Berikut penjelasan Ketua DPP PKB yang juga Ketua Fraksi PKB di DPR, Marwan Ja’far, soal langkah-langkah PKB meningÂkatkan perolehan suara di pemilu mendatang:
Apa agenda utama PKB saat ini?Agenda utama PKB adalah membangun infrastruktur partai dari pusat sampai daerah. PemÂbangunan infrastruktur mencaÂkup konsolidasi struktural yang meliputi konsolidasi para penguÂrus Dewan Pimpinan Pusat sampai (DPP), pengurus ranting di tingkat kecamatan. Semua struktur harus terkonsolidasi rapi dan harus selesai tahun ini.
Langkah-langkah melaÂkuÂkan konsolidasi struktural baÂgaimana?Misalkan, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB yang meruÂpakan pengurus di tingkat proÂpinsi, menggelar musyawarah wilayah. Sementara Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKB, yang merupakan pengurus di tingkat kabupaten/kota, menggeÂlar musyawarah cabang. DemiÂkian juga dengan pengurus ranting di tingkat kecamatan, menggelar Musyawarah Anak Cabang. Semua musyawarah pengurus di tingkat provinsi hingga kecamatan itu harus selesai tahun ini.
Hingga kini, sudah berapa persen PKB menyelesaikan konÂÂsolidasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan kecamaÂtan?Konsolidasi struktural untuk DPW saat ini mencapai sekitar 80 persen. Konsolidasi DPC sudah lebih dari 50 persen dan terus meningkat karena sejumlah DPC dalam waktu dekat menggelar Musyawarah Cabang. Bahkan, di semua DPC di Pulau Jawa sudah selesai 100 persen. Setelah itu akan turun ke Musyawarah Anak Cabang PKB untuk kepenguÂrusan di tingkat kecamatan. Semuanya harus selesai tahun ini, karena penguatan struktur partai akan menjadi kekuatan PKB.
Bagaimana dengan pemÂbaÂngunan struktur partai secara kultural?Selain penguatan infrastruktur secara struktural, secara simulÂtan PKB juga melakukan peÂnguaÂtan infrastruktur secara kultural. Hal ini mencakup konÂsolidasi kultural.
Gambaran teknis konsolidasi kultural bagaimana?Konsolidasai kultural adalah konsolidasi basis utama PKB, yaitu konsituen. Pelaksanaannya melalui gerakan-gerakan keagaÂmaan seperti sholawat. PerteÂmuan-pertemuan di pesantren, pertemuan-pertemuan da’i dan da’iyah’di basis-basis utama konsÂtituen PKB di sejumlah wilayah, khususnya di Pulau Jawa.
Hal lain, mengkosolidasikan kekuatan PKB dan NU dari pusat hingga ke tingkat bawah. CaraÂnya, dengan mempertemuÂkan suasana batin antara PKB dan NU.
Dengan cara inilah, PKB menang di banyak pemilihan kepala daerah. Sebagai contoh, pada Pilkada Kabupaten Tuban, ketua NU Tuban berpasangan dengan Ketua PKB Tuban. Mereka maju bersama sebagai bupati dan wakil bupati, mereka menang.
Jadi, konsolidasi kultural fokusnya adalah lebih mendeÂkatkan PKB dengan NU?Iya. Karena sejak Indonesia merdeka, NU hanya mendirikan dua partai. Pertama, Partai NU pada masa Orde Lama. Kedua, PKB pada masa sekarang. Jadi PKB adalah kendaraan politik warga NU. Kesadaran ini harus tercipta dalam benak semua warga NU.
Jika NU dan PKB bersatu, hasilnya sangat positif. Jadi konÂÂsolidasi cultural adalah meÂrajut kembali kultur PKB dan kultur NU.
Bukankah itu berarti menaÂrik NU ke dalam politik pragÂmatis?Bukan begitu. Saya mendeÂfinisikan NU harus kembali ke
khittah dalam konteks sekarang adalah, warga NU harus kembali menyalurkan aspirasi politiknya melalui PKB. Bukan berarti menÂjauh dari parpol. Mengapa demiÂkian? Karena sejak era reÂformasi bergulir, NU yang menÂdirikan PKB sebagai kendaÂraan politik warga NU.
Jadi, jika definisi NU kembali ke
khittoh saat sebelum reforÂmasi artinya, NU tidak memiliki kaitan dengan parpol atau tidak berÂpoliÂtik praktis. Maka setelah reforÂmasi, jargon NU kembali ke
khittoh harus didefinisikan sebaÂgai kembali ke PKB sebaÂgai kendaraan politik yang didirikan NU.
Konsolidasi struktural dan kultural yang dijelaskan di atas fokusnya lebih pada menjaga basis massa PKB. Lantas apa strategi untuk memperluas baÂsis massa?Ya, melakukan konsolidas ekspansi konsituen. Misalkan, persentase pemilih pemula sekiÂtar 30 persen dari pemilih nasioÂnal. Maka PKB juga membuat program-program yang berbasis kaum muda untuk memperluas basis massa di kalangan para pemilih pemula.
Kenapa PKB tidak fokus saja menjaga suara NU yang 50 juta itu secara maksimal? KeÂnapa harus memperluas basis konstituen?Karena PKB bukan hanya milik NU, tapi milik bangsa. PKB adalah satu-satunya parpol yang didirikan NU untuk dipersemÂbahkan kepada bangsa. PKB itu partainya rakyat Indonesia, bukan hanya partainya warga NU.
Karena itu, PKB harus memÂperluas basis konstituen. TermaÂsuk di kalangan para pemilih pemula. PKB akan membuat program-program yang menarik bagi kaum muda. Misalkan, menggelar kejuaraan olahraga, band, nyanyi, atau pelatihan-pelatihan kepemudaan.
Menurut saya, ada skenario memecah-belah suara NU yang sekitar 50 juta. Tentu tidak ada parpol yang ingin semua warga NU mayoritas memilih PKB. Anda setuju dengan penilaian bahwa warga NU memang diÂbikin untuk tidak menyadari bahwa PKB adalah kendaraan politik NU?Saya setuju itu. Dari dulu kami merasakan. Berbagai konÂflik yang mendera PKB kan karena rekayasa orang-orang luar yang tidak ingin suara poliÂtik warga NU utuh. Mereka mengadu domba kami untuk memperleÂmah PKB dengan menggunakan orang-orang yang bisa diperalat.
Karena itu, kami terus mengÂingatkan kepada warga NU bahwa ini lho punya NU. PKB adalah alat perjuangan politik NU. Mati hidup demi NU. Kami optimis bisa kembali merebut basis-basis massa NU di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogja, dan Banten. Kami optimis bisa kemÂbali mendominasi seperti pada Pemilu 2009 jika peleksanaan Pemilu 2014 tidak ada keÂcurangan.
[RM]
BERITA TERKAIT: