“Peringatan yang disampaiÂkan Presiden SBY dalam pidatoÂnya Selasa (1/3) lalu harus diikuti seÂmua mitra koalisi,†ujarnya keÂpada Rakyat Merdeka, di GeÂdung Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat, Jakarta, Kamis (3/3).
“Dengan tidak mengurangi daya kritis teman-teman, mari kita membangun bangsa ini seÂcara bersama. Membangun iklim yang kondusif dan sejuk demi menyejahterakan masyarakat,†tambah Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar itu.
Dijelaskannya, dengan iklim politik yang kondusif dan sejuk, kinerja pemerintah akan berjalan maksimal, dan berbagai program pemerintah dapat dinikmati maÂsyarakat.
“Momen ini harus kita jadikan sebagai kesempatan untuk memÂbangun komunikasi yang lebih baik. Dengan komunikasi intenÂsif, berbagai perbedaan akan teraÂtasi dan memunculkan kesepahaÂman dalam membangun bangsa,†tegas bekas Ketua DPR ini.
Berikut kutipan selengkapnya:Sebagai menteri dari Partai Golkar, bagaimana kondisi psiÂÂkoÂlogis Anda dalam menÂjaÂlankan tugas saat ini?Situasi panas dan tegang bikin nggak nyaman kepada siapa pun, baik pemerintah maupun rekan-rekan yang bekerja di legislatif. Masyarakat pun menilainya tidak nyaman.
Namun, sebagai anggota kaÂbinet, saya dituntut untuk tetap bekerja profesional dalam berÂbagai kondisi. Karena itu, saya bekerja seperti biasa dan meÂnyelesaikan tugas dengan baik.
Apakah Partai Golkar telah melakukan pertemuan untuk membahas persoalan tersebut?Kalau Fraksi Partai Golkar DPR telah menyatakan sikap. Saya pun secara pribadi telah bertemu dan berdialog dengan Ketua Umum Partai Golkar (Aburizal Bakrie) terkait situasi politik saat ini. Kami mengÂapreÂsiasi pidato Presiden seperti yang disampaikan Ketua Fraksi Partai Golkar DPR (Setya Novanto).
Artinya, Partai Golkar meÂresÂpon positif pidato tersebut?Betul. Dari kacamata partai poliÂtik, terutama Partai Golkar, pidato itu positif dan perlu diinÂdahÂkan semua pihak.
Menurut Anda, apakah ada pesan tersembunyi dari pidato terÂsebut? Pertama, beliau mengingatkan mitra koalisi untuk mendukung pemerintahan, serta konsisten terÂhadap apa yang telah disepakati dan ditandatangani.
Kedua, ajaÂkan untuk mengutamakan kepenÂtingan bangsa dan negara dengan cara meningkatkan kinerja, dan mengoptimalkan kapasitas maÂsing-masing, baik eksekutif mauÂpun legislatif.
Ketiga, Presiden meminta kepada semua pihak untuk menahan diri dan tidak saling menyerang. Sebab, hal tersebut tidak menguntungkan bagi semua pihak, terutama bangsa dan negara.
Petinggi Partai Demokrat menafsirkan pidato SBY itu anÂcaman keras terhadap parpol koalisi yang sering berbeda panÂdangan dengan Partai DemoÂkrat?Saya tidak ingin mendikte Presiden. Menurut saya, seruan tersebut berlaku untuk semua partai koalisi. Jadi, mari kita kemÂbali kepada kesepakatan-keseÂpakatan yang kita buat, mudah-mudahan tercipta situasi yang lebih baik.
Dengan demikian, tidak perlu dilakukan evaluasi atau reÂshuffle kabinet?Dalam rangka penataan, tentu perlu ada evaluasi. Tanpa evaÂluasi, bagaimana kita melakukan sejumlah perbaikan. Namun, apapun hasil evaluasinya, kita serahkan pada Presiden. MengeÂnai isu reshuffle, itu kewenangan Presiden. Tidak perlu kita perÂmasalahkan. Sebagai anggota kabinet kami akan mengikuti apa yang diputuskan Presiden.
Sejumlah pihak memprediksi Setgab Parpol Koalisi akan buÂbar sebelum 2014, bagaimana tanggapan Anda? Orang boleh saja meramal, menganalisa atau memberi peniÂlaian. Yang pasti, Partai Golkar akan tetap menghargai mekanisÂme lima tahunan, dan mengawal pemerintahan hingga akhir masa jabatan. Kami pun mengajak semua elit politik, baik yang ada di parlemen maupun di luar untuk menghargai mekanisme tersebut. Itu merupakan amanat UUD dan kita harus sama-sama menjagaÂnya. Toh dalam perjalanannya, kita masih dapat berbicara, meÂnyalurkan aspirasi dan memiliki perbedaan pendapat.
Selain itu, kontrak politik 2009-2014 juga memberi unsur edukasi kepada masyarakat. Jadi, mari kita berpikir dan berbuat untuk kepentingan yang lebih besar.
[RM]
BERITA TERKAIT: