“Libur panjang merupakan salah satu daya dorong untuk memajukan pariwisata. BergeÂrakÂnya sektor pariwisata berkaiÂtan langsung dengan ekonomi kerakyatan. Para pedagang kecil, sopir, para penjual souvenir, langÂsung merasakan dampak ekoÂnomi dari bertambahnya jumlah wisatawan,†ujar Jero Wacik keÂpada Rakyat Merdeka, kemarin.
Sebelumnya Menko Kesra, Agung Laksono menyatakan, Senin 16 Mei 2011 ditetapkan sebagai cuti bersama. Kebijakan ini diputuskan tiga menteri, yakni Menteri Agama dengan Surat Keputusan (SK) Nomor 2 Tahun 2011, SK Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 120/MEN/V/2011, serta SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor SKB/01/M.PAN-RB/05/2011 tertanggal 13 Mei 2011.
“Dalam SKB tersebut dinyataÂkan, dalam rangka efisiensi dan efektivitas hari kerja dan hari libur, maka cuti bersama dipanÂdang perlu ditata kembali pelakÂsanaannya. Untuk itu, hari Senin 16 Mei 2011 dinyatakan sebagai Cuti Bersama,†ujar Agung.
Keputusan yang diumumkan menÂdadak itu, membuat sejumlah kalangan kelabakan dan bingung. Sebab, rencana kerja hari Senin (16/5) jadi berantakan semua. Bekas Wakil Presiden Jusuf Kalla pun menilai cuti bersama yang ditetapkan secara mendadak oleh pemerintah tidak efektif.
“Cuti mendadak ini akan meÂnyulitkan pihak-pihak tertentu, baik pejabat, pihak swasta, atauÂpun masyarakat umum, yang sudah membuat janji.
Rencana tersebut harus terÂtunda dan ada efek yang mengiÂkutiÂnya. Di mana pun tidak ada yang tiba-tiba. Pokoknya tidak efektif,†tegasnya.
Jero Wacik selanjutnya mengaÂtakan, selain berdampak terhadap sektor pariwisata dan ekonomi, kebijakan cuti bersama yang diÂtetapkan pemerintah juga cukup menggembirakan masyarakat. Sebab, selain dapat melakukan kegiatan wisata, libur panjang juga dapat dimanfaatkan untuk beristirahat dan berkumpul deÂngan keluarga.
“Saya berharap, kebijakan cuti bersama tetap dilakukan. Sebab, keputusan ini banyak manfaatnya untuk masyarakat, ekonomi keÂrakÂyatan dan sektor pariwisata,†jelasnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Kenapa keputusan pemerinÂtah meliburkan hari Senin (16/5) diumumkan secara mendaÂdak?
Program libur bersama itu dijadwalkan setiap awal tahun. Nggak ada yang mendadak. Hal ini terkesan mendadak, karena peÂnetapannya diumumkan MenÂko Kesra beberapa hari sebeÂlum pelaksanaan.
Namun, kita tidak perlu memÂperdebatkan tentang hal itu. BerÂdasarkan pengamatan saya, keÂbijakan ini telah membuat masyaÂrakat senang dan menjadi panen raya bagi pariwisata.
Apakah Kementerian KebuÂdaÂÂyaan dan Pariwisata pernah meÂlaÂkukan riset tentang meÂningÂÂkatnya jumlah wisatawan dengan penambahan hari liÂbur?
Pernah. Ide menambah hari liÂbur berawal dari tragedi Bom Bali di tahun 2002. Saat itu, wiÂsaÂÂtawan domestik maupun manca negara menurun drastis, sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk menambah hari libur agar masyarakat dapat berÂpergian dan berwisata. TeroboÂsan itu pun memÂbuahkan hasil, bahÂkan meÂmulihkan sektor pariwisata.
Tapi, mayoritas masyarakat yang berwisata hanya kalaÂngan atas?
Di saat libur panjang seperti seÂkaÂrang, yang berwisata kan tidak hanya orang kaya atau lapisan atas saja. Semua masyarakat dapat beÂpergian dan melakukan kegiatan wisata, tapi tempatnya saja yang berbeda-beda. Yang meÂmiliki uang lebih banyak, mungÂkin beÂpergian ke Bali atau luar Jawa. Sementara mereka yang memiliki anggaran terbatas biasanya berÂwisata ke Bandung, Anyer atau tempat wisata lainnya.
Sebenarnya, masyarakat yang memiliki anggaran terbatas pun dapat pergi ke Bali atau luar Jawa, karena ada sarana transÂportasi, penginapan, serta tempat makan yang cukup terjangkau.
Bagaimana peningkatan wiÂsaÂtaÂwan di sejumlah daerah?
Berdasarkan informasi yang saya terima, tempat-tempat wiÂsata di berbagai daerah meningÂkat tajam. Hal ini mengindikasiÂkan bahwa yang berwisata dan memanfaatkan libur panjang ini bukan hanya kalangan atas. Mayarakat lapisan menengah dan bawah pun ikut bergembira dan berwisata.
Bagaimana soal keamananÂnya?
Mengenai keamanan, saya suÂdah mengintruksikan kepada peÂtugas di sejumlah daerah untuk berÂjaga dan siaga. Meski demiÂkian, peran serta masyarakat juga sangat diperlukan untuk menjaga jalannya keamanan dan keterÂtiban. Ini adalah bagsa kita dan kita harus berperan aktif untuk menjaganya.
Sejumlah daerah wisata mengÂÂalami kemacetan luar bisa saat libur panjang seperti ini. Pendapat Anda?
Kemacetan di sejumlah daerah wisata memang sulit dihindari. Namun, pemerintah terus beruÂpaya untuk mencari solusi dan meÂnyelesaikan persoalan ini. BeÂberapa waktu lalu, Bapak PresiÂden sudah mengadakan rapat khusus dengan 6 gubernur yang tingkat kemacetan di daerahnya cukup tinggi. Mudah-mudahan dalam waktu dekat persoalan itu dapat teratasi. [RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.