Berdasarkan data Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR , 16 Maret 2011, dikeÂtahui pada 2010 akumulasi utang MerÂpati totalnya mencapai sekiÂtar Rp 1,9 triliun. Utang tersebut lebih besar dibandingkan tahun 2009 sekitar Rp 1 triliun.
Pada medio 2008-2009, MerÂpati pernah mengajukan PeÂnyertaan Modal Negara (PMN) sekitar Rp 900 miliar, tapi yang disetujui hanya sepertiganya, Rp 300 miliar. Saat ini Merpati membutuhkan suntikan dana lagi sekitar Rp 600 miliar.
“Kita berharap pengucurannya tepat dosis. Permintaan dana tersebut diajukan Merpati melalui rencana bisnisnya,†kata Direktur Utama Merpati, Sardjono Jhony Tjitrokusumo saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu lalu.
Merpati merupakan salah satu dari 14 BUMN yang masuk dalam program penyehatan atau resÂtrukturisasi yang ditangani PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Menurut Jhony, tidak ada langkah efisiensi lain yang bisa dilakukan perusahaan, sebab masih menunggu hasil pembaÂhasan dana restrukturisasi dengan PPA, Kementerian BUMN, dan Kementerian Keuangan.
“Rencana bisnis Merpati seÂdang dibahas bersama PPA, sebagai konsultan keuangan. Diharapkan bulan ini rencana bisnis tersebut selesai. Setelah itu, perseroan akan membawanya ke Kementerian BUMN untuk disahkan,†ujarnya.
Bila disetujui, kata dia, dana Rp 600 miliar akan digunakan untuk revitalisasi perawatan pesawat sekitar Rp 291 miliar. Kemudian untuk revitalisasi pesawat diangÂgarkan Rp 35 miliar. Sedangkan untuk penambahan armada dan investasi, masing-masing memerÂlukan dana Rp 80,6 miliar, dan Rp 118,9 miliar.
“Total Biaya yang dibutuhkan sebetulnya sekitar Rp 618,5 miliar. Tapi sekitar Rp 18,5 miliar dibiayai melalui casf flow. Sedangkan utang perusahaan akan dibayarkan dari hasil produksi,†ungkapnya.
Menurutnya, meski masih mengÂalami rugi, Merpati bisa bangkit lagi. Salah satu upayanya dengan cara mulai masuk ke rute-rute yang dilayani dan tidak dilayani PT Garuda Indonesia.
“Rute-rute yang sudah dilayani Garuda, perseroan hanya melaÂyani dua kali penerbangan dalam seÂpekan. Kami merasa bisa berÂmain di wilayahnya Garuda. SeÂhingga opsi merger itu nggak kita ambil, karena lebih pas opsi competiton in harmony,†ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Jhony mengusulkan, maskapai Citilink milik Garuda ditiadakan, karena secara langsung mengÂgerus pasar milik perseroan. “NgaÂpain sih Garuda memiliki Citilink. Kan pemerintah sudah mempunyai Merpati. Sebaiknya ditiadakan saja,†cetusnya.
Citilink merupakan pesawat terbang untuk penumpang kelas meÂnengah bawah (Low Cost Carrier/LCC) milik Garuda. Citilink bukan merupakan maskaÂpai penerbangan, karena tidak memiliki air operator certificate (AOC).
“Konsep penerbangan LCC yang diterapkan di Indonesia telah dilanggar sejumlah maskaÂpai penerbangan. Untuk itu penÂting menegakkan aturan, agar bisnis airlines bisa berkompetisi secara adil,†tegas Jhony.
Di tempat yang sama, Deputi Menteri Badan Usaha Milik Negara Bidang Usaha InfraÂstruktur dan Logistik, SumarÂyanto Widayatin mengatakan, saat ini lembaganya sudah berenÂcana memberikan tambahan pinjaman, supaya seluruh persoalan Merpati bisa diselesaikan secara tuntas.
Dikatakannya, saat ini bussines plan Merpati sedang dikaji PPA, dan diharapkan dalam waktu dekat pemerintah dapat mengÂambil keputusan.
“Hal itu dilaÂkukan dalam rangka meningÂkatkan kinerja sesuai dengan yang diharapkan. Sebelumnya PPA memberikan pinjaman dana sebesar Rp 300 miliar, dimana sebagian besar dananya digunaÂkan untuk biaya rasionalisasi SDM,†ungkap Sumaryanto.
Anak buah Mustafa Abubakar ini menjelaskan, berdasarkan busÂsines plan, konsep Merpati ke depan adalah ComÂpetition in Harmony, yaitu perpaÂduan antara armada Jet dan Propeler untuk melayani 50 persen pasar Garuda Indonesia dengan frekuensi rendah, dan untuk melayani 100 persen rute non Garuda.
Untuk itu telah ditetapkan beberapa strategi utama. Pertama, akan dilakukan pendanaan baru, peningkatan pendapatan, renÂtrukturisasi utang, serta Cash Management System. Kedua, penamÂbahan armada dan peningÂkatan kapabilitas tenaga Line Maintenance dan teknisi. Ketiga, pembenahan biaya focus on profit, dan Positif Cash Flows Oriented Route.
“Kemudian membuat kebijaÂkan untuk rekrutment SDM berÂkuÂalitas, perampingan struktur organisasi, dan optimalisasi SDM serta penerapan PerforÂmance ManaÂgement System (PMS), jelasnya.
Dihubungi terpisah, Sekretaris PPA, Renny O Rorong menjelasÂkan, saat ini perusahaannya masih mengkaji bussines plan yang diajukan Merpati. Ia tidak bisa memastikan, apakah nantinya permintaan tambahan dana Rp 600 miliar yang diajukan Merpati itu dapat disetujui atau tidak. “Kita sudah ketemu dengan pihak Merpati, dan bussines plan mereka saat ini masih dikaji,†katanya.
Soal pengucuran dana Rp 300 miliar pada periode 2008-2009, Renny mengaku belum mengeÂtahui alasannya.
Sebelumnya, Menteri BUMN, Mustafa Abubakar mengatakan, pemerintah akan menyiapkan dana Rp 600 miliar untuk Merpati untuk tambahan modal usaha.
“Tapi mereka harus meramÂpungkan business plan yang baru untuk menyesuaikan dengan kebutuhan mereka sekarang. Kelihatannya beberapa hal masih dikoreksi dan harus diperbaiki dari business plan sebelumnya,†ujarnya.
Mustafa berharap, business plan Merpati bisa selesai pada kuartal dua tahun ini, setidaknya di tingkat pemerintah.
Jangan Dipaksa Mencari Untung
Nasril Bahar, Anggota Komisi VI DPR
Penambahan Penyertaan Modal Negara yang diusulkan PT Merpati Nusantara Airlines sebesar Rp 600 miliar, dinilai tidak akan cukup untuk memÂperbaiki keterpurukan bisnisnya beberapa tahun terakhir.
Penyebabnya, Merpati bukan sebagai perusahaan komersil, tetapi lebih fokus kepada tugas negara, yaitu menghubungkan dan ikut menjaga pulau-pulau Indonesia.
“Kondisi Merpati dari dulu itu sudah jelas, selalu mengÂalami kerugian, ditambah deÂngan beban utang yang besar. DeÂngan posisinya bukan sebagai peÂnerbangan komersil, jangan dipaksa mencari untung, kareÂna sangat susah. Siapapun yang mengelola manajemen tidak akan mampu mengubah kondisi keterpurukan Merpati,†kata Anggota Komisi VI DPR, Nasril Bahar, kemarin.
Menurutnya, Kementerian BUMN harus memberikan keputusan yang jelas terhadap kinerja, orientasi, visi dan misi sesungguhnya yang diemban Merpati.
“Bagaimana bisa mengÂuntungÂkan, business plan yang dijaÂlankan saja selalu berÂtentangan. Di satu sisi, posisi Merpati sebagai perusahaan haÂrus untung, tapi mengemban tugas negara yang berat juga, sebagai penghubung antar pulau. Keuntungan dan beban operasional tidak sesuai,†tegasnya.
Anggota Fraksi PAN ini menjelaskan, jumlah karyawan Merpati terlalu banyak, akibatÂnya perusahaan pelat merah ini harus mengeluarkan gaji yang besar. “Saya pikir lebih baik Merpati diakuisisi Garuda Indonesia. Setidaknya kondisi Merpati bisa mengalami pemuÂlihan keÂuangan,†cetusnya.
Semestinya Rencana PMN Tidak Menjadi Polemik
Suharto Abdul Majid, Pengamat Transportasi Universitas Trisaksi
Kondisi PT Merpati NusanÂtara Airlines (MNA) sejak dulu memang memperihatinkan. PemeÂrintah semestinya memÂberikan empati untuk menyeÂlesaikan semua masalah yang dihadapi perusahaan penerÂbangan tersebut.
“Merpati semestinya mendaÂpatkan perhatian yang lebih dari Kementerian yang menaungiÂnya,†kata pengamat TransporÂtasi dari Universitas Trisakti, Suharto Abdul Majid, kemarin.
Menurutnya, beban yang ditanggung Merpati sangat berat. Sebagai perusahaan penerbangan, Merpati dihaÂruskan mendapat untung, tapi di sisi lain sebagai penerÂbangan peÂrintis Merpati berÂtugas mengÂhubungkan antar puÂlau. “Itu sudah mengÂhabiskan biaya opeÂrasional yang cukup baÂnyak,†ungkapnya.
Suharto menyarankan, untuk memperbaiki kondisi Merpati, seÂmestinya pemerintah meÂlakukan restrukturisasi dan revitalisasi. Rencana Merpati mengajukan PMN sebesar Rp 600 miliar sangat masuk akal bila melihat beban pekerjaan yang diemban perusahaan penerÂbangan pelat merah itu.
“Semestinya rencana PMN tidak menjadi polemik. Sangat relevan jika Merpati mendaÂpatkan suntikan dana untuk memÂperbaiki kondisi bisnisÂnya,†tegasnya. [RM]
< SEBELUMNYA
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: