“Semua lemÂbaga setuju untuk mendorong agar pemerintah membentuk lemÂbaga yang meÂmiliki posisi straÂtegis dalam memberikan pemaÂhaman PancaÂsila kepada anak muda IndoneÂsia. Namun format lembaga itu kita serahkan kepada pemerinÂtah. Bisa saja berbentuk komite, baÂdan, atau lembaga,†ungkap KeÂtua MPR, Taufik Kiemas, kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut Ketua Dewan PertimÂbangan Pusat PDIP itu, lembaga tersebut tidak seperti P4 saat Orde Baru, sehingga tidak perlu khaÂwatir Pancasila disalahgunakan untuk kekuasaan sesaat.
Sebab, walaupun lembaga itu dibuat pemerintah, supervisi dan materi berasal dari MPR.
“Lembaga itu dibuat bersama-sama dengan fraksi-fraksi yang ada di MPR,†ungkap suami MegaÂÂwati Soekarnoputri itu.
Berikut kutipan selengkapnya;Yakin nih lembaga itu tidak disalahgunakan?Saya pastikan bahwa lembaga tersebut berbeda dengan P4. Saya jamin pasti berbeda. Misalnya saja berbentuk komisi, itu kan tidak bisa menindak dan tidak bisa menghukum seseorang tanpa alasan yang jelas. Saya rasa forÂmatÂÂnya terbuka bagi masyaÂrakat untuk ikut serta dan meÂmanÂtau nya. Pers diperbolehkan maÂsuk di dalamnya.
Bagaimana dengan weweÂnang badan atau lembaga terÂsebut?Mengenai masalah itu, belum kami rumuskan secara rinci. Tetapi yang jelas tidak memaksa dan menghukum orang.
Lalu mengenai payung huÂkumÂnya?Yang jelas payung hukumnya adalah Pancasila. Tapi yang penÂting sekarang bagaimana PancaÂsila itu bisa tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Saya setuju dengan pendapat Pak Mahfud MD dan Pak M Nuh pada pertemuan lalu. Biar kita nguap-nguap sepanjang masa, kalau pers tidak memÂbantu, langÂkah yang sudah kita rencanakan akan sulit berjalan.
Apa dalam perÂtemuan antar lemÂbaga di MK sudah dibiÂcaraÂkan soal pemÂbenÂtukan badan tersebut?Pertemuan 24 Mei itu meÂmang fokusÂnya keÂpada Pancasila yang dianggap isu terpenting. SeÂbenarÂnya kita ingin memÂbicarakan maÂsaÂlah-maÂsalah lain, tapi Pak Mahfud beriÂnisiatif untuk melaÂkukan diskusi tentang Pancasila sebagai ideoÂlogi negara dan falÂsafah hidup berbangsa dan bernegara.
O ya, bagaimana model soÂsialisasinya?Dalam menentukan model soÂsialisasinya, sedang kami rancang dengan berbagai macam ahli. Salah satunya adalah bagaimana Pancasila itu cepat masuk ke daÂlam pikiran orang dan bisa dihafal.
Kalau seseorang tidak hafal dengan Pancasila, mana bisa menghayati ideologi dan falsafah bangsanya. Selain itu, MPR meÂlakukan hiring dengan ahli penÂdidikan, ahli tata Negara, dan beberapa tokoh untuk memÂperÂkuat Pancasila.
Apa pembuatan lembaga ini mengikuti studi kasus dari negara lain?Kita mengambil contoh yang sudah dijalankan oleh beberapa negara, seperti Amerika yang memiliki beragam ras. Di AmeÂrika terjadi kesulitan dalam penyampaian ideologi negaranya. Sebab, perubahan generasi tiap waktu. Cara penyampaiannya pasti berubah.
Lalu kita bandingkan dengan negara kita yang sudah 13 tahun tidak pernah ada sosialisasi PancaÂsila secara masif kepada masyarakat. Yang penting sekaÂrang bagaimana memotivasi masyarakat agar sadar dan peduli dengan ideologi bangsanya.
Peringatan hari lahir PanÂcaÂsila 1 Juni nanti, bekas Presiden Megawati Soekarnoputri dan BJ Habibie diberi kesempatan untuk berpidato bersama PreÂsiden SBY, apa ada tujuan politis?Tidak ada alasan semacam itu. Perubahan format itu karena kami ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa kita bisa bersatu dengan Pancasila. Ini yang saya heran, kita ingin akur saja kok tidak senang. Itu sangat sederhana, mari kita maknai tanggal 1 Juni mendatang sebagai momen menyatukan bangsa kita. Ini juga sebagai langkah awal untuk memperbaiki nasib bangsa kita.
[RM]
BERITA TERKAIT: