“Kebijakan ini untuk meÂlindungi produksi petani garam. Ini juga meningkatkan kualitas produksi,†tandas Menteri KeÂlauÂtan dan Perikanan Fadel MuÂhamÂmad kepada RakÂyat MerÂdeka di Jakarta, Minggu (28/8).
Fadel mengungkapkan, proÂdukÂsi garam dalam negeri meÂnunjukkan perkembangan yang sangat signifikan, sehingga kaÂlaupun ingin impor, jumlahnya tidak perlu banyak.
Indonesia mampu memÂproÂduksi garam seÂbaÂnyak 1,4 juta ton per tahun. Apabila keÂbuÂtuÂhan garam di daÂlam negeri seÂbaÂnyak 1,6 juta ton, maka bila ingin impor hanya seÂkitar 200 riÂbu ton saja.
“Saya dibuat bertanya-tanya tenÂtang izin impor 1 juta ton gaÂram dan ternyata sudah diÂreaÂlisasikan sebesar 953 ribu ton. Itu kan sudah hampir 100 perÂsen,†kata bekas Gubernur GoÂrontalo itu.
Berikut kutipan selengkapnya;
Bagaimana awal mulanya kasus impor garam itu?
Saat itu saya diajak rapat deÂngan Presiden untuk menaikkan produksi garam dalam rangka swaÂsembada. Maka dibuat bebeÂrapa program di delapan loÂkasi. Ketika itu kondisi produksi gaÂram kita mulai naik, tapi tiba-tiba ada laporan ada kapal yang bongÂkar muat garam impor. Itu kan tidak benar.
Saat kita mengembangkan garam untuk rakyat, kok garam impor masuk. Setelah diperiksa, kualitasnya jeÂlek dan surat izinnya kaÂdaÂluÂarÂsa. Makanya kami bersama aparat Bea Cukai langsung menyegel.
Kenapa Anda bersikeras tidak impor garam?
Saya bersikeras jangan sampai garam itu dilepas di pasar. Sebab, petani garam di Indramayu, Madura, dan Cirebon saat ini sedang paÂnen. Apabila impor ini dipakÂsaÂkan, maka berakibat harga gaÂram petani kita akan rusak. PrinÂsip itu yang saya pegang sejak dulu, keÂtika sedang panen, maka jangan sampai ada impor yang masuk.
Dikabarkan kementerian yang Anda pimpin sempat ribut dengan Kementerian Perdagangan?
Masalah itu sudah selesai. Pak Hatta RaÂjasa (Menko PerekonoÂmian) sudah memanggil kami untuk menengahi permasalahan ini. Lalu dikeluarkan kebijakan bahÂwa Kementerian Perdagangan tidak boleh mengimpor garam tanpa rekomendasi dari kami (KKP) sebagai kementerian tekÂnis. Dalam konteks ini, perÂmaÂsaÂlahan ini sudah selesai.
Bagaimana perbandingan kualitas garam impor dengan garam lokal?
Untuk garam impor dari India, kualitasnya jauh di bawah garam lokal Indonesia. Hal itu sudah saÂya tanyakan kepada petani gaÂram dan asosiasi pengumpul gaÂram. Hasilnya kualitas garam kita lebih baik.
Oh ya, apa Anda punya meÂnu spesial saat Lebaran?
Tentu ada dong. Kalau dulu saya makan ketupat dengan lauk ayam dan daging, sekaÂrang saya makan ketupat deÂngan lauk ikan. Jadi, saya sebut ketupat ikan.
TuÂjuannya sebagai promosi agar masyarakat banyak makan ikan. Saya sudah mencoba menu itu, ternyata enak juga. Ini masaÂlah kebiasaan saja.
Ikan apa saja yang cocok?
Saya pakai ikan tongkol dan ikan tenggiri. Coba deh, enak rasanya.
Ada hal yang spesial di LeÂbaran tahun ini?
Lebaran tahun ini saya diminta untuk memberikan khutbah di ITB, Bandung. Malam takbiran saya sudah di Bandung. Setelah khutbah, saya langsung ke IstaÂna mengucapkan Idul Fitri kepaÂda Pak SBY.
Yang jelas, Lebaran kali ini berÂÂbeda. Ketika saya jadi GuÂberÂnur Gorontalo, saya open house sejak pagi hari, sehingga setelah sholat Idul Fitri, warga datang ke rumah hingga penuh.
Namun saat menÂjadi menteri, hari perÂtama saya di Istana dan pergi ke rumah orang yang diÂtuaÂkan. LaÂlu hari kedua, saya meÂngaÂÂdakan open house.
Bagaimana Anda memaknai Idul Fitri?
Seperti hadist Nabi, barang siapa yang berpuasa dengan iman dan takwa yang baik, maka dia akan keluar seperti bayi. Jadi makna Idul Fitri baÂgi saya, kita terlahir kembali daÂlam keÂadaan bersih dan suci seperti bayi yang baru lahir. [rm]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: