“Itu kan hanya sekadar isu. Jadi, kami tanggapi biasa-biasa saja. Saat ini, konsentrasi kami terpuÂsat pada konsolidasi internal. Ini untuk menghadapi verifikasi parÂpol Pemilu 2014,†ujar Suhardi kepada
Rakyat Merdeka di Jakarta, Jumat (4/3).
Menurutnya, pihaknya dengan Presiden SBY belum melakukan komunikasi terkait koalisi. ApaÂlagi kalau membicarakan soal menteri.
“Belum ada pembicaraan resmi soal itu. Selama ini hanya sekadar komunikasi antar teman,†ungÂkapnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Lho, bukannya sudah meÂngeÂÂlus calon menteri?Tidak. Kami tidak melakukan deal apapun dengan Pak SBY atau Partai Demokrat terkait persaÂmaan sikap dalam Sidang PariÂpurna DPR soal angket mafia pajak.
Isunya Anda digadang-gaÂdang menjadi menteri dari ParÂtai Gerindra, apa benar seÂperti itu?Saat ini saya nggak mau koÂmenÂtar soal isu tersebut. JawaÂbanÂÂnya, tergantung rapat DPP Partai Gerindra dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Pak Prabowo.
Yang jelas, sejauh ini nggak ada deal soal sikap kami terhadap penolakan pansus tersebut, itu dilakukan karena kami indeÂpenden.
Ah, masa nggak ada deal, seÂhingga menolak pembentukan Pansus Hak Angket Mafia Pajak?Ya, nggak deal apa-apa. Kami menolak pembentukan pansus itu, karena tidak ingin kasus Bank Century kembali terulang. Dalam kasus Bank Century, kita memÂprioritaskan pembahasanÂnya, tapi hanya sekadar memÂbuang-buang energi. Kasus itu, pada akhirnya tidak tuntas.
Padahal, kita masih memiliki masalah yang lebih serius yakni persoalan pangan yang tidak terÂtangani, dan berpotensi mengÂhilangkan devisa negara hingga Rp 3.500 triliun. Masa’ persoalan sebesar itu terus-menerus kita korbankan demi kepentingan politik sesaat.
Tapi, karena memilih sikap tersebut Gerindra terlihat sebaÂgai bagian dari koalisi pemerinÂtah?Kami tidak memungkiri hal tersebut. Namun, kami telah dan akan terus berupaya memberi penjelasan kepada konstituen kami, kalau sikap tersebut meruÂpakan pilihan yang tulus, dan didasari niat untuk menyeÂlamatÂkan negara. Apakah kita tidak malu terus-menerus tertinggal oleh Malaysia, Singapura dan sejumlah negara tetangga lainÂnya. Padahal, kita memiliki tanah yang sama, air yang sama dan matahari yang sama. Kenapa kita tertinggal semakin jauh.
Apakah hal tersebut dapat diÂartikan, Gerindra membuka diri untuk berkoalisi dengan peÂmerintah? Persoalan koalisi atau tidak harus diputuskan melalui meÂkaÂnisÂme partai, sehingga jelas kalau menolak (koalisi) bagaiÂmana dan kalau menerima bagaiÂmana imÂpliÂkasinya. Yang pasti, kami nggak mau mencari keunÂtungan dari gonjang-ganjing situasi poliÂtik sekarang.
Bukannya Gerindra kepingin menjadi menteri?Mungkin kami bisa saja berÂkoalisi dengan pemerintah. Tapi, kami memiliki syarat mutlak, yakni ekonomi kerakyatan. Kami tidak akan meninggalkan konstiÂtuen yang memililih kami karena konsep ekonomi keÂrakyatan.
Bagaimana aplikasi konsep ekonomi kerakyatan, jika diteÂrapÂkan dalam pemerintahan?Kami tegas menolak impor tanpa bea masuk, menolak penÂjualan Badan Usaha Milik NeÂgara (BUMN), melindungi usaha kecil dan meningkatkan perÂtanian untuk menyejahÂteraÂkan masyaraÂkat. Berbagai proÂgram itu telah kami umumkan saat PeÂmilu 2009, dan kami tiÂdak akan meÂnguÂbah hal terÂsebut.
Kapan keputusan bergabung atau tidaknya Gerindra dalam koalisi dikeluarkan? Saya belum bisa menjawab pertanyaan tersebut. Sebab, keÂputusan bisa atau tidaknya berÂkoalisi didasarkan pada dua faktor, yakni kami dan pemerinÂtah. Sampai saat ini, belum ada perÂtemuan resmi antara Partai Gerindra dengan Demokrat mauÂpun pemerintah.
[RM]
BERITA TERKAIT: