif ditentukan, tentu seceÂpatÂnya. Seperti kita ketahui berÂsama bahwa sejak APBN-P 2012 diputuskan, program kebijakan harus segera dijalankan. Dengan begitu masyarakat segera bisa merasakan hasil pembangunan.
Di sisi lain, pemerintah juga harus mempersiapkan RAPBN 2013. Makanya, pertimbangan yang digunakan Presiden sepeÂnuhnya terkait profesionalisme tugas. SBY bukan tipe yang geÂgabah dalam memilih. Namun harus cermat.
Ada yang menginginkan untuk dilakukan reshuffle total, komentar Anda?
Menurut saya tidak pantas wafatÂnya Ibu Menkes digunakan sebagai momentum reshuffle total. Reshuffle hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan mendeÂsak dan bukan pilihan utama.
Mengisi kekosongan posisi Menkes karena wafatnya Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih, berbeda halnya dengan mengÂganti menteri yang lain. Menteri yang masih ada, kemudian diÂganti. Itu sepenuhnya karena peÂnilaian Presiden atas kinerjanya.
Sekali lagi, reshuffle bisa diÂlakukan Presiden kapan saja. Tidak hanya dikaitkan karena hal seperti wafatnya Menkes. Saya saÂngat resah saat beliau masih daÂlam keadaan sakit keras.
Kenapa Anda resah?
Karena saat beliau sakit keras, sudah ada yang berbicara reÂshuffle. Benak saya, sempat memÂpertanyakan kemanusiaan ini ada di mana.
Bagaimana dengan pengÂganti Wamen ESDM?
Sama seperti konsepsi mengisi posisi definitif Menkes. Presiden pasti merencanakan dengan matang dulu. Harus dicari pengÂganti yang cocok di bidangnya.
Presiden akan mempertimÂbangÂkan untuk mengisi kekoÂsongan posisi wamen ESDM. WaÂlau tidak mudah mencari soÂsok cerdas seperti almarhum WidjaÂjono Partowidagdo.
O ya, bagaimana dengan tiga menteri yang berasal dari PKS?
Seperti yang saya sampaikan, konsentrasi Presiden hampir seÂpenuhnya kepada berjalannya program kebijakan pemerintah.
Apa SBY tidak memikirkanÂnya sampai ke situ?
Hal-hal yang berkaitan dengan masalah politik, bukan berarti tiÂdak penting. Namun memprioÂritasÂkan program kerja jauh lebih penting bagi rakyat.
Kejadian politik yang diperÂliÂhatÂkan itu memang tampak tidak sehat. Namun, harapan saya priÂbadi, partai politik yang ada meÂmang masih harus banyak memaÂhami etika politik sesuai budaya Indonesia yang sebenarnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: