HARGA BBM NAIK

IMMC: Ada Dampak Serius pada Masa Depan Pemerintahan SBY

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Selasa, 27 Maret 2012, 11:50 WIB
IMMC: Ada Dampak Serius pada Masa Depan Pemerintahan SBY
presiden sby/ist
RMOL. Indonesia Media Monitoring Centre (IMMC) mencatat, pada pekan terakhir bulan Februari kepastian tentang rencana penaikan harga BBM mengkristal. Salah satunya dari pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menyatakan bahwa meskipun kebijakan tersebut berat untuk ditempuh, namun perlu demi kepentingan perekonomian nasional.

"Pernyataan itu menjadi titik balik dari pemberitaan yang bersifat rumor menjadi nyata," jelas Koordinator Riset IMMC, Muhammad Farid, dalam rilis hasil riset yang dikirimkannya (Selasa, 27/3). Pemberitaan soal kenaikan harga BMM yang dimonitoring oleh IMMC adalah sejak 1 Februari hingga 13 Maret 2012 di tiga media massa nasional terbesar menggunakan metode purposive sampling.

Lebih jauh, IMMC mencoba menelusuri nada pemberitaan tentang kenaikan harga BBM ini. Secara metodologis, ada tiga nada sebuah berita: netral, positif atau negatif. Yang netral biasanya berkaitan dengan pemberitaan murni tentang sebuah peristiwa.

"Terkait dengan pemberitaan soal kenaikan harga BBM ini, hasil monitoring IMMC menunjukkan bahwa tone pemberitaan cenderung negatif," ucapnya.

Dari total 737 berita, 43 persen diantaranya bernada negatif, 36 persen netral, dan hanya 18 persen yang bernuansa positif. Minimnya jumlah pemberitaan bernada positif menunjukkan bahwa keputusan kenaikan harga BBM tidak mendapat apresiasi atau persetujuan dari sebagian besar masyarakat. Lebih jauh Farid menjelaskan bahwa negatifnya tone pemberitaan penaikan harga BBM inilah yang kerap diidentikkan penurunan citra sebuah pemerintahan. Sebab efek yang ditimbulkan membuat masyarakat memiliki persepsi negatif tentang kapabilitas dan kapasitas pemerintah dalam menjalankan tanggungjawabnya.

"Saya kira, kecilnya pemberitaan yang bernada positif, hanya 18 persen, akan berdampak langsung dan serius pada masa depan citra pemerintahan SBY. Sebab masyarakat tidak melihat kebijakan ini sebagai bentuk apresiasi terhadap aspriasi mereka," jelasnya.

Lanjut dia, dalam perspektif analisis pemberitaan, tone negatif yang cenderung dominan ini logis. Karena sejak awal terlihat bahwa tingkat penolakan terhadap rencana kebijakan ini dua kali lipat dari pendukung serta memiliki dampak yang tinggi.

"Jadi, wajar jika muara dari pemberitaan adalah pada turunnya citra positif pemerintah ke depan," imbuh dia menerangkan.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA