Candi Muara Jambi, Komplek Percandian Terluas di Asia Tenggara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 13 Februari 2012, 15:42 WIB
Candi Muara Jambi, Komplek Percandian Terluas di Asia Tenggara
candi tinggi
RMOL. Candi selama ini banyak terdapat di Pulau Jawa. Ternyata selain di Jawa, di Sumatera, tepatnya di Jambi, juga terdapat salah satu peninggalan umat Budha tersebut.

Bahkan, kawasan percandian di Jambi ini merupakan kompleks percandian terluas di Asia Tenggara. Luas candi ini mencapai 2.612 hektar. Itu belum termasuk menapo, gundukan batu dari bangunan kuno yang tertimbun, yang tersebar di lebih dari 1000 hektar tanah milik masyarakat yang belum dibebaskan.

Candi peninggalan kerajaan Melayu Kuno abad 7-13 ini pertama kali terungkap lewat laporan seorang perwira angkatan laut Kerajaan Inggris pada tahun 1883, S.C Crooke, pada saat wilayan Indonesia masih dikuasai Inggris.

Pada saat mendapat tugas memasuki pedalaman Batang Hari untuk melihat bagaimana tingkat keamanan di kawasan Sungai Batang Hari, dia menemukan reruntuhan bangunan dan menemukan sebuah archa yang menggambarkan archa Budha.

Saat ini, dari 84 menapo, baru 8 yang telah dipugar. Kedelapan candi itu adalah Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Tinggi II, Candi Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I, Candi Gedong II, dan Candi Kedaton.

Penamaan nama-nama Candi diberikan sendiri oleh masyarakat. Brata, seorang pemandu, menyatakan nama diberikan masyarakat berdasarkan bentuk dari candi tersebut.


Misalnya Candi Gumpung. Candi itu disebut Gumpung karena bentuk candinya terputus atau patah. Bahasa lokal, gumpung bermakna putus atau patah. Begitu juga dengan Candi Tinggi. "Nggak ada lagi menyaingi tingginya dari yang lain. Permukaan tanahnya juga lebih tinggi dari permukaan tanah yang lain," jelas Brata kepada Rakyat Merdeka Online Jumat pekan lalu.

Dari delapan candi itu, areal Candi Kedaton yang paling luas yang paling luas. Luas areal candi ini mencapai 5 hektar. Sementara areal terkecil adalah Candi Astano, hanya sekitar 500 meter. "Itu luas areal yang berada dalam tembok ya," tekan Brata.

Jarak antara satu candi dengan candi yang sudah direnovasi itu bervariasi. Misalnya, jarak antara Candi Tinggi dengan Candi Kembar Batu 550 meter. Sedangkan jarak Candi Tinggi dengan Astano 1 Km. Dan Candi Kedaton ke Candi Gumpung hampir 3 Km. Karena luasnya areal Candi, pengunjung disediakan sepeda sewaan. Untuk sepeda biasa ditarif Rp10 ribu per jam; sepeda tanden Rp20 ribu per jam. Sedangkan untuk bayar tiket masuk tidak terlalu mahal, hanya Rp3 ribu rupiah.

Kawasan percandian Muaro Jambi ini pada zaman dahulu digunakan sebagai tempat pendidikan oleh umat Budha. Hal ini ditandai dengan bentuk candi yang merupakan bentuk pemujaan dan peribadatan, bukan tempat tinggal.

Apalagi dugaan ini ini dikuatkan dengan catatan perjalanan pendeta Budha I-Tshing. Pada tahun 672 masehi, dia berlayar dari China menuju Nelanda, India untuk memperdalam ilmu. Tapi, sebelum ke India, dia mengaku singgah di Muara Jambi selama dua bulan untuk belajar.

"Jadi orang-orang jaman dulu yang ingin melanjutkan pendidikan ke Nelanda, India itu, mampir di Muara Jambi. (Pendidikan) Muara Jambi itu training pertama baru bisa lanjut ke Nelanda, India," sambung Brata, pemuda setempat yang sudah 7 tahun menjadi pemandu pengunjung.

Sementara tempat tinggal waktu itu di pinggir Sungai Batang Hari. Peninggalan purba kala bahwa ada perumahan waktu itu disimpan di Pusat Informasi Kawasan Percandian Muara Jambi. Tersedia belanga dari perunggu, belanga logam, dan peninggalan lainnya seperti arca dwarapala, patung gajah menggendong singa, batu kuno, tembikar, artefak perunggu, pecahan keramik.

Kawasan percandian ini sangat teduh. Karena diisi oleh berbagai pepohonan, yang didominasi durian dan duku. Selain dua jenis buah-buahan itu juga terdapat bacang, mangga, belimbing dan buah-buahan lainnya.

"Untuk dikonsumsi dan juga penghijauan, bermanfaat untuk kelangsungan hidup. Sejak bangunan ada, pohon-pohon itu sudah ada," jelas Brata.

Kawasan Candi Muara Jambi ini terdapat di tujuh desa di dua kecamatan yaitu Muara Sebo dan Tamanrajo, di Kabupaten Muara Jambi. Ada dua jalur untuk mencapai kawasan candi tersebut dari kota Jambi; jalur sungai dan darat.

Bila ingin memandang dan mendapatkan suasan baru, memang ada baiknya menggunakan jalur sungai. Cukup Rp 200-300 ribu, tergantung negosiasi, dengan menggunakan ketek, sapaan warga Jambi untuk perahu motor, pengunjung akan sampai dengan perjalanan sekitar 1,5 jam. Satu ketek mengangkut 10-15 penumpang. Sedangkan dari tepi sungai Batang Hari ke kawasan candi hanya sekitar 550 meter. Jadi bisa ditempuh dengan jalan kaki.

Sampai saat ini memang belum terdapat sarana angkutan umum dari Kota Jambi ke kawasan tersebut. Makanya, kalau memilih jalur darat, pengunjung harus menyewa mobil atau naik ojek, kalau tidak membawa mobil pribadi. Pengunjung harus merogeh kocek sebesar Rp 200 ribu menyewa mobil atau Rp 50 ribu bila memilih naik ojek. Waktu perjalanan sekitar 1 jam.

"Mungkin kalau pengunjung sudah semakin banyak, baru ada angkutan umum," duga Brata, saat ditanya kenapa belum terdapat angkutan umum.

Jumlah pengunjung Candi yang telah ditetapkan Presiden SBY pada September tahun lalu itu sebagai kompleks wisata terpadu itu memang bervariasi. Tapi, jelas Brata, pengunjung terbanyak adalah pada momen liburan, bisa mencapai 800-1000 pengunjung.

Selain tempat wisata, areal candi ini juga merupakan tempat umat Budha beribadah. Bahkan, untuk perayaan hari besar umat tersebut, seperti Hari Raya Waisak, untuk kawasan Jambi, dipusatkan di situ.

"Tapi teradang biksu dari berbagai daerah itu datang. Bahkan biksu dari Singapura dan Thailand (juga datang)," demikian Brata.

Saat ini, kawasan Candi Muara Jambi menjadi salah satu taman wisata pavorit di Jambi. Makanya, sebagian besar insan pers yang datang ke provinsi tersebut menghadiri peringatan Hari Pers Nasional 2012 pada pekan lalu menyempatkan diri mengunjungi Candi itu. [zul]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA