â€Kami mengambil sikap untuk berpihak kepada Muswil 13 DPC yang dihadiri 13 DPC dengan BachÂÂtiar Ghaffar menjadi Ketua DPW PPP Papua,’’ ujarnya keÂpada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Rabu (18/5).
Menteri Agama ini mengakui, kisruh berawal dari Muswil yang terbelah menjadi dua. Pertama, diselenggarakan 13 DPC PPP PaÂpua. Kedua, Muswil diselengÂgaÂrakan sembilan DPC.
“13 DPC ini menolak pertangÂgungjawaban ketua wilayah yang lama (Reba D Pontoh). Sebab, keÂtua wilayahnya dianggap baÂnyak masalah. Tentunya13 caÂbang ini dari sudut jumlahnya suÂdah jauh lebih banyak,†paparnya.
Suryadharma Ali selanjutnya meÂngatakan, DPP PPP beregang terhadap suara yang terbanyak. “Ada dua pilihan, Pak Muchdi dan Pak Bachtiar. Lalu kita memÂperÂtimbangkan keduanya dari perÂolehan suara yang terbesar, yakÂni Pak Bahtiar. Untuk itu kami mengakui hasil yang diperoleh Pak Bachtiar,†bebernya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa ini strategi untuk menÂjeÂgalnya Muchdi PR dalam bursa caÂlon Ketum PPP Juli menÂdaÂtang?
Tidak ada istilah jegal-menÂjeÂgal. Kami di DPP mengambil langkah tersebut berdasarkan suaÂÂra mayoritas. Tidak ada misi poÂlitik apa-apa untuk masalah ini, karena ini menyangkut keberÂlangÂsungan PPP di Papua.
O ya, apa yang Anda petik saat mengunjungi Yayasan Al Zaytun?
Saya rasa sulit menyatakan bahÂwa lembaga pendidikan Al ZaiÂtun adalah sama dengan geÂrakan NII. Untuk mengetahui keÂterÂkaitan antara Ma’had Al-ZaiÂtun (MAZ) dengan NII, perlu diÂlaÂkukan penelitian dan peÂnyeÂlidikan oleh pihak yang berÂweÂnang, terutama dalam kaitannya deÂngan aspek historis, finansial, manajemen, kepemimpinan, dan akÂtivitas non kependidikan lainÂnya.
Panji Gumilang disebut-sebut terkait NII, bagaimana komentar Anda?
Kalau benar dia (Panji GumiÂlang) terbukti, maka hal itu bukan urusan saya. Sebab, ini bukan keÂwenangan Kementerian Agama. KaÂmi tidak dapat melakukan langÂkah introgasi dan meÂnyeÂlidiki kasus yang sedang diperÂbinÂcangkan oleh masyarakat. Ini adalah kewenangan BIN dan mungkin BNPT juga memiliki peran di sana.
Bagaimana dengan faham dan aktivitas keagamaan di Al Zaitun?
Secara keseluruhan, faham dan aktivitas keagamaan di Ma’had Al-Zaitun tidak ada penyimÂpangÂan. Artinya relatif aman, tidak ada gangguan dan tidak ada konÂtroversi pemahaman keagamaan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, komunitas MAZ ini dalam meÂmahami Al-Quran dan Hadist bercorak rasional dan konteksÂtual. Saya rasa ini merupakan cita-cita dari pendiri MAZ yang ingin menjadikan MAZ sebagai lemÂbaga pendidikan yang komÂpreÂhensif, dengan memadukan pendidikan agama dan umum.
Aspek interaksi sosial MAZ apakah ada masalah?
Untuk aspek ini, kami melihat interaksi internal dan eksternal yang dijalankan oleh MAZ berÂsiÂkap cukup dialogis, akrab, dan peÂnuh dengan semangat keÂkeÂluargaan.
Apa yang dilakukan Kemenag untuk menangkal radikalisme?
Yang perlu kita lakukan adalah agar paham itu tidak merembes ke lembaga-lembaga pendidikan di bawah Kementerian Agama dan juga merembes ke tengah-teÂngah masyarakat. Makanya Kementerian Agama dalam rapat pimÂpinan beberapa waktu lalu, yang hadir antara lain, kepala-kepala kantor wilayah kemenÂteÂrian agama seluruh IndoÂnesia, rektor-rektor Universitas Islam Negeri dan IAIN serta perguruan tinggi agama, baik Islam, Kristen, Hindu, maupun Budha.
Dalam kesempatan itu, kami meminta kepada para rektor dan ketua-ketua Sekolah Tinggi untuk melakukan tindakan menutup semua celah agar paham-paham radikal tidak masuk di lembaga pendidikan yang mereka pimpin. Selain itu, kepada kepala-kepala kantor wilayah harus menerapkan gerakan yang serupa untuk meÂningÂkatkan dakwah dan peneÂrangÂan kepada masyarakat suÂpaya pemikiran radikal tidak masuk di tengah-tengah masyarakat.
Ada langkah preventif untuk penÂcegahan dan penangÂgulangÂannya?
Langkah tersebut tentu kami lakukan, khususnya di lembaga penÂdidikan dan lembaga keagaÂmaÂan dan masyarakat. Kami mengÂÂanggap bahwa lembaga penÂdidikan merupakan target yang paling rentan terhadap inÂfilÂtrasi gerakan radikalisme agaÂma. UnÂtuk itu, beberapa institusi peÂnÂdiÂdikÂan di bawah KeÂmenÂterian AgaÂma, sedang dan akan dijaÂlankan beberapa langkah preventif.
Apa saja itu?
Pertama, kami melakukan peÂmeÂtaan radikalisme di lingÂkungÂan pelajar dan mahasiswa. Kedua, melalui pemasyarakatan dan peÂnguatÂan ideologi Pancasila. Ketiga, melakukan semiloka dan simÂposium mengenai strategi preÂventif dalam penanggulangan teÂrorisme dan radikalisme agama. Keempat, pengembangan paham multikulturalisme dikalangan peÂlajar dan mahasiswa. Kelima, peÂngemÂbangan kegiatan ekstraÂkulikuler keagamaan agar lebih terpantau dan tidak berkembang peÂmikiran radikalisme. [RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: