“Bencana tersebut memang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jepang dan dunia. NaÂmun, tidak semunya berÂdampak negatif. Bagi perekonoÂmian IndoÂnesia, masih lebih banyak positifnya,†ujar Menteri PerinÂdustrian, MS Hidayat, kepada Rakyat Merdeka, di kantornya, Jakarta.
“Gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang 11 Maret lalu itu, tak akan berdampak beÂsar terhadap industri elektronika dan otomotif nasional,’’ tamÂbahnya.
Menurut politisi Partai Golkar itu, untuk melakukan pembanguÂnan kembali Jepang akan memÂbutuhkan banyak material bahan baku yang harus didatangkan dari luar negeri, termasuk dari IndoÂnesia. Artinya, selama 5 tahun ke depan, Indonesia dapat mengÂekspor bahan baku, seperti kayu, furniture, baja, dan sejumlah bahan baku lainnya.
Selain itu, sambung dia, sektor industri dalam negeri juga akan terdorong oleh arus relokasi inÂdustri. Karena, puluhan bahkan ratusan industri Jepang saat ini tak lagi berfungsi.
“Saat ini, mereka memang seÂdang berpikir untuk memÂbangun kembali beberapa komoditi yang spesifik. Namun, mereka juga berencana merelokasikan industri tersebut ke beberapa tempat, di mana industri mereka diinvesÂtasikan, Seperti Indonesia, ThaiÂland dan Korea,†paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Anda yakin ada sisi positifÂnya?
Berdasarkan siaran resmi peÂmerintah Jepang dan World Bank, untuk me-recovery wilayah perÂdagangan, industri, perumahan, instalasi, infrastruktur, pelabuÂhan, dan sebagainya, Jepang memÂbutuhkan biaya 330 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Itu bukan jumlah yang sedikit, hamÂpir 3 kali lipat APBN Indonesia. Jadi, dalam waktu dekat pertumÂbuhan ekonomi dunia pasti akan berpengaruh. Tapi, apakah hal itu akan berdampak besar terhadap Indonesia, saya rasa tidak.
Sejumlah pengusaha otomotif dan elektronik mengkhawaÂtirÂkan lembatnya pasokan suku caÂdang dan kenaikan harga?
Saya mendapat informasi dari pengurus Gabungan Industri KenÂdaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), terjaminnya suplai komponen Jepang cuma sampai Mei 2011. Artinya, setelah Mei beÂlum jelas, dan itu harus kita sikapi.
Saat ini, Jepang harus kembali membangun pabrik baru, karena sejumlah komponen industrinya mulai lumpuh. Tapi, pembanguÂnan sejumlah komponen itu kan tidak harus dilakukan di sana. Mereka dapat merelokasi dan membangunnya di sini.
Apakah sudah ada pembiÂcaraan?
Saya sedang melobi. Tapi, saya tidak berani cepat-cepat karena mereka sedang sibuk membuat program recovery. Mungkin, bulan depan saya akan berangkat ke sana. Saya telah mendapat isyaÂrat dari rekan saya, salah seorang menteri di sana, untuk membicarakan perÂsoalan terÂsebut.
Jadi, tidak akan ada kenaikan harga otomotif dan elektronik?
Hal itu belum dapat kami pastiÂkan. Kalau toh ada, hal tersebut masih dapat diimbangi dengan nilai investasi mereka tahun ini. Rencananya, investasi Jepang ke Indonesia tahun mencapai 40 miliar dolar AS. Investasi itu akan dialolasikan pada sejumlah sektor, termasuk Metropolitan Priority Area (MPA) atau pemÂbangunan infrastruktur di seÂkeliling Jakarta.
Dengan kondisi seperti sekaÂrang, apakah nilai investasi itu tidak akan berubah?
Kalau untuk proyek investasi yang nilainya besar, mungkin mereka akan menunda, karena investasi dari Jepang kebanyakan dibiayai oleh The Japan Bank for International Cooperation (JIBC). Dengan kondisi saat ini, JIBC mungkin akan kembali meÂnata bugetnya, karena ada beban baru. Kita juga harus bisa meÂngerti. Saya juga sudah menÂdengar, mereka sudah meng-appear keÂpada pemerintah agar tenÂdernya diundur beberapa bulan. Namun, komitmen invesÂtasi yang jumlahÂnya kecil, seperti program pemÂbangunan industri kecil di proÂvinsi-provinsi, jalan terus.
Mengenai keinginan Jepang yang meminta tambahan pasoÂkan gas dari Indonesia, bagaiÂmana?
Indonesia berutang budi deÂngan Jepang, terutama saat tsunami melanda Aceh 2004 lalu. Jadi, kalau satu-satunya keingiÂnan meningkatkan impor gas, ya kita harus pertimbangkan untuk diberikan. Namun, dengan cataÂtan sekaligus kita memikirkan agar pasokan kita dicukupi.
Saat ini, pemerintah sedang meÂmikirkan tambahan pasokan gas untuk Jepang, sekaligus berupaya menambah produksi gas. Namun, pasukan itu untuk jangka pendek, mungkin sekitar 1 sampai 2 tahun.
Mengenai suplai gas nasional, saya menghimbau agar persoalan tersebut segera diselesaikan. SeÂbab, pasokan gas untuk industri nasional terus berkurang. [RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.