“Gempa berskala kecil diperÂkirakan bakal terus terjadi. Tapi kaÂlau gempa berskala besar beÂlum dapat diketahui,’’ ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Sri Woro Budiati Harijono, kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta.
Tapi, lanjutnya, masyarakat tidak perlu khawatir, karena tidak berpotensi tsuÂnami karena gemÂpanya tidak berÂkekuatan besar. Kecuali di daerah yang rawan gempa serta yang memiliki hisÂtori gempa yang berkelanjutan.
“Tapi di daerah yang pernah terjadi gempa yang berskala besar perlu diwaspadai. Sebab, bisa saja terulang kembali,†tamÂbahnya.
Berikut kuÂtipan seÂlengkapnya:Daerah mana saja yang raÂwan terjadi gempa bumi berÂskala kecil itu? Sebenarnya hampir semua wilayah di Indonesia berpotensi untuk gempa bumi berkekuatan kecil. Tapi yang rawan adalah meliputi Barat Daya Sumatera, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Papua.
Tapi masyarakat tidak perlu khawatir, karena tidak berpotensi tsunami dan tidak berkekuatan besar.
Tahun lalu berapa kali terÂjadi gempa bumi di negeri kita?Menurut grafik frekuensi gempa bumi yang terjadi tahun 2010 untuk 4,9 skala ricther suÂdah terjadi 5.721. Pada tahun ini kemungkinan masih sama atau bahkan lebih.
Apakah ada indikasi untuk gempa berkekuatan besar?Untuk jangka pendek ini bisa diketahui kapan akan terjadinya. Tapi kalau dalam jangka panjang bisa diperkirakan bahwa di daerah yang pernah terjadi gempa besar, berpeluang terjadi kembali.
Mengapa gempa skala kecil sering terjadi akhir-akhir ini?Gempa-gempa kecil terjadi hampir sepanjang tahun, data menyebutkan di Indonesia jumÂlah gempa bumi terjadi antara 3.000 sampai 4.000 per tahun. Rata-rata 10 kejadian per hari. Bahkan tahun lalu mencapai 5.721.
Gempa-gempa tersebut hanya terdeteksi oleh seismograph saja. Sedangkan yang dirasakan di atas 5,5 skala richter, sekitar 100 kali per tahun.
Bagaimana BMKG menyiÂkapi hal ini?BMKG mengoperasikan 160 sensor seismic yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia plus sekitar 20 sensor seismik yang terbagi atas 6 mini regional dan dimonitor 24 jam sehari.
Dengan demikian, kejadian-kejadian gempa di Indonesia akan selalu terpantau . Meski demikian ada daerah-daerah yang magÂnitudo gempanya di bawah 3 skala richter, sehingga tidak bisa dimonitor dengan baik dengan jaringan BMKG. Dalam hal ini jika terjadi secara spesifik, maka BMKG akan mengirim tim survei gempa untuk memonitor ke lokasi tersebut. Contohnya kaÂsus gempa bumi Trenggalek.
Apakah sudah dilakukan imÂÂbauan ke masyarakat yang berÂada di daerah rawan gempa?Sosialisasi untuk menghadapi gempa bumi sudah banyak diÂlakuÂkan. Tidak hanya melibatÂkan BMKG, namun juga instiÂtusi lain seperti LIPI, ESDM, perguruan tinggi dan dilakukan melalui
talk show, kunjungan ke sekolah, temu muka, juga laÂtihan-latihan.
Pada dasarnya gempa itu senÂdiri tidak membunuh, tetapi adanya korban karena keruntuhan bangunan yang kondisinya tidak cukup baik untuk tahan terhadap guncangan gempa. Maka, diÂimbau kepada masyarakat, agar jika membangun rumah atau fasilitas umum dapat mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat, tenÂtang aturan membangun di wilaÂyah itu. Masyarakat harus mengerti dan memahami tentang gempa bumi dan dampaknya, serta cara meyelamatkan diri.
Apakah gempa bumi berÂskala kecil ini akan terus terÂjadi?Gempa bumi akan selalu terÂjadi selama dinamika dalam bumi (terjadinya pergerakan relatif antar lempeng tektonik) masih terjadi. Tidak hanya terÂbatas pada gempa kecil, namun juga gempa besar dan gempa dahsyat.
Apakah sudah bisa dipreÂdiksi gempa bumi yang berÂdamÂpak tsunami?Gempa bumi yang berpotensi meÂnimbulkan tsunami adalah gempa bumi besar dengan kriÂteria: terjadi di laut, magnituÂdenya 7,0 skala richter ke atas, dan kedalaÂman sumber gempaÂnya kurang dari 100 km. Dengan demikian, gempa-gemÂpa kecil dengan magÂnitude kuÂrang dari 5,0 tidak berÂpotensi menimbulÂkan tsuÂnami.
[RM]
BERITA TERKAIT: