WAWANCARA

Fadel Muhammad: Lebaran ini Saya Promosikan Ketupat Ikan

Senin, 29 Agustus 2011, 01:38 WIB
Fadel Muhammad: Lebaran ini Saya Promosikan Ketupat Ikan
Fadel Muhammad
RMOL.Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menolak impor garam betujuan demi melindungi produksi petani garam lokal. Ini sebagai upaya menuju swasembada garam di tahun 2013.

“Kebijakan ini untuk me­lindungi produksi petani garam. Ini juga meningkatkan kualitas produksi,” tandas Menteri Ke­lau­tan dan Perikanan Fadel Mu­ham­mad kepada Rak­yat Mer­deka di Jakarta, Minggu (28/8).

Fadel mengungkapkan, pro­duk­si garam dalam negeri me­nunjukkan perkembangan yang sangat signifikan, sehingga ka­laupun ingin impor, jumlahnya tidak perlu banyak.

Indonesia mampu mem­pro­duksi garam se­ba­nyak 1,4 juta ton per tahun. Apabila ke­bu­tu­han garam di da­lam negeri se­ba­nyak 1,6 juta ton, maka bila ingin impor hanya se­kitar 200 ri­bu ton saja.

“Saya dibuat bertanya-tanya ten­tang izin impor 1 juta ton ga­ram dan ternyata sudah di­rea­lisasikan sebesar 953 ribu ton. Itu kan sudah hampir 100 per­sen,” kata bekas Gubernur Go­rontalo itu.

Berikut kutipan selengkapnya;

Bagaimana awal mulanya kasus impor garam itu?

Saat itu saya diajak rapat de­ngan Presiden untuk menaikkan produksi garam dalam rangka swa­sembada. Maka dibuat bebe­rapa program di delapan lo­kasi. Ketika itu kondisi produksi ga­ram kita mulai naik, tapi tiba-tiba ada laporan ada kapal yang bong­kar muat garam impor. Itu kan tidak benar.

Saat kita mengembangkan garam untuk rakyat, kok garam impor masuk. Setelah diperiksa, kualitasnya je­lek dan surat izinnya ka­da­lu­ar­sa. Makanya kami bersama aparat Bea Cukai langsung menyegel.

Kenapa Anda bersikeras tidak impor garam?

Saya bersikeras jangan sampai garam itu dilepas di pasar.  Sebab, petani garam di Indramayu, Madura, dan Cirebon saat ini sedang pa­nen. Apabila impor ini dipak­sa­kan, maka berakibat harga ga­ram petani kita akan rusak. Prin­sip itu yang saya pegang sejak dulu, ke­tika sedang panen, maka jangan sampai ada impor yang masuk.

Dikabarkan kementerian yang Anda pimpin sempat ribut dengan Kementerian Perdagangan?

Masalah itu sudah selesai.  Pak Hatta Ra­jasa (Menko Perekono­mian) sudah memanggil kami untuk menengahi permasalahan ini. Lalu dikeluarkan kebijakan bah­wa Kementerian Perdagangan tidak boleh mengimpor garam tanpa rekomendasi dari kami (KKP) sebagai kementerian tek­nis. Dalam konteks ini, per­ma­sa­lahan ini sudah selesai.

Bagaimana perbandingan kualitas garam impor dengan garam lokal?

Untuk garam impor dari India, kualitasnya jauh di bawah garam lokal Indonesia. Hal itu sudah sa­ya tanyakan kepada petani ga­ram dan asosiasi pengumpul ga­ram. Hasilnya kualitas garam kita lebih baik.

Oh ya, apa Anda punya me­nu spesial saat Lebaran?

Tentu ada dong. Kalau dulu saya makan ketupat dengan lauk  ayam dan daging, seka­rang saya makan ketupat de­ngan lauk ikan. Jadi, saya sebut ketupat ikan.

Tu­juannya sebagai promosi agar masyarakat banyak makan ikan. Saya sudah mencoba menu itu, ternyata enak juga. Ini masa­lah kebiasaan saja.

Ikan apa saja yang cocok?

Saya pakai ikan tongkol dan ikan tenggiri. Coba deh, enak rasanya.

Ada hal yang spesial di Le­baran tahun ini?

Lebaran tahun ini saya diminta untuk memberikan khutbah di ITB, Bandung. Malam takbiran saya sudah di Bandung. Setelah khutbah, saya  langsung ke Ista­na mengucapkan Idul Fitri kepa­da Pak SBY.

Yang jelas, Lebaran kali ini ber­­beda. Ketika saya jadi Gu­ber­nur Gorontalo, saya open house sejak pagi hari, sehingga setelah sholat Idul Fitri, warga datang ke rumah hingga penuh.

Namun saat men­jadi menteri, hari per­tama saya di Istana dan pergi ke rumah orang yang di­tua­kan. La­lu hari kedua, saya me­nga­­dakan open house.

Bagaimana Anda memaknai Idul Fitri?

Seperti hadist Nabi, barang siapa yang berpuasa dengan iman dan takwa yang baik, maka dia akan keluar seperti bayi. Jadi makna Idul Fitri ba­gi saya, kita terlahir kembali da­lam ke­adaan bersih dan suci seperti bayi yang baru lahir. [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA