Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Osama bin Laden is Dead

Oleh Adhie M. Massardi

Rabu, 04 Mei 2011, 07:08 WIB
Osama bin Laden is Dead
bin Laden/ist
PRESIDEN AS Barack Obama merasa perlu mengumumkan sendiri kematian Osama bin Mohammad bin Awad bin Laden yang tewas dalam sebuah operasi militer terbatas dan sangat rahasia oleh Densus 6 dari US Navy SEAL.

Namun demikian publik Amerika tidak menuduh Obama sedang melakukan politik pencitraan untuk mengatrol popularitasnya yang memang sedang merosot. Media massa juga tidak mengangap Obama menggunakan kematian teroris No 1 di muka bumi itu sebagai upaya mengalihkan isu kegagalan pemerintahnya meningkatan perekonomian nasional.

Nyaris tak ada keraguan sedikit pun dari rakyat AS (dan masyarakat internasional) terhadap Obama ketika menyatakan: “Osama bin Laden is dead!” Padahal tak ada stasiun TV yang diminta pemerintah melakukan siaran langsung penyerbuan aparat ke tempat persembunyian Osama di kota kecil Abbottabad, Pakistan, itu untuk meyakinkan khalayak.

Publik AS dan masyarakat internasional tampaknya percaya bahwa Obama bukan presiden yang suka bohong. Paling tidak, sampai saat ini Obama dianggap masih on the track. Kalau toh pemulihan ekonomi AS seperti yang dijanjikannya dalam kampanye pilpres tempo hari (belum) menampakkan tanda-tanda kemajuan, itu bukan karena kebohongan. Melainkan lebih akibat ekspansi para pedagang Cina sangat agresif.

Tapi Osama bin Laden bukan tokoh biasa. Pengaruhnya melintasi batas geografi. Di kalangan Muslim garis keras, Osama bahkan dinobatkan sebagai tokoh besar yang mereka puja-puja. Makanya, keberhasilan pemerintah Obama membungkam Osama belum bisa diartikan kegiatan kaum taliban dan kelompok Al Qaeda mereda.

Malah para pengamat terorisme menduga kematian Obama justru akan memicu aksi kekerasan lebih ganas sebagai balas dendam atas kematian tokoh mereka. Indonesia, dengan alasan yang jauh dari kejelasan, kelak akan disebut-sebut sebagai kawasan yang bakal digunakan para penggemar Osama sebagai arena balas dendam. Caranya mungkin dengan menebar kardus berisi bom rakitan yang bisa meledak dan bisa juga hanya berisi kertas dan celana bekas. Tapi tetap memiliki dampak yang kurang lebih sama. Terutama di mata para anggota Gegana, tim penjinak bom dari Polri.

Terorisme di negeri kita memang unik. Sudah ratusan bom di tebar. Sudah ratusan nyawa melayang karenanya. Tapi tak pernah jelas kenapa mereka, para teroris itu, menjalankan aksi kekerasannya. Sebab tak ada tuntutan atau yang mengaku bertanggungjawab atas semua kejadian itu.

Akibatnya, tidak sedikit anggota masyarakat yang menganggap terorisme yang berkembang di negeri kita adalah terorisme pesanan. Bukan berdasarkan ideologi yang mematikan. Apalagi ketika muncul isu gerakan NII (Negara Islam Indonesia), situasi malah menjadi lebih menimbulkan tanda tanya besar: Ah, yang bo’ong...?

Kepercayaan rakyat kepada pemerintah yang terus merosot, membuat persoalan makin rumit. Sebab penjelasan aparat kepolisian tentang teroris, nyaris tak digubris. Padahal untuk membasmi kejahatan, baik terorisme maupun korupsi, juga tindak kriminal biasa, perlu mendapat dukungan publik.

Itulah sebabnya, untuk mencapai tujuan itu, menjadi penting segera memroses lahirnya pemerintahan yang bersih dan terpercaya. Bukan yang tipe suka bohong. Sehingga bila kelak mengumumkan penembakan maupun penangkapan jaringan terorisme, masyarakat percaya, dan lalu mendukung.

Jadi hanya pemerintahan yang bersih, transparan dan tidak sombong yang sanggup menumpas kejahatan korupsi dan terorisme. [***]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA