Perang Semua Lawan Semua di Partai Demokrat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Selasa, 07 Februari 2012, 09:05 WIB
Perang Semua Lawan Semua di Partai Demokrat
anas urbaningrum
rmol news logo Konflik internal Partai Demokrat ternyata jauh lebih rumit dari yang tampak di permukaan. Selain soal kasus suap pembangunan proyek wisma atlet SEA Games di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, silang sengkarut yang tengah terjadi di partai besutan SBY itu antara lain juga ditingkahi oleh keinginan sejumlah petinggi di daerah merebut kursi ketua umum yang didududki Anas Urbaningrum.

Informasi yang dikumpulkan dari kalangan internal partai menyebutkan setidaknya ada dua pimpinan Partai Demokrat di daerah yang sedang bergerilya dengan memanfaatkan kasus suap wisma atlet tadi. Disebutkan pula bahwa target keduanya adalah pergantian ketua umum melalui jalur Kongres Luar Biasa (KLB) yang akan digelar bilamana Anas Urbaningrum dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus-kasus yang dituduhkan kepada dirinya.

Keduanya disebutkan secara aktif ikut memanaskan suhu di kalangan Dewan Pembina Partai Demokrat. Sejauh ini, pernyataan SBY selaku Ketua Dewan Pembina, pekan lalu, dinilai sebagai peringatan yang cukup keras yang secara eksklusif dialamatkan kepada Anas Urbaningrum. Dalam pernyataan yang disampaikan di kediaman SBY di Cikeas, Cibubur, Jawa Barat, itu SBY memang mengatakan bahwa Anas Urbaningrum tidak dinonaktifkan dari jabatan ketua umum partai. Tetapi, SBY sesungguhnya masih membuka peluang untuk mengambil tindakan yang lebih keras lagi bila proses hukum menemukan keterlibatan Anas Urbaningrum.

"Proses hukum, sekali lagi di KPK, masih berlangsung. Kita pegang azas praduga tak bersalah. Kita tidak bisa mendahului apa yang dihasilkan oleh KPK," ujar SBY.

"Beberapa kali ketua umum Partai Demokrat menyatakan bahwa tidak bersalah dan tidak terlibat dalam semua dugaan korupsi yang sekarang sedang ditangani oleh KPK. Korupsi dan juga dugaan money politics. Saya pegang teguh kata-kata dan pernyataan itu. Kecuali kalau KPK menentukan lain nantinya," sambung SBY.

SBY juga meminta Anas Urbaningrum tetap menjalankan tugas dengan penuh tanggungjawab, serta melakukan komunikasi politik untuk menjernihkan suasana dan nama baik partai serta kader partai.

Nah, manuver-manuver politik seperti itulah yang mampu mengubah arah sejumlah tokoh Partai Demokrat yang tadinya mendukung kini melawan dan meminta Anas Urbaningrum mengundurkan diri. Ada yang mengubah sikap secara terbuka, ada juga yang melakukan perlawanan dan penggembosan secara diam-diam.

Sebegitu panas suhu politik di tubuh Partai Demokrat sampai-sampai seorang petinggi menggunakan istilah "perang semua melawan semua". Istilah ini diambil dari kitab Leviathan yang ditulis ilmuwan politik Inggris, Thomas Hobbes, seusai perang saudara Inggris di abad 17 lalu. "Perang semua melawan semua" atau "bellum omnum conta omnes" mengandaikan bahwa semua pihak dalam sebuah komunitas saling bermusuhan dan siap menaklukkan satu sama lain.

Menurut Thomas Hobbes kondisi inilah yang dibutuhkan sebelum covenant atau kesepakatan baru, tata aturan baru, dilahirkan. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA