Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Imagine John Lennon dan Kenyataan Yudhoyono

Oleh Adhie M. Massardi

Rabu, 06 Juli 2011, 11:06 WIB
<i>Imagine</i> John Lennon dan Kenyataan Yudhoyono
john lennon/ist
JOHN LENNON pada 1971 merilis lagu Imagine. Liriknya sangat luar biasa. Sederhana, filosofis, inspiratif, tapi menohok. Imagine kemudian memang menjadi karya masterpiece John Lennon yang legendaris, monumental, dan masuk daftar papan atas The 500 Greatest Songs of All Time.

Kita tahu, ketika menulis lirik Imagine, pentolan grup The Beatles dari Liverpool ini sudah sangat matang. Ia sudah memahami berbagai agama yang sedang mengalami krisis nilai, dan dunia politik (Eropa - AS) yang ketika itu diwarnai pertikaian dan peperangan serius: Korea, Bangladesh, India, dan puncaknya di Vietnam.

Sari pati pesan dari lagu Imagine sebenarnya adalah “perdamaian”. Menurut Lennon, dunia ini akan damai bila tak ada surga, tak ada neraka, juga tak ada agama. Lebih damai lagi kalau juga tak ada negara, tak ada pemerintahan, dan tak ada harta.

Dengan demikian, pikir Lennon, tak akan muncul konflik atau peperangan demi agama, politik, pemerintahan, dan negara.

Pikiran Lennon ini pada zamannya memang terasa imaginatif konstruktif. Tapi sekarang, terutama bagi kita orang Indonesia, pandangan Lennon benar-benar tidak proporsional. Ngigau!

Sebab apa yang dibayangkan Lennon dalam Imagine sudah jadi kenyataan di negeri kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Yudhoyono.

Kalau tidak percaya, mari kita bedah lirik Imagine dengan kenyataan di negeri kita sekarang.

Imagine there’s no heaven

It’s easy if you try
No hell below us
Above us only sky

Di sini surga sudah lama hilang dari ingatan, juga neraka. Makanya tak ada orang berlomba-lomba berbuat baik. Karena tak pernah terbayang akan surga sebagai imbalan di hari kemudian.

Maka buruh dibiarkan tetap mengeluh. Para petani hanya jadi korban tirani. Dan nelayan dengan bahan bakar yang mahal, makin susah menyampan. Kehidupan gelap gulita. Karena kejahatan kekuasaan membelit bagai gurita.

Berita orang tak bisa makan sampai mati, juga TKI yang dihukum mati di negeri orang, dinikmati para penguasa sambil sarapan pagi. Neraka bukan lagi ancaman di hari kemudian, bagi para pemimpin yang lalai.

Imagine all the people
Living for today…

Di sini, di negeri ini, lebih banyak orang berpikir untuk hari ini. Maka apa yang bisa dikorupsi segera dikorupsi. Apa saja kekayaan negara yang bisa dijual segera dijual. Dan semua itu dilakukan dengan undang-undang. Tapi tidak sedikit juga orang yang merasakan betapa pahitnya melangsungkan hidup, hanya untuk hari ini saja…

Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too

Di sini, kita sudah tak pernah merasakan ada negara, tidak juga pemerintahan. Maka kekayaan alam dijarah ramai-ramai. Yang disembunyikan Tuhan di bawah tanah, yang hanya bisa diambil dengan akal dan pikiran, digadaikan kepada asing.

Negara dan pemerintahan memang tak pernah hadir. Maka rakyat dibiarkan tanpa pendidikan. Dengan bekal pendidikan yang kurang, mereka harus mengais rezeki hingga ke negeri orang, sehingga menimbulkan banyak kesalah-pahaman, yang harus dibayar dengan pancungan…

Dan agama?

Agama komoditi di bursa politik, menjadi alat penindasan, juga sarana korupsi dan manipulasi. Nilai-nilai yang dipancarkannya sudah lama tertutup karat.

Sayang John Lennon sudah lama mati. Bila ia masih hidup, ia akan meralat lirik lagunya. Bahwa hidup di tanah luas tanpa negara dan pemerintahan, tanpa bayangan surga dan ancaman neraka, tanpa nilai-nilai agama, adalah Indonesia.

Presiden Yudhoyono, yang sejak remaja gemar musik, pasti menyukai lagu-lagu John Lennon. Baik saat bersama The Beatles maupun karya solonya. Tapi apakah dia (SBY) penganut “tarekat Lennoniyah” yang sedang mengamalkan konsep Imagine itu di negeri ini?

Walahu’alam bisawab…! [***]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA