“Itu warning keras buat pemeÂrintah agar lebih baik memimpin republik ini demi kesejahteraan rakyat,’’ ucap Sekjen Laskar Ampera Arief Rahman Hakim (ARH)-AngkaÂtan 66, Aan Rustiawan, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta.
Lelaki yang dikenal dekat banyak purnawirawan TNI ini mengaku miris dengan sikap pemerintah yang dinilai lamban dalam bertindak. Kasus kekeraÂsan antar etnis, hukum, kemiskiÂnan dan kesenjangan sosial di masyarakat menjadi akumulasi ketidakpuasan elite TNI.
Namun begitu, Aan belum meÂlihat adanya arah pengguÂlingan terhadap pemerintah oleh elite TNI yang purnawirawan.
“Elite TNI hanya sebatas mengingatkan kepada pemerinÂtah agar betul betul menjalankan amanat Pancasila dan UUD 1945 secara utuh,†paparnya.
Terkait penyebaran isu pengguÂlingan pemerintah, Aan menduga penyebaran isu itu dilakukan oleh kelompok garis keras atau ormas. Sebab, tujuannya disinyalir seÂrupa dengan aksi teror bom buku yakni menciptakan instaÂbilitas politik.
“Saya menduga nama elite TNI haÂnya dicatut karena diÂanggap memiÂliki pengaruh besar untuk menÂciptakan instabilitas politik, padaÂhal otaknya kelomÂpok radikal,’’ tuturnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa alasan Anda menuding keÂlompok garis keras di balik isu penggulingan pemerintah?
Aksi teror bom buku yang genÂcar saat ini menunjukkan bukti bahwa ada kelompok garis keras yang ingin membuat stabilitas politik menjadi gaduh. Seperti isu pendirian Dewan Revolusi Islam (DRI), yang baru baru ini santer diberitakan.
Siapa kelompok garis keras itu?
Kelompok garis keras itu bisa berbentuk dalam organisasi maÂsyarakat (Ormas) atau badan yang sengaja digunakan untuk menciptakan instabilitas politik.
Apakah kelompok itu ada kaiÂtan dengan penangkapan AbuÂbakar Baasyir dan rencana PreÂsiden SBY membubarkan ormas anarkis?
Kemungkinan besar itu bisa saja terjadi. Tinggal bagaimana peran Badan Intelijen Nasional (BIN) dan aparat keamanan yakni, TNI dan Polri menumpas kelompok tersebut.
Apa motif dari isu pengguÂlingan ini?
Isu penggulingan itu hanya khayalan dari suatu kelompok garis keras atau ormas yang menÂcatut nama elit TNI yang purnaÂwirawan untuk menciptakan instabilitas politik.
Soal adanya dugaan jenderal purnawirawan di balik kelomÂpok garis keras itu, bagaimana meÂnurut Anda?
Kalau itu saya tidak yakin, kaÂrena para jenderal TNI purnaÂwiraÂwan itu masih memiliki jiwa sapta marga dan mereka tidak lagi pada jalur komando di institusi. Kudeta militer itu harus mengguÂnakan pasukan TNI yang masih aktif.
Para jenderal purnawirawan itu sering melakukan perteÂmuan atau kongkow-kongkow?
Pertemuan para jenderal purnaÂwirawan memang benar ada dan saya pun pernah ikut bertemu. Tetapi mereka tidak membicaraÂkan penggulingan pemerintah.
Lantas apa yang mereka biÂcaÂrakan?
Ya seperti pengakuan para jenderal purnawirawan saat ini. Mereka ketidak puas dengan keÂbijakan pemerintah selama ini yang terkesan lamban dalam berÂtindak.
Seperti apa?
Misalnya, penanganan aksi kekerasan antar pemeluk agama, etnis, persoalan hukum, kesenÂjangan sosial di masyarakat, prajurit, masalah kemiskinan.
Mereka menginginkan agar Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila benar-benar dijadikan sebagai pijakan dalam membuat kebijakan perekonomian dan demokrasi yang saat ini terlalu liberal.
Bagaimana Anda melihat keÂkuatan TNI saat ini?
Kekuatan TNI masih cukup solid dan mereka tetap berkomitÂmen mengawal pemerintah samÂpai 2014.
Apa yang harus dilakukan pemerintah terhadap para jenÂderal TNI purnawirawan?
Yang harus diperhatikan pemeÂrintah yakni menjaga adanya keÂsenjangan sosial di institusi perÂtahanan dan keamanan. Jika tiÂdak, dikhawatirkan terjadi keÂcemburuan sosial yang berdamÂpak pada konflik sosial di institusi tersebut. [RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.