Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar, dalam keterangannya kepada wartawan menyatakan bahwa insiden Mile-51 di awal tahun 2012 semakin memperpanjang daftar penembakan misterius di Papua, utamanya di sekitar areal PT Freeport Indonesia. Dalam laporan spesifik Kontras mengenai praktik penembakan misterius di sekitar areal PT Freeport Indonesia (2009-2011), dari pola kekerasannya tidak ada hal baru dan yang membedakan antara satu kasus penembakan misterius dengan kasus lainnya.
"Semua kasus terjadi di titik antara Mile 35-61, di mana titik antara tersebut merupakan titik rawan yang kerap dijadikan lokasi penembakan misterius. Para penyerang juga masih menargetkan pekerja dan aset PT Freeport Indonesia," katanya.
Wilayah tersebut merupakan zona khusus PT Freeport Indonesia dan dibutuhkan akses khusus untuk melewati wilayah tersebut. Bahkan, aparat gabungan TNI dan Polri telah melakukan penjagaan ekstra ketat di beberapa titik, khususnya di Mile 32, 34, 50, 54, 64 dan Mile 66. Namun keberadaan penjagaan ekstra ketat dari aparat tidak juga mampu menjamin rasa aman. Padahal secara rutin, aparat gabungan TNI dan Polri telah menerima dana keamanan untuk menjaga wilayah PT Freeport Indonesia sebesar Rp 1.250.000/bulan terhadap 635 personel aparat TNI dan Polri.
Model penembakan misterius, lanjutnya, kerap dijadikan instrumen penebar teror di tengah masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah konflik seperti Papua. Hal itu kemudian memperkuat dugaan bahwa kasus-kasus penembakan misterius yang terjadi bukanlah kriminal murni. Ada nuansa lokalitas konflik yang kemudian digunakan sebagai alat untuk mengancam rasa aman warga sipil, sebagaimana model penembakan misterius yang belakangan ini marak terjadi di Aceh menjelang momen suksesi Pilkada.
"Aparat kepolisian harus segera mengambil upaya hukum dan tidak menggantung perkara, dengan mengabaikan dan melemparkan tuduhan pada Organisasi Papua Merdeka, tanpa didahului dengan penyelidikan yang independen. Pada penyelidikan sebelumnya (tahun 2011), ditemukan selongsong peluru buatan PT Pindad di sekitar lokasi kejadian," harapnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: