NU Disindir Jangan Hanya Lantang Teriakkan Pluralisme

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 30 Januari 2012, 10:56 WIB
NU Disindir Jangan Hanya Lantang Teriakkan Pluralisme
faozan amar/ist
rmol news logo Kebhinekaan dan pluralisme bukan sekadar diteriakkan dan dijadikan jargon. Tapi harus diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Hal itu dikemukakan Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia, Faozan Amar, kepada Rakyat Merdeka Online. Baitul Muslimin Indonesia merupakan organisasi di bawah PDI Perjuangan.

Faozan mengungkapkan hal tersebut menanggapi aksi pembubaran acara pengajian yang digelar Majelis Tafsir Alquran (MTA) di Kudus oleh aktivis muda Nahdlatul Ulama kemarin, Sabtu (28/1).

"Menjadi aneh ketika teriakannya Allahu Akbar, jargonya plural tapi perilakunya barbar. Kampanyenya inklusif tapi perilakunya eksklusif. Apalagi jika dilakukan dengan orang yang masih satu keyakinan," ungkapnya.

Agar hal yang sama tidak kembali terjadi, Faozan, yang juga Direktur Eksekutif Alwasath Foundation ini mengimbau umat beragama, khususnya umat Islam untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan. Karena perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Makanya, mari bersatu dalam perbedaan dalam membangun bangsa dalam bingkai NKRI.

"Perlu keteladanan dari para pemimpin dan tokoh agama dengan menyatukan antara kata dengan laku, ucapan dengan perbuatan yang nyata sehingga dapat menjadi tauladan bagi rakyat," tandasnya. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA