Di Jakarta kemarin, ribuan orang gabungan buruh, mahasiswa dan Ormas mencoba menembus barikade aparat kepolisian yang hampir saja memecah kerusuhan di kawasan Medan Merdeka Barat tak jauh dari kantor Presiden SBY di Merdeka Utara.
Pengerahan satuan TNI di luar pagar Istana Negara dipertanyakan Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin. Menurutnya, pengerahan tentara untuk menyikapi gerakan penolakan kenaikan harga BBM itu tidak didahului keputusan politik Presiden bersama DPR, hingga melanggar UU TNI. Lagipula, data intelijen yang dijadikan dasar pengerahan TNI juga tidak jelas. Yang ada adalah keluhan SBY terkait SMS-SMS gelap yang mengancam kekuasannnya, yang diungkapkan SBY beberapa hari lalu di kediamannya Cikeas, Bogor.
Hari ini salah satu kawasan langganan aksi massa di Jakarta, wilayah Salemba Jakarta Pusat dipastikan bakal kembali jadi titik api bagi mahasiswa. Pekan lalu, di depan kampus Universitas Kristen Indonesia terjadi bentrokan dan penangkapan mahasiswa oleh aparat kepolisian. Di saat yang hampir bersamaan, penangkapan dan pembubaran demonstrasi mahasiswa juga terjadi tidak jauh dari Salemba, di Jalan Cilosari, Cikini, Jakarta Pusat. Sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam diserbu aparat dan ruangan mereka diacak-acak. Beberapa mahasiswa ditangkap.
Siang hari nanti di Salemba, dari informasi yang didapatkan, sekitar 100 mahasiswa dari beberapa aliansi massa akan melanjutkan protes jalanan menolak kenaikan harga BBM. Mereka adalah komite Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Anti Rezim (Gampar) SBY-Boediono, Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Bung Karno (KBM UBK) dan Keluarga Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (KM UKI). Aksi dijadwalkan dimulai pada pukul 13.00 WIB.
Humas Gampar SBY-Boediono, Wulan, mengatakan, kemungkinan aksi siang nanti akan diiukti 100 lebih aktivis komitenya. Dan apabila ditambah dengan kelompok UKI dan UBK jumlahnya dua kali lipat dari itu.
Dia tak menampik bahwa gerakan mahasiswa tengah menajamkan eskalasi tekanan pada pemerintahan SBY-Boediono dan siap berhadapan dengan represifitas aparat kepolisian. Mahasiswa, tambah dia, sejatinya menolak kebijakan kenaikan harga BBM yang dianggap solusi praktis pemerintah dalam menyelamatkan APBN namun pemerintah tidak pernah serius "menyikat" koruptor, mafia hukum serta keberadaan mafia migas di tubuhnya sendiri. Sementara di luar pemerintah, angka-angka kebohongan subsidi dan fakta anggaran yang disembunyikan pemerintah terungkap oleh beberapa ekonom kritis.
"Kenaikan BBM jadi solusi, sementara jumlah rakyat miskin bertambah. Kesenjangan sosial menajam dan kriminalitas meningkat. Lalu dimana pemerintah? Pemberantasan korupsi cuma janji kosong," kata Wulan menjelaskan dasar kemarahan mahasiswa.
Selain menolak keras kenaikan harga BBM, mahasiswa juga menuntut pembebasan rekan-rekan mereka oleh kepolisian di beberapa daerah dan mengutuk tindakan represif dan provokatif aparat yang menyebabkan seringnya bentrokan.
"Kami sudah berkoordinasi dengan kampus-kampus di Salemba. Kami sudah antisipasi bawa tim advokasi aktivis mahasiswa bila polisi represif dan memprovokasi bentrokan," terang Wulan terkait demonstrasi nanti siang.
Dia katakan, pihaknya tidak pernah merancang bentrokan dengan kepolisian namun para aktivis sudah terbiasa dengan taktik strategi menghadapi provokasi aparat.
[ald]
BERITA TERKAIT: