“Sampai sekarang keduanya belum menyampaikan terima kasih kepada Kejaksaan Agung (Kejagung), saya kira langkah itu tepat, saya mendukung itu,’’ ujar Penasihat Tim Pembela Bibit-Chandra itu kepada Rakyat MerÂdeka, di Jakarta, kemarin.
Kasus Bibit-Chandra tergolong unik. Keduanya dituduh meneÂrima suap saat menangani perkara PT Masaro Radiokom. Tapi diÂanggap kurang bukti, sehingga Kejagung mengeluarkan Surat Ketetapan Penghentian PenunÂtutan (SKPP).
Kemudian Anggoro Widjojo, orang yang dituduh menyuap Bibit Chandra menggugat SKPP tersebut.
Pengadilan Negeri Jakarta SeÂlaÂtan mengabulkan gugatan Anggodo, sehingga diperintahÂkan agar kasus Bibit-Chandra dilanjutkan.
Kejagung melakukan banding atas putusan tersebut, tapi PeÂngÂadilan Tinggi malah menguatkan putusan Pengadilan Jakarta Selatan. Kini Kejagung melakuÂkan Peninjauan Kembali (PK).
Melihat hal itulah, makanya Endriartono Sutarto awalnya merasa yakin MA mengabulkan permohonan Kejaksaan Agung. Tapi yang terjadi sebaliknya. MA menolak (tidak menangani) perÂmohonan itu.
Namun Kejaksung mengeÂluarÂkan deponeering, yakni mengeÂsamÂpingkan perkara demi keÂpentingan umum.
Berikut kutipan wawancara dengan Endriartono Sutarto:Tim penasihat yang menyaÂrankan Bibit-Chandra agar tiÂdak perlu mengucapkan terima kasih kepada Kejaksaan Agung?O, bukan. Beliau berdua sudah menjelaskan kalau kasus ini suatu yang tidak ada, tapi diada-adaÂkan, sehingga reaksi mereka wajar-wajar saja, biasa-biasa saja kalau kasusnya dihentikan. Jadi, wajar saja kalau mereka tidak merasa utang budi sama KeÂjagung.
Anda sepertinya sehati deÂngan Bibit-Chandra ya?Ya. Soalnya, kasus ini direÂkaÂyasa. Kemudian penghentian peÂnanganan kasusnya tergolong lama. Kenapa harus lama seÂperti itu.
Anda kecewa begitu? Ya. Karena keluarnya SK penetapan deponeering ini terÂlambat sekali. Kalau dihentikan sejak lama, barangkali dari pihak Pak Bibit-Chandra akan meÂnyambutnya dengan antusias. Kalau sudah lama seperti ini kan sama saja mengÂgangÂgu kinerja KPK seÂlama ini.
Apa harapan Anda setelah diÂkeÂluarkannya deponeering ini?Kita harapkan kinerja KPK bisa kembali seperti semula, apaÂlagi Ketuanya sudah ada, yakni Busyro Muqoddas. Selain itu, kasus seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari.
O ya, ada yang bilang Anda mau menjadi CaÂpres 2014, apa benar?Siapa yang mau nyaÂpres. Ha ha ha, kendaraannya apa, oplet ya.
Barangkali dari PDIP mengÂingat Anda disebut-sebut berÂhuÂbungan baik dengan MegaÂwati Soekarnoputri?Nggaklah, kalau kita ngomong Capres dan sebagainya terlalu cepat kalau ngomong sekarang. Ini kan baru berjalan tahun perÂtama,berarti empat tahun lagi. Jadi, memang rasanya terlalu prematur kalau kita ngomong Capres.
Apa sudah ada parpol yang mengelus-elus Anda?Ha ha ha. Itu terlalu prematur. Itu masih lama, jadi mengganggu konsentrasi bagi kepentingan rakyat. Fokuskan saja dulu, baÂgaimana meningkatkan kesejahÂteÂraan rakyat.
Kalau ada partai mencalonÂkan Anda, apa mau?Mana ada Parpol mencalonkan dari orang lain. Pastinya dari kader partai itu sendiri.
Sri Mulyani sudah digadang-gadangkan menjadi Capres?Partainya mana. Itu kelompok orang yang melihat bahwa dia pantas menjadi Presiden. Tapi dia sendiri belum menjawab ya.
Lantas mengapa kritikan Anda ke pemerintah pedas seÂkali?Selama ini kan sudah banyak yang melakukan kritikan, tapi saya tidak melihat ada respons dari pemerintah. Karena diÂanggapÂnya sebagai angin lalu saja. Mungkin barangkali kalau saya yang ngoÂmong, pemerintah mendengar dan berbuat sesuatu, sehingga pada akhirnya rakyat juga yang meÂrasakannya. LagiÂpula saya tidak pernah menilai pemerintah boÂhong. Yang mengaÂtakan boÂhong kan tokoh agama.
Memang bagaimana Anda memandang tokoh agama?Saya memandang, tokoh agaÂma tidak punya reaksi politik yang krusial. Tapi lebih kepada bagaimana suatu realitas yang terjadi di masyarakat. Jadi, penÂdapat saya seyogyanya kalau yang mengatakan tokoh agama, pemerintah tidak perlu reaktif dengan melakukan penyangÂkaÂlan. Tapi dengarkan saja sebagai masukan, kemudian bekerja untuk membuktikan semua itu. Biarkan saja, kalau memang benar terjadi yang mengatakan bohong atau tidak bohong adalah rakyat.
Tokoh agama, saya kira punya gerakan moral yang tidak diÂtunggangi oleh kepentingan apaÂpun. Tapi tokoh agama melihat realita di masyarakat, sehingga punya kewajiban moral menyamÂpaikan itu. Karena dalam kondisi yang ada kinerja pemerintah kuÂrang maksimal. Nggak usah dijawab tapi bekerja saja.
Menurut Anda bagaimana kiÂnerja pemerintah?Masalah TKI kita begitu-gitu saja (tidak ada perubahan). Baik di Malaysia, dan Arab Saudi. Karena kita secara terus-menerus mengirim TKI untuk pembantu rumah tangga. Sebab, pembantu rumah tangga bagi suatu negara itu dianggapnya budak. Jadi, majikannya punya hak untuk berÂbuat apa saja. Jadi, nggak usah heran kalau TKI kita dianiaya, diperkosa, dibunuh, dibuang di tempat sampah, dan haknya tidak dibayar.
Beda dengan di sini, pembanÂtu rumah tangganya dianggapÂnya keÂluarga, sehingga anaknya diÂsekoÂlahin, kalau sakit dioÂbaÂtin.
[RM]
BERITA TERKAIT: