WAWANCARA

Teuku Faizasyah: Itu Kami Lakukan Demi Praktisnya Saja

Senin, 30 Mei 2011, 07:09 WIB
Teuku Faizasyah: Itu Kami Lakukan Demi Praktisnya Saja
Teuku Faizasyah
RMOL. Presiden SBY menggunakan bahasa Inggris saat berpidato di acara forum Gerakan Non Blok (GNB) yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali,(25/5) dikritik sejumlah kalangan.

“Saya melihat kritikan itu se­buah dinamika dalam demokrasi kita. Ini masukan dari masya­rakat untuk kebaikan,” ujar Staf Khu­sus Presiden Bidang Hu­bungan Luar Negeri, Teuku Faizasyah, kepada Rakyat Mer­deka, kemarin.

Menurut Faizasyah, masyara­kat harus memahami elemen-ele­men praktek diplomasi yang dijalankan pemerintah. Misalnya, penggunaan bahasa internasional yang biasanya digunakan dalam forum-forum internasional. Ada enam bahasa resmi PBB, seperti Inggris, Prancis, Mandarin, Arab, Rusia, dan Spanyol.

Berikut kutipan selengkapnya;

Apa alasan penggunaan ba­hasa Inggris dalam pidato SBY di forum GNB?
Sebenarnya kita mempertim­bangkan dari sisi kepraktisan peng­gunaan bahasa Inggris. Sebab,  kami menginginkan agar pesan yang disampaikan Pak SBY dapat dimengerti dan dipa­hami secara tepat oleh semua per­waki­lan negara yang hadir, se­hingga pesannya diterima secara utuh.

Bukannya banyak perwakil­an yang tidak mengerti bahasa Inggris?
Pertemuan GNB itu dihadiri lebih 120 perwakilan negara dari seluruh dunia. Kami memaklumi perbedaan bahasa yang mereka gunakan. Untuk memudahkan­nya, maka ada penerjemah ba­hasa secara simultan kedalam enam bahasa resmi PBB. Sebe­narnya ada sisi kepraktisan ketika menggunakan bahasa Inggris dan juga bahasa PBB lainnya, yakni persoalan yang dipaparkan dalam forum itu akan dipahami secara bersama.

Bagaimana dengan pertim­ba­ngan diplomasi?
Ini menjadi salah satu pertim­bangan juga ketika penyampaian pidato dalam bahasa Inggris. Sebab, GNB ini merupakan fo­rum yang strategis bagi beberapa negara, khususnya Indonesia untuk bisa berperan serta dalam perdamaian dan kemajuan dunia internasional.

Untuk itu, aspek penerjemahan secara simultan dapat dipahami dengan seksama, sehingga tidak ada perbedaan persepsi yang dimunculkan saat sebuah pidato di­sampaikan dalam bahasa Inggris. Misalnya, Menteri Luar Negeri Mesir yang menggunakan bahasa Arab dan diterjemahkan ke bahasa PBB lainnya, termasuk bahasa Inggris.

Pertemuan apa saja sam­bu­tan SBY menggunakan bahasa Inggris?
Dalam sambutan jamuan kene­garaan yang diiringi lagu kebang­saan kita dan lagu nasional negara sahabat, Bapak Presiden selalu menggunakan bahasa Indonesia. Lalu diterjemahkan kedalam bahasa Inggris. Saya tegaskan itu untuk acara-acara resmi kenega­raan yang dilakukan di Istana negara, sehingga acara itu di­tandai dengan mengumandang­kan lagu nasional kita.

Ada yang menilai sambutan Presiden menggunakan bahasa inggris tidak sesuai dengan UU No 24 tahun 2009, bagaimana tang­gapan Anda?
Memang dalam pasal 28 di undang-undang tersebut menye­but­kan, bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang disampaikan di dalam atau di luar negeri. Saya tidak mengerti forum kenegaraan resmi seperti apa, karena GNB itu adalah forum internasional dan biasanya digunakan enam bahasa resmi PBB, antara lain bahasa Inggris.

Apa kritikan ini akan dires­pons pemerintah?
Tentunya akan diperhatikan walaupun kita melihat kembali kepada undang-undang tersebut, banyak hal yang sulit diimple­men­tasikan. Mungkin perlu meli­hat UU No 24 tahun 2009 menge­nai cara mengatur hal-hal yang tidak mudah untuk diaplikasikan. Misalnya,  masalah perjanjian antara warga negara lain dengan WNI karena ada hal-hal yang tidak mudah dalam implemen­tasinya. Namun saya tidak tahu secara detail mengimple­mentasi­kannya tapi ada hal-hal yang perlu dikaji ulang.

Anda melihat ada esensi yang lebih penting disamping masalah itu?
Sebenarnya kalau kita ingin melihat sedikit di luar itu, yang perlu di apresiasi adalah esensi dari pidato. Apa yang disampai­kan Pak SBY sangat diapresiasi para peserta GNB. Sebab, me­muat visi ke depan dan apa yang harus dilakukan GNB dalam menyikapi perubahan global yang terjadi. Dengan demikian pidato tersebut menjadikan suatu acuan dalam pembahasan men­teri-menteri untuk mendesign visi dan kerja GNB 50 tahun ke depan.

Apa ada evaluasi terkait pe­nyampaian pidato SBY?
Tentunya kami akan melaku­kan evaluasi dengan melakukan pembicaraan dengan delegasi-delegasi yang hadir. Esensi pidato itu yang digunakan sebagai referensi dalam pembahasan visi dan kinerja gerakan non blok ke depan. Hal ini yang menurut saya merupakan hasil positif dari evaluasi yang kami lakukan. Kita berkontribusi bagi kemajuan gerakan non blok di masa men­datang.  [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA