“Yang terpenting para peÂmimÂpin bangsa harus bisa meÂmanÂfaÂatkan momentum ini untuk meÂrajut nilai-nilai kebangsaan, seÂperti kekeluargaan, gotong roÂyong dan musyawarah mufakat,†tandas Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso kepada
Rakyat MerÂÂdeka di Jakarta, Sabtu (27/8).
Menurut politisi Partai Golkar itu, kekhawatiran terhadap lunÂturÂnya nilai kebangsaan bukan tanpa alasan.
“Di beberapa daerah, perbeÂdaan pandangan dalam politik bisa menyebabkan antar teÂtangÂga bermusuhan. Bahkan terÂjadi konÂflik. Ini bahaya karena meÂnganÂcam kesatuan kita,’’ paÂparnya.
Berikut kutipan selengkapnya;Apa Lebaran bisa dijadikan sarana introspeksi bangsa?Seharusnya setiap momentum LeÂbaran bisa dijadikan sarana inÂtrospeksi, baik dari sisi agama mauÂpun sisi kebangsaan. Dari sisi kebangsaan, kita harus menyaÂdari bahwa dalam keseharian kita, nilai-nilai kebangsaan Indonesia sudah mulai hilang.
Di satu sisi, pencapaian sistem demokrasi dan politik kita meÂmang hebat. NÂaÂmun sisi lain, nilai-nilai peÂninggalan leluhur bangsa Indonesia semakin punah dari keÂseÂhaÂrian hidup kita.
Bagaimana dengan masalah kemiskinan, bukankah ini juga masalah serius?Oh ya jelas. Dalam momentum Lebaran ini, kita bisa memanÂfaatÂkan keberadaan zakat yang diÂpungut dari masyarakat Muslim. Inti dari zakat itu, orang yang mampu mengeluarkan rezekinya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Tapi di neÂgara kita, zakat itu beÂlum menjadi tradisi. SemesÂtinya ini menjadi tradisi, karena selama ini belum ada tradisi unÂtuk memaksa orang membayar zakat sekian persen.
Padahal potensi zakat sangat besar ya?Sebenarnya kalau zakat di keÂlola dengan profesional, itu bisa menjadi penyeimbang dan peÂlengkap pajak yang selama ini dipungut oleh negara.
BaÂyangÂkan, kalau selama ini pajak itu meÂÂrupakan sektor peÂnerimaan neÂÂgÂara terbesar, maka potensi zakat sangat besar sekali. Kalau sektor zakat bisa dikelola deÂngan baik, dana yang dimanÂfaatkan bisa triliunan rupiah.
Zakat difokuskan untuk apa?Selama ini pajak dimanfaatkan untuk pembelian barang-barang negara. Zakat nanti dikhususÂkan untuk membantu orang-orang tiÂdak mampu. Saya yakin kalau zaÂkat dikhususkan untuk meÂngenÂtaskan kemiskinan, maka orang-orang akan antusias meÂngeÂluarkan zakat.
Tujuannya jelas untuk memÂbantu orang miskin. Berbeda dengan pajak, kadangkala orang mengÂgerutu karena tidak jelas peÂrÂunÂtuÂkannya untuk apa.
Selama ini pengumpulan zakat agak susah ya?Memang selama ini peÂngumÂpulannya baru sebatas himbauan saja. Sebenarnya hal itu dibuat UnÂdang-Undangnya khusus unÂtuk yang beragama muslim dan berÂpenghasilan lebih.
Ini hanya maÂsalah pengatuÂranÂnya saja dan foÂkus zakat diÂperÂjelas untuk diÂsaÂlurkan kepada orang-orang tidak mampu. Saya yakin orang akan tergerak.
Selain itu, zakat merupakan panggilan agama. Ibaratnya orang tidak akan keberatan bila disuruh mengeluarkan uang karena ini panggilan agama.
Oh ya, bagaimana Anda meÂlihat tradisi mudik?Saya melihat tradisi mudik ini luar biasa. Di saat kondisi bangÂsa sedang gaduh dan lunturnya nilai-nilai kebangsaan, mudik menjadi ekspresi untuk menyeÂmai kemÂbali nilai-nilai itu.
Ketika mudik, orang akan berÂteÂmu dengan saÂnak keluarga dan tetangÂgaÂnya, sehingga nilai-nilai keÂharÂmoÂnisan akan tercipta. Tradisi mudik ini baÂgus. JaÂngan sampai dihilangÂkan hanya kaÂrena urusan demokrasi dan poÂlitik.
[rm]
BERITA TERKAIT: