Anton Medan: Fakta, Para Petugas LP Tak Berdaya Hadapi Napi

Selasa, 15 Maret 2011, 00:32 WIB
Anton Medan: Fakta, Para Petugas LP Tak Berdaya Hadapi Napi
Anton Medan
RMOL. Bekas terpidana kasus pembunuhan dan perampokan, Anton Medan, bilang, masuknya narkoba ke lembaga pemasyarakatan  berlangsung sejak 1970-an. Namun, para petugas LP tidak berdaya menghadapi modus operandi para napi.

“Sejak dulu, semua petugas tahu. Tapi, mereka tidak berdaya, karena para narapidana lebih pintar dari petugas,” ujar Anton ke­pada Rakyat Merdeka, ke­marin.

Anton yang pernah ditahan di 14 penjara, termasuk di LP Nusakambangan, menjelaskan, awalnya para napi memasukkan narkoba ke dalam tahanan karena ingin mengonsumsi bareng.

“Ganja, heroin, pil BK dan pil koplo, masuk bebas sejak dulu. Tapi, tidak dijual seperti seka­rang. Mereka bekerja sama untuk memasukkan narkoba, kemudian dikonsumsi secara bersama-sama,” ungkap pemilik nama Tan Hok Liang ini.

Berikut kutipan wawancara.

Menurut Anda, narkoba ma­suk LP terjadi sejak tahun 1970-an. Kenapa baru terbong­kar dalam beberapa tahun ter­akhir?
Kenapa dulu tidak terbongkar? Karena, saat itu arus informasi masih terbatas dan akses masuk ke LP juga sangat sulit.

Bagaimana modus ope­randi­nya?
Modusnya macam-macam, mulai dari menyuap petugas hingga menggunakan teknik-teknik yang cukup cerdik. Con­toh­nya, ada seorang terpidana di Nusakambangan yang pernah menyelundupkan barang lewat pemesanan televisi. Karena paket di dalam televisi tidak diperiksa secara baik oleh petugas, barang haram itu pun ikut masuk ke penjara.

Selain itu?
Saat saya di LP Cipinang, ada penghuni LP yang menggunakan burung dara untuk memasukkan narkoba. Dia melatih burung tersebut agar dapat keluar-masuk LP. Sehingga, pas dia di luar (bebas), dia leluasa menyelun­dup­kan heroin ke dalam LP. Biasanya, barang haram itu diikat di perut atau sayap burung tersebut.

Bagaimana dengan praktik pungli atau penyuapan petu­gas?
Kalau itu, sudah terjadi sejak zaman kuda gigit besi. Kalau kita bicara pungli, di negara ini prak­tik tersebut sudah menjalar ke berbagai institusi. Kerena itu, saya sejak dulu menyarankan agar pemerintah melakukan pem­binaan dan peningkatan kesejah­teraan terhadap pegawai LP sehingga mereka menjadi orang yang terlatih, profesional dan terdidik dalam membina peng­huni LP.

Zaman sekarang, siapa yang paling sering menyelundupkan narkoba ke LP?
Saat ini, para pemain besar yang terlibat di sejumlah LP, ter­masuk di Nusakambangan, tak jauh dari bandar-bandar asing. Paling banyak dari kulit hitam, Nigeria, Nepal, dan sebagainya. Ini terjadi karena ada ruang dan kesempatan. Meski mereka sulit bergerak di negaranya sendiri, di negara ini mereka justru sangat leluasa.

Kenapa?
Karena petugas LP memberi­kan perlakukan yang berbeda terhadap napi asing. Napi asing bahkan lebih diperhatikan, mulai dari makanan hingga fasilitas sehingga aksi mereka semakin tak terbendung.

Menurut Anda, bagaimana men­cegah dan menghilangkan peredaran narkoba di LP?
Sudah sering saya katakan, kalau penjahat itu pintar-pintar tapi nggak benar. Artinya, kuali­tas petuganya harus ditingkatkan, sehingga mereka dapat mem­bedah kasus dan mencari solusi atas berbagai persoalan dirumah tahanan.

Saya sudah sampaikan hal ini kepada Dirjen, bahkan Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar. Tapi, mereka selalu bera­la­san masalah anggaran.   [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA