Sebelumnya diberitakan ada empat fraksi di DPR mengÂhendaki besaran PT yakni 2,5 persen (PPP, PAN, PKB, Hanura dan Gerindra), 3-4 persen (PKS), 4 persen (Partai Demokrat) dan 5 persen (PDIP dan Partai Golkar).
Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi, mengungkapkan, keÂingiÂnan partainya menetapkan PT sebesar 2,5 persen untuk mengÂhimpun aspirasi dari rakyat yang ada di seluruh Indonesia.
Menurutnya, Partai Gerindra tidak mempermasalahkan berapa jumlah PT. Tapi yang terpenting adalah aturan mengenai bagaiÂmana partai politik diberi tugas menseleksi kadernya. Sebab, partai politik mengetahui potensi kadernya dan bisa menilai kader tersebut layak atau tidak untuk menjadi wakil rakyat.
“Sebetulnya berapa pun kami siap, jangan dianggap sombong ya. Tapi ini kan demi mengÂhorÂmati aspirasi masyarakat IndoneÂsia yang tersebar di pulau-pulau,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya;
Kalau memang siap, kenapa tidak diusulkan PT sebesar 5 atau 10 persen?
Kita menghormati partai-partai kecil yang memiliki aspirasi dari masyarakat di seluruh Indonesia. Apabila PT terlalu besar, nanti yang diuntungkan partai-partai besar, ini berbahaya. Sebab, baÂnyak orang yang tertekan aspiÂrasinya.
Anda punya kekhawatiran apabila PT dinaikkan?
Apabila dinaikkan, partai poliÂtik hanya tinggal dua atau tiga. Kondisi ini jelas menimbulkan iklim otoriter. Kita pernah mengÂalami iklim otoriter, dan tentu kita tidak mau kondisi itu kembali terjadi di Indonesia. Penerapan ini saya pikir tidak efisien untuk diterapkan, karena tidak sehat dalam iklim demokrasi yang seÂdang kita bangun.
Demokrasi seperti apa yang ingin dibangun?
Kita tidak ingin demokrasi berÂjalan tidak sebagaimana mestiÂnya. Demokrasi seharusnya untuk mensejahterakan rakyat dan menyerap aspirasi rakyat. Kondisi saat ini sudah ada perÂkembangan dalam demokrasi, walaupun kita melihat ada maÂsalah lain, yaitu cara manajemen negara yang perlu perbaikan.
Apa Gerindra bakal lolos PT daÂlam Pemilu 2014?
Gerindra optimistis menÂcapai PT. Sebab, sebelumnya saja hanya satu tahun kampanye, kita sudah memperoleh 4,6 persen untuk nasional dan untuk provinsi 10 persen.
Namun yang perlu diingat, aspirasi itu pasti beda-beda. Jadi jangan dipaksakan jadi mono partai.
Tapi kalau rakyat mengÂhenÂdaki begitu, bagaimana?
Saya kira nggak begitu. Yang dikhawatirkan karena geografis kita sangat khas di dunia, terdiri dari pulau-pulau yang sangat banyak dan etnisnya begitu beraÂgam sehingga aspirasinya juga beragam. Untuk itu tidak bisa disamakan dalam satu atau partai, biarkan kebebasan aspirasi itu berkembang di masyarakat.
Bukannya PT yang tinggi untuk meningkatkan kualitas peÂmilu?
Kualitas pemilu tidak bisa diÂlihat dari penyederhanaan partai politik saja. Tapi harus dilihat dari dua faktor. Pertama, harus ada penjaringan pemimpin yang baik seperti apa. Kedua, bukan hanya sekedar pemimpin saja, tetapi kualitas pemimpin yang harus diperbaiki.
Apa yang salah dari proses penÂjaringan pemimpin?
Misalnya saja penjaringan anggota dewan yang mengguÂnakan sistem suara terbanyak. Seharusnya menggunakan nomor urut. Sistem nomor urut ini diÂsaring berdasarkan pendidikan politik yang dilaksanakan partai politik, sehingga setiap orang punya kualitas yang dijamin oleh partai.
Yakin kaderisasi itu bisa memÂperbaiki kualitas pemimÂpin?
Partai kami memiliki sistem pengkaderan dari bawah hingga atas, seperti kader pratama, kader madya, kader yunior dan kader senior. Melalui jenjang seperti itu, kita tahu siapa yang punya kualitas di internal.
O ya, bagaimana dengan moÂdel baru koalisi, apakah GeÂrinÂdra ditawari SBY?
Kalau menyangkut koalisi saya tidak mau komentar, itu urusan Pak Prabowo dengan Pak SBY. Yang jelas, kalau SBY minta kami masuk koalisi, ada beberapa poin yang perlu disepakati demi kepentingan rakyat. [RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: