WAWANCARA

Gusti Muhammad Hatta: Agar Lingkungan Terjaga, Lakukanlah ‘Lebaran Hijau’

Selasa, 23 Agustus 2011, 03:18 WIB
Gusti Muhammad Hatta: Agar Lingkungan Terjaga, Lakukanlah ‘Lebaran Hijau’
Gusti Muhammad Hatta
RMOL. Hari Raya Idul Fitri atau Hari Lebaran sudah di depan mata. Gejolak aktivitas masyarakat menjelang Lebaran dari seluruh sektor meningkat tajam, terlebih lagi sektor tata niaga atau penjualan. Akibat dari meningkatnya penjualan dari hampir seluruh produk barang maupun jasa, sering tidak memikirkan efek negatif terhadap lingkungan hidup.

Bagaimana cara mengu­rangi dam­pak negatif bagi ling­kungan hidup saat Lebaran? Berikut wa­wancara Rakyat Mer­deka dengan Menteri Negara Ling­kungan Hi­dup Gusti Mu­hammad Hatta:

Apa hubungannya Lebaran dengan dampak negatif bagi ling­­kungan hidup?
Sebenarnya Lebaran sendiri tidak memberikan dampak ne­gatif buat lingkungan. Hanya saja kurangnya kesadaran masyarakat kita terhadap lingkungan hidup saat menjelang hari tersebut (Lebaran). Kita sudah tidak asing lagi tentunya dengan adanya ke­tu­pat, makanan yang enak-enak dan berlimpah, shalat ied, baju baru beserta hal-hal baru lainnya, salam tempel, kunjungan silatu­rahmi untuk saling memaafkan ke rumah kerabat, macet dalam mu­dik, kota besar yang agak lengang bahkan sampai tradisi mengunjungi tempat-tempat hiburan. Wah, model berlebaran seperti ini sangat khas Indonesia. Sehingga muncullah efek negatif yang merusak lingkungan, polusi udara dan banyaknya sampah contohnya.

Dampak apa  yang paling pa­rah bagi lingkungan hidup saat Lebaran?
Polusi udara tentunya. Dampak dari penggunaan kendaraan ber­motor yang meningkat saat Le­baran bisa menurunkan kualitas udara, yakni dengan polusi udara yang meningkat. Peningkatan udara ini bisa mempercepat emisi gas rumah kaca. Transportasi me­nyumbangkan emisi gas rumah kaca terbesar, di Jakarta saja men­capai 47 persen. Apalagi saat ma­cet sehingga emisi akan ber­tambah.

Lalu apa solusi untuk mengu­rangi polusi udara?
Solusinya adalah mengurangi jumlah kendaraan bermotor. Misal­nya, pemindahan jalur truk dan kendaraan besar menjadi salah satu penyebab kemacetan. Selain itu menggunakan kenda­raan massal untuk berkendara sehingga mengurangi jumlah kendaraan pribadi.

Hal apa yang seharusnya di­la­­kukan masyarakat untuk men­­jaga kelestarian lingkungan hidup saat Lebaran?
Agar  lingkungan hidup tetap terjaga, masyarakat harus mela­kukan Lebaran Hijau, yakni leba­ran yang diupayakan supaya ra­mah lingkungan. Ramah ling­ku­ngan berarti tidak menggunakan sumber daya seperti baju, maka­nan, alat transportasi secara ber­lebihan dan juga tidak menghasil­kan limbah (sampah) yang berlebihan. Sehingga lebaran kita tetap khidmat dan sesuai dengan nilai-nilai dasar yang diajarkan oleh agama tetapi tidak ber­po­tensi merusak lingkungan.

Aplikasi Lebaran Hijau se­perti apa?
Lebaran Hijau itu tentu saja mengumpulkan sampah yang sudah pasti akan banyak sekali menggunung di rumah-rumah kita sementara petugas sampah juga dipastikan tidak ada. Pilah sampah basah dan kering dan bungkus dengan rapi menggu­nakan wadah sampah khusus. Begitu pula selama perjalanan mudik selalu menyediakan tem­pat sampah di dalam kendaraan agar kita tidak sembarangan mem­­buang sampah di jalan. Jika penuh, buanglah pada saat beris­tirahat di tempat sampah yang tersedia. Tidak usah mengajak orang lain, cukuplah dari diri kita sendiri dan keluarga terde­kat. Maka itu masyarakat harus men­jaga kelestarian lingkungan hi­dup. Sayangnya, masih banyak orang yang kurang bertanggung jawab atas kebersihan lingku­ngan sekitarnya, karena dia me­rasa telah membayar biaya retri­busi sampah. Padahal seharus­nya semua pihak harus berparti­sipasi untuk menciptakan ling­kungan yang bersih dan bebas dari segala macam penyakit yang ditimbul­kan dari sampah yang berserakan.

Mengapa kelestarian lingku­ngan hidup ini harus dijaga?
Lingkungan merupakan bagian dari mahluk hidup. Artinya, tanpa lingkungan manusia tidak akan bisa bertahan hidup.

Apa yang Anda terapkan ter­hadap masya­rakat untuk men­jaga kelestarian lingkungan hidup?
Banyak hal yang harus dite­rapkan. Namun yang terpenting, menjaga kelestarian lingkungan hidup harus menjadi budaya bagi setiap insan. Dan budaya buruk yang sebelumnya sering terjadi harus dibuang. Salah satu con­toh­nya, masyarakat tidak hanya satu atau dua kali membuang sampah di sungai atau dengan sembara­ngan, akan tetapi ber­kali-kali dan terus berulang. Budaya baik yang paling seder­hana perlu dikem­bang­kan adalah buanglah sampah pada tempat­nya.   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA