WAWANCARA

Mahfud MD: Kalau Saya Nyapres Memangnya Kenapa...

Minggu, 29 Mei 2011, 06:00 WIB
Mahfud MD: Kalau Saya Nyapres Memangnya Kenapa...
Mahfud MD
RMOL. Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD membantah pernyataan Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang menyebutkan dirinya hanya mencari sensasi untuk mencalonkan diri menjadi Presiden 2014.
 
“Itu (pernyataan Ruhut) tidak level untuk ditanggapi. Itu level­nya pelawak. Ada ratusan SMS masuk yang melarang saya me­nanggapi pernyataan orang itu (Ruhut, red). Bahkan, menyebut namanya pun saya dilarang karena hanya akan menaikkan rating orang,” ujar Mahfud ke­pada Rakyat Medeka, kemarin.  

Sebelumnya Ruhut mengata­kan, keinginan Mahfud menjadi presiden didasarkan pada perya­taan Ketua Umum Partai Ke­daulatan Bangsa Indonesia (PKBI) Yenny Wahid. Menurut­nya, Yenny sempat bertemu de­ngannya di Jambi, minggu lalu.

“Ketika itu, Yenny meminta saya mendukung PKBI yang ren­cananya akan mengusung Mahfud MD menjadi Presiden 2014.

Saya waktu itu mengiyakan, karena siapa pun teman saya, pasti saya dukung. Tapi tolong da­lam masalah ini, masalah hukum ya masalah hukum, dan masalah politik ya masalah poli­tik,” tegasnya.

Mahfud selanjutnya mengata­kan, tudingan Ruhut yang me­nyebut dirinya mencari panggung Capres 2014, itu tidak benar.

“Sampai saat ini, saya tidak mempunyai niat untuk menjadi presiden. Saya tidak sebodoh Ruhut. Sebaiknya Ruhut bertanya langsung kepada Pak SBY, ke­napa saya melaporkan kasus itu kepada Pak SBY,” tegas Bekas Menteri Pertahanan ini.

Berikut kutipan selengkapnya:

Bagaimana dengan capres?
Dulu, saya selalu bilang bahwa saya nggak ada jahitan untuk jadi Presiden. Tapi, karena dikait-kaitkan ke situ secara norak, se­ka­rang saya bisa berkelakar, ‘kalau saya mau nyapres me­mang­­nya mengapa?’’

Saya dapat protes dari mantan Mendiknas Prof Bambang Sudibyo dan beberapa guru be­sar dari UGM. Kata mereka, semua isi wawancara saya degan Metro TV itu bagus, terper­caya. Kecuali satu yakni ketika saya menga­takan, saya nggak potongan jadi Presiden. Pak Bambang protes, katanya, sta­tement saya itu salah. Sebab yang benar potongan saya sudah pas. Ha...ha...ha... Itu bergurau, ya. Kalau nggak per­caya tanya pada Pak Bambang saja.

Seriusnya, saya nggak ber­minat sampai hari ini. Malu saya, nanti bisa jadi Presiden hanya seperti badut.

Tapi banyak kalangan me­nilai Anda layak menjadi pre­siden?
Saya merasa tidak punya mo­dal, baik modal politik mau­pun modal personal. Makanya saya sering mengatakan saya ti­dak punya potongan, tetapi akhir-akhir ini banyak orang memaksa mengatakan saya pantas dan justru punya potongan. Saya tetap belum percaya itu.

Kalau nantinya berubah pi­ki­ran, lalu memutuskan maju se­bagai capres, apakah Anda sudah memikirkan calon pen­damping?
Karena saya belum sampai pada keputusan untuk maju men­jadi capres,maka saya tidak pernah memikirkan kriteria untuk menjadi pendamping saya. Se­lama ini saya sudah didam­pingi oleh istri dengan sangat baik

Bagaimana kalau Anda di­pasangkan dengan Sri Mul­yani?
Kok pertanyaannya soal calon presiden terus sih. Saya yang sampai sekarang tidak ingin bisa tergoda menjadi ingin. Mari kita tunggu saja sejarah perjalanan bangsa. Saya sendiri mengagumi Sri Mulyani, tapi sayang dia pun tak punya partai

O ya, Anda dituduh telah mem­fitnah, sehingga Ruhut berkata seperti itu?
Menurut agama, fitnah itu mengada-adakan yang tidak pernah ada. Jadi, dalam hal ini, saya lah yang difitnah. Saya di­bilang pembohong besar di media massa, padahal saya tidak ber­bohong. Sejak kecil, saya mem­bangun pribadi dan berusaha se­lalu jujur, masa’ dibilang pembo­hong besar. Keadilan itu adalah hati nurani dan common sense.

Bagaimana Anda mengha­dapi perlawanan itu?
Biarlah muncul perlawanan, kan saya tak melakukan apa-apa. Saya hanya memenuhi permin­taan Pak SBY. Politik kan me­mang begitu, selalu ada perlawa­nan. Tapi, kalau sudah diselesai­kan, ya selesai.

Kalau pernyataan Anda dija­di­kan pengalihan isu?
Saya tidak peduli, apakah per­mintaan penyampaian pengumu­man itu dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian. Yang pen­ting, saya memberi informasi.

Kemudian diminta mengu­mum­kan ke publik oleh Pak SBY, ya sudah. Berarti, saya sudah bertanggung jawab bahwa infor­masi itu benar dan tidak meng­ada-ada.

Lagipula, saya percaya KPK bekerja profesional, sehingga tidak masalah ada pengalihan isu atau tidak. Ingat ya, kalau saya menyampaikan info kemudian saya tidak mau mengumum­kan­nya, bisa dikira saya lah yang mem­buat info tidak benar, karena tidak berani mengu­mumkan.   [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA