WAWANCARA

Marwan Ja’far: NU Kembali Ke Khittah, Warganya Kembali ke PKB

Selasa, 15 Maret 2011, 00:56 WIB
Marwan Ja’far: NU Kembali Ke Khittah, Warganya Kembali ke PKB
Marwan Ja’far
RMOL. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggelar Musyawarah Kerja Nasional. Hajatan politik ini dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Balai Kartini, Jakarta, hari ini. Dalam forum ini, PKB ingin mematangkan rencana untuk bertarung di Pemilu 2014.

Berikut penjelasan Ketua DPP PKB yang juga Ketua Fraksi PKB di DPR, Marwan Ja’far, soal langkah-langkah PKB mening­katkan perolehan suara di pemilu mendatang:

Apa agenda utama PKB saat ini?
Agenda utama PKB adalah membangun infrastruktur  partai dari pusat sampai daerah. Pem­bangunan infrastruktur menca­kup konsolidasi  struktural yang meliputi konsolidasi para pengu­rus Dewan Pimpinan Pusat sampai (DPP), pengurus  ranting di tingkat kecamatan. Semua struktur harus terkonsolidasi rapi dan harus selesai tahun ini.

 Langkah-langkah mela­ku­kan konsolidasi struktural ba­gaimana?
Misalkan, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB yang meru­pakan pengurus di tingkat pro­pinsi, menggelar musyawarah wilayah. Sementara Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKB, yang merupakan pengurus di tingkat kabupaten/kota, mengge­lar musyawarah cabang. Demi­kian juga dengan pengurus ranting di tingkat kecamatan, menggelar Musyawarah Anak Cabang. Semua musyawarah pengurus di tingkat provinsi hingga kecamatan itu harus selesai tahun ini.

Hingga kini, sudah berapa persen PKB menyelesaikan kon­­solidasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan kecama­tan?
Konsolidasi struktural untuk DPW saat ini mencapai sekitar 80 persen. Konsolidasi DPC sudah lebih dari 50 persen dan terus meningkat karena sejumlah DPC dalam waktu dekat menggelar Musyawarah Cabang. Bahkan, di semua DPC di Pulau Jawa sudah selesai 100 persen. Setelah itu akan turun ke Musyawarah Anak Cabang PKB untuk kepengu­rusan di tingkat kecamatan. Semuanya harus selesai tahun ini, karena penguatan struktur partai akan menjadi kekuatan PKB.

Bagaimana dengan pem­ba­ngunan struktur partai secara kultural?
Selain penguatan infrastruktur secara struktural, secara simul­tan PKB juga melakukan pe­ngua­tan infrastruktur secara kultural. Hal ini mencakup kon­solidasi kultural.

Gambaran teknis konsolidasi kultural bagaimana?
Konsolidasai kultural adalah konsolidasi basis utama PKB, yaitu konsituen. Pelaksanaannya melalui gerakan-gerakan  keaga­maan seperti sholawat. Perte­muan-pertemuan di pesantren, pertemuan-pertemuan da’i dan da’iyah’di basis-basis utama kons­tituen PKB di sejumlah wilayah, khususnya di Pulau Jawa.

Hal lain, mengkosolidasikan kekuatan PKB dan NU dari pusat hingga ke tingkat bawah. Cara­nya, dengan mempertemu­kan suasana batin antara PKB dan NU.

Dengan cara inilah, PKB menang di banyak pemilihan kepala daerah. Sebagai contoh, pada Pilkada Kabupaten Tuban, ketua NU Tuban berpasangan dengan Ketua PKB Tuban. Mereka maju bersama sebagai bupati dan wakil bupati, mereka menang.

Jadi, konsolidasi kultural fokusnya adalah lebih mende­katkan PKB dengan NU?
Iya. Karena sejak Indonesia merdeka, NU hanya mendirikan dua partai. Pertama, Partai NU pada masa Orde Lama. Kedua, PKB pada masa sekarang. Jadi PKB adalah kendaraan politik warga NU. Kesadaran ini harus tercipta dalam benak semua warga NU.

Jika NU dan PKB bersatu, hasilnya sangat positif. Jadi kon­­solidasi cultural adalah me­rajut kembali kultur PKB dan kultur NU.

Bukankah itu berarti mena­rik NU ke dalam politik prag­matis?
Bukan begitu. Saya mende­finisikan NU harus kembali ke khittah dalam konteks sekarang adalah, warga NU harus kembali menyalurkan aspirasi politiknya melalui PKB. Bukan berarti men­jauh dari parpol. Mengapa demi­kian? Karena sejak era re­formasi bergulir, NU yang men­dirikan PKB sebagai kenda­raan politik warga NU.

Jadi, jika definisi NU kembali ke khittoh saat sebelum refor­masi artinya, NU tidak memiliki kaitan dengan parpol atau tidak ber­poli­tik praktis. Maka setelah refor­masi, jargon NU kembali ke khittoh harus didefinisikan seba­gai kembali ke PKB seba­gai kendaraan politik yang didirikan NU.

Konsolidasi struktural dan kultural yang dijelaskan di atas fokusnya lebih pada menjaga basis massa PKB. Lantas apa strategi untuk memperluas ba­sis massa?
Ya, melakukan konsolidas ekspansi konsituen. Misalkan, persentase pemilih pemula seki­tar 30 persen dari pemilih nasio­nal. Maka PKB juga membuat program-program yang berbasis kaum muda untuk memperluas basis massa di kalangan para pemilih pemula.

Kenapa PKB tidak fokus saja menjaga suara NU yang 50 juta itu secara maksimal? Ke­napa harus memperluas basis konstituen?
Karena PKB bukan hanya milik NU, tapi milik bangsa. PKB adalah satu-satunya parpol yang didirikan NU untuk dipersem­bahkan kepada bangsa. PKB itu  partainya rakyat Indonesia, bukan hanya partainya warga NU.

Karena itu, PKB harus mem­perluas basis konstituen. Terma­suk di kalangan para pemilih pemula. PKB akan membuat program-program yang menarik bagi kaum muda. Misalkan, menggelar kejuaraan olahraga, band, nyanyi, atau pelatihan-pelatihan kepemudaan.

Menurut saya, ada skenario memecah-belah suara NU yang sekitar 50 juta. Tentu tidak ada parpol yang ingin semua warga NU mayoritas memilih PKB. Anda setuju dengan penilaian bahwa warga NU memang di­bikin untuk tidak menyadari bahwa PKB adalah kendaraan politik NU?
Saya setuju itu. Dari dulu kami merasakan. Berbagai kon­flik yang mendera PKB kan karena rekayasa orang-orang luar yang tidak ingin suara poli­tik warga NU utuh. Mereka mengadu domba kami untuk memperle­mah PKB dengan menggunakan orang-orang yang bisa diperalat.

Karena itu, kami terus meng­ingatkan kepada warga NU bahwa ini lho punya NU. PKB  adalah alat perjuangan politik NU. Mati hidup demi NU. Kami optimis bisa kembali merebut basis-basis massa NU di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogja, dan Banten. Kami optimis bisa kem­bali mendominasi seperti pada Pemilu 2009 jika peleksanaan Pemilu 2014 tidak ada ke­curangan.    [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA