WAWANCARA

Purnomo Yusgiantoro: Data-data Wikileaks Tidak Akurat Lagi

Sabtu, 27 Agustus 2011, 07:49 WIB
Purnomo Yusgiantoro: Data-data Wikileaks Tidak Akurat Lagi
Purnomo Yusgiantoro
RMOL. Pemerintah Indonesia dihebohkan dengan data rahasia pemerintah Amerika Serikat (AS) yang dibocorkan situs Wikileaks. Salah satu isinya menyebutkan, Purnomo Yusgiantoro disebut sebagai sekutu AS.

Menanggapi hal itu, Pur­nomo mempertanyakan makna “sekutu” dengan AS. Sebab, selama menjadi Menteri ESDM dan Menteri Pertahanan, kerja sama dilakukan dengan banyak negara.

“Harus jelas dong makna ber­se­kutu itu apa. Karena selama ini kita melakukan kerja sama de­ngan siapapun,” tegas Menteri Per­tahanan, Purnomo Yusgian­toro, di acara serah terima heli­kopter serbu MI-17 V5, di Ska­dron-21/ Serba Guna, Pondok Cabe.

Menurut Purnomo, data yang dikeluarkan Wikileaks harus di­pertanyakan tahunnya. Sebab rentang jarak waktu dengan sekarang beda dua tahun.

“Data wikileaks itu kapan ke­luarnya. Apakah sekarang. Kalau sekarang, jelas data-data itu tidak akurat lagi,” tandasnya.

Berikut kutipan selengkapnya;

Anda disebut sebagai kepan­jangan tangan AS, apa tangga­pan­nya?
Perusahaan Caltex dan Exxon di Indonesia sejak zaman Orde Baru, jauh sebelum saya menjadi Menteri ESDM. Untuk itu, masa­lah ini harus dilihat dengan jernih, apakah kontrak itu baru atau kontrak kelanjutan saja.

Memang ada beberapa nama yang disebut, tetapi itu harus diuji dalam sebuah kerangka yang komprehensif. Misalnya, dalam kerangka kerja sama hubungan bilateral, memang kita sudah men­jalin kerja sama bilateral.

Bagaimana dengan belum di­hapusnya larangan Sjafrie Sjam­sudin ke AS?
Itu data lama, tahun 2009, se­belum saya menjadi Menteri Per­tahanan, hubungan kita dengan AS cukup baik. Apalagi setelah kunjungan Menteri Pertahanan AS, Robert Gate dan membuka hubungan baik kedua negara. Memang sejak saat itu hingga sekarang, Pak Sjafrie belum di­berikan kesempatan untuk kunju­ngan ke AS.

Bagaimana sikap Kemenhan dalam hal ini?
Sikap kita mempertanyakan data itu kapan dikeluarkan. Salah satunya data Wamenhan, data me­reka itu kan tahun 2009. Se­dangkan sekarang 2011. Selama dua tahun perkembangannya luar biasa. Pertama, perwakilan AS sudah berkunjung ke Indonesia untuk membuka hubungan militer to militer. Kedua, kita akan mendapatkan hibah 30 buah pesawat F-16 dari pemerintah AS. Lalu ada kerja sama lain se­perti latihan gabungan bersama.

Bukannya hibah itu dibatal­kan dan dialihkan ke Taiwan?
Beberapa waktu lalu pak Eris Herryanto (Sekjen Kemenhan) menerima tim dari AS. Ini berarti kabar itu tidak benar. Menurut ke­terangan beliau, pada kongres notification yang pertama bulan Agustus, kita akan mendapatkan hibah 30 pesawat F-16. Rincian­nya 28 buah dengan grade 28, dan 2 buah grade 15.

Dari 30 pe­sawat akan men­jadi 24 pesawat dengan grade 32, karena nanti spare partnya dicam­pur-campur.

Apa tujuan Indonesia mem­beli 6 helikopter serbu MI-17 V5?
Pembelian ini untuk meleng­kapi enam helikopter yang sudah ada dengan tipe yang sama. Sekarang jumlahnya 12 buah helikopter serbu MI-17 V5. Heli­kopter ini jenis multipurpose, salah satunya agar bisa mendarat di tempat kecil dengan membawa sejumlah pasukan.

Apa cukup efektif menggu­na­kan helikopter itu dalam se­buah operasi?
Efektif sekali dengan menggu­nakan heli jenis itu. Sekarang ini ancaman terhadap NKRI bisa dari macam-macam, seperti non-tradisional (terorisme dan se­para­tisme) yang memerlukan penem­patan pasukan dengan cepat.  [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA